Part 2

3.2K 282 4
                                    

POV BINTANG

Sebuah pemandangan Yang sangat indah terpapar di depanku. Terdapat Kebun Yang sangat luas dihiasi dengan ratusan pohon kelapa sawit Yang menjulang tinggi.

"Saya Tak sangka, Niko. Kebun Kelapa sawitnya Sudah sangat berkembang sekali," kata ku dengan Mata Yang masih belum rela melepas pemandangan Yang begitu indah di depan ku.

Niko melirik ku sebentar, Lalu dia mendekatkan dirinya semakin dekat kearah-ku.

"Semenjak kamu menolak tawaran bapak, dia meminta ku untuk mengambil alih Kebun ini suatu Hari nanti. Aku pikir mungkin Kita bisa memilikinya bersama," bisiknya dengan nada suara yang sama berat dengan punya Keenan.

Aku Tak Dapat merasakan wajahku karena tiba-tiba jantung ku berdetak lebih cepat Dan aku merasa panas sekujur tubuhku.

Aku berbalik dengan cepat ke arah Niko Dan wajah kami berjarak sejengkal saja saat ini. Membuat Mata kami bertemu, aku melihat matanya Dan bergantian ke arah bibirnya. Entah apa Yang terjadi dengan-ku.

"Aku seperti ingin meminangmu saja, Bin. Kamu terlihat sangat manis sekarang," jawabnya tanpa dosa dengan bibir Yang tersenyum lebar menunjukan pemandangan Gigi-gigi rapih Dan bersih itu.

"K-kamu a-apa?," Kataku dengan sangat cepat Dan terbata-bata atas apa Yang Baru saja Niko lontarkan.

Niko berdiri Dan langsung membuka tangannya padaku seperti mengajak. Aku pun meraih tanganya Yang begitu keras Dan besar. Dia menariku perlahan mengikuti langkah pelannya, Dan akhirnya berhenti ke-sebuah pemandangan Yang Tak jauh dari lokasi kelapa sawit.

"Kamu ingat dulu, waktu itu aku sedang bermain bola di lapangan. Kau sedang berjalan di sekitar lapangan, tanpa Sadar aku berlari Dan menabrak-mu," ujarnya dengan sedikit tawa kecil Yang dia tahan.

"Aku masih mengingatnya. Waktu itu Tak sengaja Kita ber-," kataku Yang terhenti oleh tatapan Niko Yang menurutku sangat tampan dengan Mata Yang begitu menawan , hidung Yang berdiri tegak sempurna, Dan bibir Yang terlihat begitu sangat menggoda.

Aku mengingat kejadian 6 tahun lalu, waktu itu Niko sedang bermain bola dengan teman-temannya di lapangan besar. Aku Tak sengaja masuk ke lapangan Dan berjalan tanpa dosa Dan Tak tahu bahwa Niko sedang berlari ke arahku Namun, dengan tatapan menuju bola.

Kami saling bertabrakan. Bibir kami Tak sengaja bertemu, walaupun sebentar namun, begitu lembut kurasakan. Niko bergerak bangun Dan lanjut mengejar bola.

Kamarku Yang terlihat Bersih Tak berantakan menjelaskan bahwa bapak Dan mama Tak pernah melupakan-ku.

Aku sudah 3 Hari di kampung halaman ku. Banyak orang yang sangat menyambut kepulangan ku itu. Aku merasa sangat di-spesial-kan.

Tiba-tiba saja aku teringat Keenan di kota.

"Rasanya tenang banget, ga ada ocehan bekantan sama sekali. Ga Ada tuh per-babu-an lagi sama si Bekantan, ga ada lagi tuh muka ngejek dia," ujarku Yang tanpa Sadar tertawa geli mengingat kejadian-kejadian itu.

Aku tersadar oleh sebuah suara yang sangat lembut memanggilku.

"Adek. Si Niko sama teman-teman Yang Lain ngajak kamu ke air terjun dekat rumah tuh," Ujar mama Yang kujawab dengan anggukan.

Niko berenang dengan sangat indah. Posisi tengkurap Dan mengangkat kepalanya condong ke atas.

Saat Niko berhenti sejenak Dan duduk di sebuah batu di tengah air, Tak sengaja dia mengekspos Abs-nya Yang kelihatan begitu indah, terpapar tubuhnya Yang begitu proporsional.

Dia berenang mendekat ke arahku Dan berdiri tepat pada selangkanganku karena aku berada dalam posisi duduk.

Dia mengangkat wajahnya Dan menaruh pada sela-sela pahaku.

"Maaf ya, kamu Tak bisa ikut renang," ujarnya dengan wajah Yang begitu manis penuh Rasa bersalah.

"T-tak apa, Nik. Saya lihat-lihat saja, toh aku ga bisa renang," balasku dengan gerakan mengacak rambutnya Yang basah itu.

Dia meraih tanganku, Dan menarik sedikit lengangku.

Dia meninggalkan satu kecupan disana Dan langsung meninggalkan-ku. Membuat sekujur tubuhku Kaku atas perlakuannya tadi.

Wajahku mungkin sudah semerah kepiting rebus sekarang.-

"Kring," bunyi sebuah notifikasi pesan yang masuk secara mendadak.

Dari : Bunda🖤
Sayang. Gimana keadaan Bapak Dan mama?. Bunda harap sehat. Bunda Tau ini mendadak tapi Bunda minta kamu buat pulang sekarang, sayang. Boleh gak?

Balas ke : Bunda🖤
Iya Bunda. Bapak sama mama sehat. Hal mendadak apa Bunda?

Dari : Bunda🖤
Si Keenan, sayang. Ayah sama Bunda besok bakal keluar ngumpul keluarga. Keenan ditinggal sendiri di rumah. Kamu bisa nemenin dia ga?

Balas ke : Bunda🖤
Iya Bunda. Nanti Bintang kasih Tau bapak sama mama disini buat pulang kesana.

"Kamu sudah mau pulang?," Tanya bapak dengan raut wajah Yang agak sedikit kecewa. Bagaimana tidak, dia baru melihat anak semata wayangnya selama 3 Hari setelah 5 tahun berpisah.

Aku menjelaskan keadaan dirumah. Dan Hal itu di maklumi Bapak Dan mama.

Mereka mengantar ku Dan melepas kepergian ku di pemberhentian kereta api.

"Lah, lo ngapain balik, anjir?," Tanya Keenan dengan raut wajah Yang menurutku menyebalkan.

"Heh, Bekantan Hutan. Gua Juga tinggal di rumah ini kali. Plus ini titah Bunda ya, jadi lo ga Ada Hak nanya-nanya," balasku dengan wajah Yang puas.

"Heh, Buntal kegede-an. Ini rumah Gua Kali, bukan elo. Plus Gua dah ngajak temen Gua buat nginep malam ini," ujarnya dengan nada sedikit meledek.

Bunda datang dari dapur Dan mencubit daun telinga Keenan lumayan keras.

"Gak Ada ya bawa-bawa temen nginep sini. Disini bukan Kos!. Bintang bakal nemenin kamu. Kan udah biasa Bintang Yang ngurus rumah Dan nge-bantu kamu. Bunda percaya kalau rumah di tangan Bintang bakal aman," sambung Bunda dengan tangan Yang perlahan melepas daun telinga putranya Yang kini sudah memerah.

"Ahhh... Bunda ko gitu sih, aku Kan udah janji sama mereka," balasnya dengan wajah yang begitu menyebalkan.

"Ga Ada ya. Batalin sekarang Juga," Ucap mama memperingati.

Aku hanya Dapat menahan tawaku dengan kejadian Yang barusan terjadi Dan sedikit meledek Keenan dalam bahasa isyarat hanya dimengerti oleh kami berdua.

Bunda Dan Ayah sudah berangkat sedari tadi. Yang aku lakukan sekarang hanya melamun di dalam kamar dengan handphone di tanganku Yang akan ku charge.

"Rrttt," bunyi perutku Yang menandakan aku sedang di ambang lapar.

Aku membuka pintu Dan berjalan menuruni beberapa anak tangga Dan berhenti di sebuah meja makan.

" Loh, ko ga Ada apa'?," Tanyaku sambil mencari-cari makanan di dekat situ

"Kring," bunyi notifikasi masuk

Dari : Bekantan
Woi. Bawain makanan ke atas dong.

Menjadi babu-nya Keenan di rumah merupakan Hal Yang biasa dia lakukan padaku. Mulai dari mengerjakan PR-nya, mencuci bajunya bahkan Menge-cas handphone-nya.

Balas ke : Bekantan
Tunggu Gua bawain angin ke kamar lo ya, Tuan Bekantan.

Dari : Bekantan
Maksud lo?

Balas ke : Bekantan
Ia anjir. Ga Ada makanan, mungkin Bunda lupa masakin sesuatu.

Suara hentakan menuruni tangga terdengar dengan cepat.

Keenan dengan cepat membuka tudung makanan Dan Tak di dapatinya apapun disana. Bahkan saat kami memeriksa rice cooker pun hasilnya nihil alias ga Ada apapun.
.

.

.

.

Lanjut ke chapter selanjutnya. Mau liat gimana mereka bertahan apa kagak ya..




He is My Enemy!(✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang