[1] Miracle Pill Maker Bullies the Boss

011. Dia Mendaftar di Sekolah Menengah Kota No.1?

Singkatnya, keluarga belum mencapai kesimpulan tentang sekolah mana yang harus dipilih untuknya.

Huo Yanxi berkedip lagi. Adiknya tampak sangat tenang saat mengucapkan kata-kata itu. Tampaknya dia tidak bercanda tentang memutuskan sekolah mana yang akan dia masuki.

Huo Yao menyesuaikan postur duduknya. Dia menyilangkan kakinya, dan menjawab dengan suara tanpa emosi. “Sekolah Menengah Kota No.1.”

Begitu dia menyelesaikan jawabannya, ekspresi aneh menyebar di wajah Lu Xia. Dia tidak bisa membantu tetapi menatap Huo Yao lagi, kali ini dengan tidak percaya. “Sekolah Menengah No.1? Yang ada di kota?”

Jawaban Huo Yao sama singkat dan acuh tak acuh seperti sebelumnya. "Ya."

Lu Xia merasa dia baru saja mendengar lelucon paling lucu di seluruh dunia. Dia bisa membelinya jika Huo Yao berkata "Sekolah Menengah Kota No. 11".

Tapi Sekolah Menengah Kota No.1? Bagaimana mungkin?

Itu adalah sekolah menengah terbaik di kota dan peringkat di antara 5 teratas di negara ini. Para siswa harus mengikuti ujian masuk untuk masuk dan mereka yang mendapat izin masuk, adalah siswa dengan nilai A. Huo Yao, di sisi lain, berhasil menghadiri sekolah penting di kabupaten kecil, dan itu juga karena banyak uang dihabiskan untuk mengamankan tempatnya. Lu Xia menyembunyikan kebencian di matanya. Huo Yao adalah gadis yang sangat bodoh.

“Standar untuk masuk ke Sekolah Menengah Kota No.1 cukup tinggi.” Lu Xia menyebutkan dengan senyum palsu di wajahnya.

Huo Yanxi juga berpikir bahwa adik perempuannya terlalu terburu-buru. Untuk membantunya menyelamatkan mukanya setelah pembicaraan besar ini, dia berdehem dan menimpali. "Mari kita putuskan setelah kita membicarakannya dengan ibu dan ayah."

Lu Xia tahu bahwa Huo Yanxi sedang berusaha membantu Huo Yao, jadi dia memutuskan untuk tidak membahas topik ini lebih jauh. “Beri tahu aku jika kamu membutuhkanku untuk melakukan sesuatu. Ayahku kenal kepala sekolah dari beberapa sekolah di kota. Dengan satu kata, dia akan berhasil mencapai sebagian besar tempat."

Pada titik ini, Huo Yanxi menyalakan musik. Dia tidak terlalu peduli dengan lamaran Lu Xia dan hanya berkata, “Hmm…”

Huo Yao mengetukkan jari di kakinya dengan cara yang tidak tepat. Dia sedang tidak mood untuk melanjutkan percakapan dan mengalihkan fokusnya ke luar jendela mobil.

Di jalan, lalu lintas sibuk dan lampu neon berkilauan. Pemandangan ramai pada malam hari sudah cukup untuk menunjukkan kemakmuran kota.

Ini adalah sesuatu yang belum pernah dia lihat di kabupaten kecil tempat dia berasal.

***

Tidak lama kemudian, mereka berkendara ke lingkungan yang tampaknya mengalami hari-hari yang lebih baik. Lingkungan di sini tidak bagus.

Karena ini adalah lingkungan tua, bangunannya tidak terlalu tinggi. Rumah Keluarga Huo berada di lantai paling atas, sebuah apartemen dupleks.

Tuan dan Nyonya Huo sedang menunggu di dekat pintu. Ketika mereka mendengar suara lift, mereka berdua saling memandang dengan gugup dan kemudian mengalihkan pandangan mereka ke arah lift.

Segera, Huo Yanxi dan Lu Xia keluar dengan Huo Yao mengikuti di belakang mereka.

"Ayah, ibu, kami menjemput Yaoyao." Lu Xia tersenyum cerah dan menyapa mereka dengan suara yang menyenangkan.

"Baiklah..." Song Ning, yang adalah Nyonya Huo hanya melirik Lu Xia sebelum mengalihkan seluruh fokusnya ke Huo Yao yang berdiri di belakangnya. Song Ning harus berhenti sejenak sebelum mengumpulkan cukup keberanian untuk pergi ke Huo Yao. Dia merasa senang dan takut, sekaligus.

Lu Xia merasa dia telah diabaikan dalam hal ini dan wajahnya yang tersenyum menjadi kaku untuk sesaat.

Keluarga Huo tidak kaya tetapi karena dia adalah yang termuda di keluarga, orang tua angkatnya selalu memperlakukannya dengan baik. Tapi sekarang cinta itu akan direnggut oleh Huo Yao.

Lu Xia tidak peduli untuk memanjakan mereka tapi tetap saja, perilaku mereka membuatnya kesal. Dia berusaha keras untuk menyembunyikan rasa frustrasinya.

Song Ning berjalan ke Huo Yao dan menatapnya. Putri kandungnya terlihat persis seperti dia. Kemudian, Song Ning menatap Lu Xia. Perasaan campur aduk mulai melonjak di hati Song Ning.