[1] Miracle Pill Maker Bullies the Boss

114. Harus Mengungguli Huo Yao Dalam Segala Aspek

Setelah hening selama dua detik, Huo Yanxi akhirnya berkata dengan tenang, “Aku bersama beberapa teman, dan kami mungkin akan melakukan sesuatu nanti. Karena sekelompok pria, mungkin tidak cocok bagi Huo Yao untuk ikut. Mengapa aku tidak mengambil cek hujan hari ini?”

Huo Tingrui menjawab dengan nada santai. “Tentu. Aku sedang mengemudi sekarang. Bicaralah lagi.”

“Mhm.”

Huo Tingrui mengumpulkan pikirannya dan berbalik untuk melihat Huo Yao. Dia berkata agak kurang ajar, "Baby Girl, sudahkah kamu memutuskan tempat makan?"

Baby Girl?

Bibir Huo Yao bergerak-gerak. Ada ekspresi rumit di wajahnya. Kakak keduanya tampaknya cukup berandal.

Tapi dia tidak mengungkit topik kakak laki-laki mereka setelah percakapan telepon.

"Lupakan. Mengapa kita tidak pulang? Ibu dan Ayah pasti menunggu." jawab Huo Yao dengan menggelengkan kepala.

Huo Tingrui merenungkan jawabannya sejenak. Karena mereka bisa merayakannya kapan saja, dia tidak memaksa lebih jauh.

***

Hampir pukul 19.00 saat Lu Xia sampai di rumah.

He Xiaoman baru saja pulang juga. Dia menatap putrinya dengan bingung dengan segelas air di tangannya dan bertanya. “Kenapa kamu terlambat hari ini?”

“Aku ditahan di sekolah,” jawab Lu Xia.

Karena dia sedang dalam suasana hati yang buruk, dia bahkan terdengar terganggu ketika dia berbicara dan tidak memberi tahu ibunya tentang perjalanan rumah sakitnya.

He Xiaoman menerima kata-katanya dengan mudah. Setelah dia duduk di sofa, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan berkata, "Apakah hasil kuismu dirilis hari ini?"

Lu Xia baru saja meletakkan tasnya ketika He Xiaoman menanyakan itu. Mata Lu Xia menjadi sedikit redup sebelum dia menjawab ibunya. “Mhm, mereka keluar. Aku mendapat nilai 186 dan peringkat 10 di negara ini.”

He Xiaoman mengerutkan kening dan berbalik ke samping untuk melihatnya. Dia bertanya dengan nada sedikit kesal. “Bukankah kamu peringkat ke-6 terakhir kali? Kenapa kamu jadi yang ke-10 sekarang?”

Lu Xia telah mengantisipasi bahwa He Xiaoman akan menanyakan pertanyaan ini padanya, jadi dia menjawab dengan tenang. “Ujian pendahuluan dan kuis resmi berbeda, dan kuis yang sebenarnya bahkan lebih sulit. Selain itu, banyak peserta lain yang menempati posisi ke-6 selama ujian pendahuluan. Lebih dari 120 siswa berpartisipasi, jadi datang ke 10 berarti, aku memiliki peluang tinggi untuk lolos ke final nasional.”

Meskipun He Xiaoman agak tidak jelas tentang mekanisme kuis, dia mengerti bahwa Lu Xia telah tampil cukup baik dengan mencapai posisi 10 di antara 120 siswa.

Lagipula, peserta kuis ini adalah siswa terbaik dari seluruh negeri.

Ekspresi He Xiaoman langsung berubah menjadi lebih lembut ketika dia berbicara berikutnya. “Aku tidak memahaminya pada awalnya dan mengira skormu merosot ke bawah. Sekarang setelah kamu menyebutkannya, kupikir nilaimu bagus.”

Lu Xia menundukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa lagi. Dia berjalan ke sofa di samping dan duduk sebelum menggosok dahinya dengan tangannya.

"Oh ya. Bagaimana Huo Yao melakukannya?" tanya He Xiaoman dengan santai setelah dia meletakkan gelasnya di atas meja.

Tangan Lu Xia berhenti sebelum dia berkata secara naluriah, “Aku tidak yakin. Aku tidak memperhatikan skornya.”

He Xiaoman ingat bagaimana dia mempermalukan dirinya sendiri di depan presiden rumah sakit dan dokter lain karena Huo Yao. Matanya menjadi dingin.

Dia berkata dengan tegas, “Xiaxia, kamu adalah kebanggaan dan kegembiraanku, jadi kamu harus melebihi Huo Yao dalam setiap aspek. Apakah kamu mengerti?"

Ekspresi canggung menyapu mata Lu Xia. Orang desa masuk lebih dulu, dua kali! Bagaimana dia bisa mengalahkan gadis itu? Dari mana dia mendapatkan kemampuan untuk menghancurkannya?

Lu Xia mengerutkan bibirnya dengan mencela diri sendiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Dia hanya bersenandung sebagai jawaban. “Mhm.”

He Xiaoman gagal mendeteksi ekspresi aneh Lu Xia dan menawarkan bantuannya. “Haruskah aku menyewa tutor pribadi untuk membantu dalam revisimu?”