[1] Miracle Pill Maker Bullies the Boss

119. Seorang Pencuri Berteriak "Pencuri"

Saat Lu Xia mendengar nama Huo Yao, matanya tanpa sadar membeku sesaat.

Tapi tanpa mengubah suaranya, dia berkata, “Apa dia tidak tahu kalau Nenek dirawat di rumah sakit? Mengapa dia muncul di apartemen? Apakah dia pergi ke sana untuk mengambilkan sesuatu untuk Nenek?”

He Xiaoman menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan cemberut. “Dia tidak ada di sana untuk mengambil apa pun. Pengasuh berkata bahwa Huo Yao bertanya padanya apakah nenekmu ada di rumah. Ketika pengasuh mengatakan kepadanya bahwa dia tidak ada di sana, Huo Yao segera pergi.”

Ekspresi bingung muncul di wajah Lu Xia juga. "Apa yang dia lakukan?"

Setelah merenung beberapa detik, Lu Xia berkata, “Bu, sepertinya sangat aneh. Mengapa kita tidak menelepon Nenek dan mencari tahu?”

"Aku juga memikirkan hal yang sama," kata He Xiaoman dengan anggukan. Dia mengambil teleponnya dan dengan cepat menghubungi nomor wanita tua itu.

Tapi segera, ekspresi bingung He Xiaoman berubah menjadi cemberut saat dia menutup telepon dan berkata, "Ponselnya mati."

“Erm… Apakah ponselnya mati? Mungkinkah sesuatu telah terjadi padanya?” tanya Lu Xia dengan nada cemas tiba-tiba.

Kelopak mata He Xiaoman berkedut. Dia berdiri dan berkata, "Biarkan aku menemukan nomor rumah sakit untuk menelepon dan menanyakannya."

Dia berjalan ke lemari dan menemukan kartu nama dokter. Dia memutar nomor itu tanpa ragu-ragu.

"Halo? Apa? Ibuku sudah keluar?” kata He Xiaoman dengan sangat terkejut.

Lu Xia sudah berjalan ke He Xiaoman. Dia mendengarnya berbicara di telepon dan bertanya. “Apakah Nenek dipulangkan? Bukankah dia memberitahumu tentang itu?”

Pikiran He Xiaoman mulai kosong saat dia berkata, “Tidak, dia belum. Aku sangat marah padanya tadi malam sehingga aku tidak mengunjunginya di rumah sakit hari ini.”

Ekspresi Lu Xia menjadi semakin serius. Dia berkata, “Mengapa dia melepaskan dirinya tanpa mengatakan sepatah kata pun kepada siapa pun? Dia seorang wanita tua di lingkungan yang asing. Dia bahkan tidak kembali ke apartemen. Kemana lagi dia bisa pergi?”

He Xiaoman menekan pelipisnya yang berdenyut-denyut. Kemudian sebuah pikiran terlintas di benaknya, dan wajahnya tenggelam. Dia mengertakkan gigi dan berkata, “Kamu benar. Nenekmu tidak tahu apa-apa. Jadi mengapa dia melepaskan dirinya sendiri kecuali seseorang meyakinkannya?”

Setelah berhenti selama beberapa detik, He Xiaoman terus berbicara dengan ekspresi percaya diri. “Pasti Huo Yao yang mengambil Nenekmu. Itu hanya dia!”

Lu Xia menurunkan pandangannya. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Mungkin itu bukan Huo Yao. Bukankah pengasuh baru saja mengatakan dia mencari Nenek juga?”

He Xiaoman tertawa dingin dan mengejek. “Dia hanya seorang pencuri yang berteriak “pencuri”. Bagaimana kamu bisa mempercayainya?”

“Tapi—” lanjut Lu Xia, hanya untuk dipotong oleh He Xiaoman.

Dia berkata, “Cukup. Jangan bodoh. Aku tidak ingin mendengar putriku membela orang luar.”

Kemudian He Xiaoman mengangkat teleponnya untuk menemukan nomor Huo Yao dengan marah sebelum meneleponnya.

***

Setelah Huo Yao sampai di bawah gedung, dia tidak langsung meninggalkan rumah neneknya dan duduk di bangku umum di taman sebagai gantinya.

Telepon wanita tua itu tetap mati.

Pengasuh tampaknya tidak melakukan tindakan apa pun. Juga, menilai dari pemahaman Huo Yao tentang He Xiaoman, tidak mungkin dia mengambil wanita tua itu tanpa sepatah kata pun. Jadi satu-satunya kemungkinan adalah neneknya pergi atas kemauannya sendiri.

Huo Yao menekan dahinya dengan jari-jarinya. Dia memegang ponselnya dan secara singkat memikirkan tentang kemungkinan sebelum dia mengetuk ikon aplikasi yang tidak dikenal di ponselnya. Saat dia akan masuk, nomor yang tidak dikenal muncul di layar ponselnya.

Huo Yao berhenti sejenak sebelum menjawab telepon.

"Halo. Oke. Aku akan tiba di sana dalam dua puluh menit. Terima kasih."

Setelah menutup telepon, Huo Yao berdiri. Saat itu, teleponnya berdering sekali lagi. Ketika dia menunduk untuk melihat layar, dia menolak panggilan tersebut tanpa ragu-ragu.

Dia meletakkan ponselnya di sakunya sebelum segera keluar dari taman.