49. Potret Keluarga

78 29 0
                                    

Selamat membaca
cerita If You Know My Heart

Playing Now | One Direction - Strong

"Because laughing with family is a warmth that can be felt until we get old

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Because laughing with family is a warmth that can be felt until we get old. Right? Sure."

oOo

Azkia sedari tadi sibuk dengan kegiatannya sendiri. Walaupun dia sekelompok dengan Anggara, namun dia hanya menanggapi secukupnya saja ketika Anggara menjelaskan makna tentang patungnya.

"Lo bisa profesionalnya ga!"

Azkia melirik tajam. "Ini udah profesional. Aku dengerin kamu jelasin Ga! Aku juga udah nanggepin seperlunya, mana bagian yang tidak profesionalnya?"

Azkia mengambil laporan presentasi miliknya dan pergi menyerahkannya pada Bu Geyana. "Tanganmu kenapa?"

Azkia tersenyum. "Kecelakaan gokart ringan Bu."

"Kamu harus lebih hati-hati yah. Ibu soalnya ingin memberimu tanggung jawab menjadi ketua pelaksana kelas karena Eric sudah menjadi penanggung jawab angkatan. Apa kamu sanggup?"

Azkia mengangguk. "Cedera ini bukan penghalang kesanggupan saya. Jadi saya menyanggupinya."

"Bagus! Kamu akan bekerja sama dengan Anggara sebagai wakil."

Azkia bengong. "Kenapa Anggara Bu?"

"Takdir, kenapa engkau terus mempersatukan kami," kata Azkia dalam hati.

"Apa kamu tidak mau bekerja sama dengan Anggara? Bukannya kalian dekat?"

Azkia menghela napas pelan. "Baik Bu saya bersedia."

"Oke anak-anak sekalian. Ibu akan umumkan sesuatu," kata Bu Geyana. "Anggara silahkan maju."

Tanpa menjawab, Anggara maju ke depan. "Baik. Jadi, ketua pelaksana kelas kalian adalah Azkia dan wakilnya adalah Anggara."

Semua teman sekelas Azkia langsung memberinya tepuk tangan. "Silahkan duduk kembali ke tempat kalian."

"Terima kasih Bu," ujar keduanya bersamaan.

Azkia duduk duluan. Dia sedikit kesal dipasangkan dengan Anggara. Jika seperti ini, bagaimana untuknya untuk seribu persen melupakan perasaan padanya. Ingin sekali Azkia menolak, tapi kalau begitu namanya dia tak bisa profesional. Azkia harus menghadapi Anggara dengan perasaan yang biasa saja, harus. Azkia yakin dia bisa.

"Angga, lo ada usul tema?"

"Dih, lo ketuanya. Lo lah yang harus mikir dulu," kata Anggara.

"Gue cuma nanya! Kok jawabnya ngegas?"

Anggara menghela napasnya. "Lo juga ngegas tuh."

"Lo dulu sialan!" Azkia mengecilkan dan menekan suaranya.

If You Know My Heart (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang