CHAPTER 28✨

32.8K 2.1K 2
                                    

                        Vote and komen

                        Vote and komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  <<<GARISLINTANG>>>

  AIR MATA Lintang mengalir begitu saja tanpa adanya suara sedikit pun dari mulutnya. Menangis dalam diam mungkin sebutan pas untuk situasinya saat ini.

Brak

Suara gebrakan pintu kamar yang dibuka kasar membuat Lintang yang sedang telungkup menolehkan kepalanya kearah dimana disana Vania terlihat sangat marah.

Lintang menghapus kasar air matanya dan mengubah posisinya menjadi duduk bersila diranjangnya.

Plak

Miris, sangat miris. Setelah apa yang dilakukan Vania terhadapnya, Ibunya itu malah memilih menamparnya dengan keras dari pada meminta maaf atau berkata manis? Tidak tahukah bahwa hatinya hancur saat ini?

“Keterlaluan!!kamu tau gak seberapa susahnya mama untuk menjadikan Damar rekan kerja mama!hah?!kamu tau seberapa besar ruginya perusahaan mama karena kamu menolak perjodohan ini!??dasar gak tau diuntung!!lihat!!sekarang Damar pergi dan semuanya hancur gara-gara kamu!!”pekik Vania membuat Lintang menatapnya dengan sorot mata penuh luka dan benci.

Lintang memejamkan matanya sebentar lalu menatap Vania yang memandangnya dengan nafas memburu.

“Gak tau diuntung. Rugi besar. Perusahaan...”gumam Lintang pelan dengan mata yang tertuju pada lantai, jeda sejenak ia menatap Vania muak. “apalagi ma?APALAGI!!?gak cukupkah mama buat Lintang merasa sendiri?!gak cukupkah mama ngebiarin Lintang hidup dengan Kurangnya kasih sayang keluarga?!GAK CUKUP??!!SAMPAI-SAMPAI MAMA TEGA JODOHIN LINTANG KAYAK GINI!!?”Lintang menatap Vania dengan sorot mata terluka.

“bahkan mama gak mikirin gimana ke depannya hidup lintang.” gumamnya pelan lalu mengambil kunci mobilnya dan berlalu meninggalkan Vania yang sedang mengepalkan tangannya marah.

Lintang mengendarai mobilnya tanpa tujuan, dengan mata yang mulai berair dan hati yang terasa sakit.

Tersenyum miris, ia kembali teringat dengan kelakuan Vania yang mencoba menjodohkannya. “tau gak sih, rasanya tuh kaya gak ada harganya dan gak diinginkan.” monolognya pelan dengan mata yang tertuju ke depan seolah mengajak malamnya ibu kota berbicara.

Sakit rasanya, saat menyadari kalau satu-satunya orang yang kita sayang seperti tidak mengharapkan kehadiran kita.
Memikirkan hal itu membuat konsentrasinya terbelah sampai.

TIN

CIIIIITTT~~~

GARIS LINTANG[E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang