🌿 1 🌿

17K 1K 301
                                    

Theme Song: Technicolor Beat - Oh Wonder

.

.

.

🌿: Bab yang membahas masa kini
🍂: Bab yang membahas masa lalu

.

.

.

Sarapan khidmat Donghyuck dibantai suara dering ponsel. Sambil melirik kontak penghubung, ia meletakkan benda persegi itu ke telinga kiri.

"Selamat pagi, Pak," sapa suara wanita di seberang. "Jadwal meeting siang ini dimajukan ke jam 10, karena perwakilan dari majalah Avant Garde baru saja mengabari atasan kalau mereka akan hadir di kantor pukul 10 pagi ini. Atasan meminta Bapak untuk siap-siap dengan rancangan yang Bapak ajukan kemarin."

Donghyuck berdecak. Perubahan rencana, perubahan kondisi; sesuatu yang kurang ia sukai. Meski menduduki jabatan penting di salah satu perusahaan fesyen terbesar di ibu kota Korea Selatan tidak menutup kemungkinan adanya penindasan dari atasan. Terlebih kalau dia berstatus Omega dan atasannya pria berstatus Alpha yang sudah menunjukkan rasa tidak mau kalah sejak Donghyuck bergabung di perusahaan itu. Kalau tidak begitu, pria itu akan memandangnya dengan lapar, sesuatu yang sangat Donghyuck benci.

"Baik, saya segera ke kantor," ujar Donghyuck. "Tolong hubungi Yeri dan suruh siapkan ruangan."

"Maaf, Pak. Saya sudah mencoba menghubungi meja sekretaris Bapak, tetapi tidak ada yang merespons. Sepertinya Yeri belum di kantor, Pak."

Kegiatan Donghyuck mengemasi bekas sarapan seketika terhenti. Ia memutar mata geram, sebelum akhirnya bersuara dengan usaha menekan emosi agar tidak disadari Yuna di seberang sana.

"Ya sudah kalau begitu. Nanti saya hubungi sendiri. Terima kasih."

Donghyuck buru-buru menyudahi panggilan, pun menatap waktu di layar ponsel: pukul setengah 9 pagi. Dengan kecepatan yang sama, ia menekan sebuah kontak dan kembali meletakkan ponsel ke telinga. Setelah dering kedua, panggilan terjawab.

"Di mana?" Donghyuck langsung menyembur. "Sudah jam segini dan kau masih belum di kantor."

"Paaak!" Suara memelas Yeri terdengar dari seberang telepon. "Maaf. Saya tertinggal bus dan harus mencari taksi. Sekarang saya masih di jalan, terjebak macet. Setengah jam lagi saya sampai di kantor, Pak."

"Ck, kau sekretaris, tapi bertingkah seperti bos." Ia membuang napas. "Meeting hari ini dimajukan ke jam 10. Saya tidak mau tahu. Setiba saya di kantor, ruangan dan materi untuk meeting sudah siap."

"Iya, Pak. Saya usahakan. Maaf sekali lagi, Pak. Di sini juga masih macet. Apa harus saya lariㅡ"

Terserah! Batin Donghyuck menjerit kesal. Ia menyudahi panggilan telepon dan melangkah tergesa keluar dari dapur. Hanya ada sedikit waktu untuk bersiap. Lagi-lagi, ia tidak sempat mencuci piring dan membuat sarapan untuk kekasihnya.

Donghyuck memasuki kamar ketika buntalan selimut di atas ranjang bergerak pelan, lalu berhenti, pertanda manusia di baliknya hanya mengubah posisi. Donghyuck tidak begitu memberi atensi, lantas meraih handuk dan memasuki kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, ketika ia keluar dalam tampilan lebih segar, buntalan di atas ranjang masih dalam posisi sama. Donghyuck tidak mengatakan apa-apa dan hanya fokus pada tujuan; cepat selesai dan menuju kantor.

Ketika Donghyuck tengah mengancingkan kemeja, buntalan di atas ranjang bergerak. Sebuah kepala menyembul dari balik selimut; wajah pucat dengan mata sipit yang semakin sipit ketika menghindari cahaya sambil berusaha mengenyahkan kantuk.

[✓] Metanoia [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang