Lincah dan harus aktif mungkin sudah menjadi nama tengah Lisa selama setengah tahun terakhir. Pagi hari Lisa akan selalu mondar-mandir dari kelasnya ke ruang OSIS, begitu pun sebaliknya. Bahkan waktu baru menunjukan pukul 07.10 sekalipun, Lisa sudah terlampau sibuk dengan urusannya. Menjadi wakil ketua OSIS tentunya membuat Lisa meluangkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk mengurusi organisasi sekolahnya.
Tentu saja ada kalanya Lisa merasa lelah dan letih baik pikiran maupun batin. Namun kalau sudah berbicara tentang tanggung jawab Lisa bisa apa. Alhasil, meski bergelayut sejuta beban Lisa tetap menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya.
Lisa melangkahkan kakinya memasuki ruang OSIS. Pemandangan pertama yang dijumpainya yaitu rekan seorganisasinya yang menoleh akan kedatangannya, namun tak berselang lama mereka kembali fokus ke pekerjaan masing-masing. Hanya beberapa saja yang terang-terangan tersenyum dan menyapa Lisa yang dibalas pula senyum olehnya.
"Ji, ini. Ada lagi yang perlu di-print?" tanya Lisa seraya menyerahkan tumpukan dokumen di atas meja lantas mendudukan diri disamping Jinoraㅡrekannya yang menjabat sebagai sekertaris OSIS.
Gadis berambut sepunggung itu menoleh, melirik Lisa sekilas. Kemudian berganti meraih lembar demi lembar dokumen yang memang dirinya tadi meminta bantuan Lisa untuk mencetaknya. Tersenyum cerah, gadis itu lantas berucap terima kasih.
"Makasih Lisa. Nggak ada kok. Cuma tinggal ini aja, nanti biar gue print sendiri aja sekalian mau gue jilid." jawabnya.
Lisa mengangguk paham.
Kepalanya kemudian menoleh ke arah dinding, melirik posisi jam berada. Lima menit lagi bel tanda pelajaran pertama dimulai terdengar dan seharusnya Lisa sudah harus mulai kembali ke kelas.
"Ji, lo nggak ke kelas? Bentar lagi bel masuk deh."
Jinora tidak langsung menjawab melainkan masih terfokus menatap layar komputer di hadapannya. Jemari lentiknya pun masih aktif menggeser-geser kursor mouse.
"Kelas gue jamkos Lis, Bu Dara ijin, sakit katanya." jawab Jinora akhirnya merespon ucapan Lisa. "Lo balik ke kelas aja. Gue masih mau di sini sampek ganti mapel kedua, nyelesein ini." lanjutnya.
Sedikit informasi, Lisa dan Jinora memang tidak sekelas. Jinora kelas 2 IA 1 sementara Lisa kelas 2 IA 2. Kalau ditanya hubungan mereka berdua seperti apa, jawabannya ya biasa saja. Mereka hanya terlibat percakapan jika berada diruang lingkup kepengurusan OSIS. Selebihnya bertatap muka dilain situasi hanya saling sapa dan melempar senyum saja. Manusia semacam Lisa yang berada dikategori cukup susah bersosialisi dirasanya sudah cukup seperti itu. Daripada tidak sama sekali, bukan.
"Nggak papa gue tinggal sendirian? Anak-anak udah ke kelas semua loh." Lisa bertaya memastikan keadaan rekannya itu.
Jinora mengangguk yakin. "Iya nggak papa. Lagian ada Ennuarta, Chacha sama Jevin. Mereka bentar lagi kesini kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE BOYFRIEND
FanfictionNatasha Kalalisaㅡharus terjebak dengan permainan yang diciptakan gadis itu sendiri. Kejadian tak terduga mempertemukannya dengan laki-laki bernama Reyden Wang. Dirasa menemui seseorang yang tepat, muncul lah ide gila milik Lisa yang meminta laki-lak...