Lisa masih saja mendumel, mengumpat dengan mulut yang sedari tadi terus mengomat-amit tak jelas bak seorang dukun yang sedang baca mantra. Tangannya pun tak henti-hentinya bergerak dengan geram, memukul kepalanya sendiri juga meremas-remas kasar rok yang dikenakan.
Sementara kaki gadis itu sibuk menendang-nendang apa saja yang dilihat oleh matanya. Entah itu kerikil, kayu-kayu kecil atau benda lainnya.
Sudah lebih dari sepuluh menit Lisa berdiri di sini, di rooftop sekolah lebih tepatnya. Bel masuk sebenarnya sebentar lagi akan berbunyi, mungkin sekitar lima belas menitan lagi. Namun Lisa masih ingin menyasar di sini, menyendiri dan meratapi nasib. Toh nanti jika dirinya telat, Lisa bisa beralasan habis dari toilet ataupun ada keperluan di ruang OSIS.
Sejak beranjak meninggalkan kantin tadi, Lisa memang terus berjalan tak tentu arah hingga sampai lah dirinya berada di sini, atap gedung sekolah. Tempat yang jarang dijamah keberadaan murid lain, mungkin.
Lisa sibuk menenangkan pikiran. Kepalanya rasanya hampir terasa pecah hanya karena perdebatan kecil antara dirinya dengan Jihan tadi di kantin. Kepalanya terasa berat. Semua ucapan yang terlontar dari mulut teman-temannya seperti bom atom nuklir yang mengganjal di kepala. Rasanya benar-benar ingin meledak. Padahal, itu tak seberapa besar dengan masalah orang-orang lain bukan?
Lisa nggak punya pacar?
Lo bohong, Lis?
Gue nggak mau temenan lagi sama lo!
Gue mau lo kenalin pacar lo ke kita!
Kata-kata itu seolah terus berputar di kepala Lisa bak seperti kaset yang sudah rusak. Rumus fisika, kimia, dan matematika yang nyatanya begitu sulit pun tak sampai membuat Lisa uring-uringan seperti ini. Tetapi kasus ini berbeda, Lisa frustasi dan stress dibuatnya.
Apakah hanya masalah tidak mempunyai kekasih bisa membuat seseorang frustasi? Apakah hanya karena tidak mengenalkan pacarnya ke teman-temannya bisa merusak tali pertemanan?
Gila memang,
Dan tentu saja aneh.
Lisa kembali mengacak-acak rambutnya gemas, menghela nafas panjang yang terkesan terasa berat.
Sempat terdiam lama, pandangannya tak sengaja bergerak turun memandangi beberapa siswa laki-laki yang tengah bermain basket di lapangan basket bawah sana.
Mata Lisa langsung terbuka, menatapnya dengan berbinar. Dengan perlahan, emosi yang semula bergemuruh di dalam dada mendadak mereda. Tergantikan dengan laju detak jantung yang tidak normal. Tidak normal maksudnya berpacu dengan cepat, lebih tepatnya deg-degan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE BOYFRIEND
FanficNatasha Kalalisaㅡharus terjebak dengan permainan yang diciptakan gadis itu sendiri. Kejadian tak terduga mempertemukannya dengan laki-laki bernama Reyden Wang. Dirasa menemui seseorang yang tepat, muncul lah ide gila milik Lisa yang meminta laki-lak...