Fall for You
Wifam_Fanfiction™^Happy Reading^
Seohyun menangkup kedua pipi Jaemin. "Jaemin-ah, sebelumnya Noona ingin minta maaf padamu karena untuk kali ini, Noona tidak bisa memenuhi permintaan Jaemin."
"Noo– Noona marah pada Jaemin karena panggilan Eomma itu?" Nada bicara bocah itu terdengar takut-takut. Kepalanya tertunduk, tidak berani menatap Seohyun.
Dia mengangkat dagu Jaemin dan mengusap lembut pipi bocah itu. "Sayang, dengarkan Noona. Noona tidak akan marah pada Jaemin hanya karena hal kecil seperti ini. Noona hanya tidak ingin ada masalah yang muncul karena panggilan Eomma itu. Jaemin sendiri pernah bilang 'kan jika Appa Jaemin menyeramkan saat marah?"
Jaemin mengangguk kecil, membenarkan ucapan Seohyun tentang ayahnya yang menyeramkan saat marah. "Noona, maafkan Jaemin. Jaemin mengatakan itu karena Appa bilang mungkin suatu saat Noona akan setuju menjadi Ibu Jaemin jika Jaemin selalu menuruti perintah Appa. Jadi Jaemin ingin memanggil Noona dengan panggilan Eomma."
Seohyun menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Dia tidak mungkin menampakkan kekesalannya pada Kyuhyun di depan Jaemin. Seulas senyum Seohyun paksakan untuk menghiasi wajahnya.
"Jaemin ada apa menemui Noona tiba-tiba seperti ini? Bagaimana jika tadi Noona tidak ada di ruangan?" tanya Seohyun, berusaha mengalihkan pembicaraan dan juga untuk menghilangkan emosinya. Sepertinya segala sesuatu yang berhubungan dengan Kyuhyun selalu membuat Seohyun kesal.
"Jaemin hanya mau mengingatkan Noona agar tidak lupa menghadiri acara pertunjukan musik Jaemin besok."
"Mengapa Jaemin tidak menelepon Noona saja, hmm?"
"Sebenarnya Jaemin ingin menelepon Noona, tapi Paman Kim tidak mempunyai nomor telepon Noona. Beberapa hari ini, Jaemin juga tidak bertemu dengan Appa. Kata Paman Kim, Appa sedang sibuk dengan pekerjaannya," terang Jaemin.
"Besok Noona pasti akan datang. Kau tidak perlu khawatir karena Noona tidak akan lupa. Bukankah Noona sudah berjanji padamu, hmm?" Seohyun tersenyum.
"Terima kasih, Noona. Jaemin akan pulang sekarang. Sampai bertemu besok, Seo Noona," ucap bocah itu semangat.
Seohyun kembali ke dalam ruangannya setelah mengantarkan Jaemin. Baru beberapa menit dia melanjutkan lagi pekerjaannya yang masih belum selesai, suara ketukan pintu terdengar. Sebuah helaan napas lelah keluar begitu saja, tepat saat pintu ruangannya terbuka.
"Seohyun-ie, apa aku mengganggumu?"
"Menurutmu?" balas Seohyun tanpa menatap si pemilik suara.
Kembaran Seohyun duduk di hadapan gadis itu. Sama sekali tidak terganggu dengan sikap adiknya ini. "Apa Eomma meneleponmu hari ini, Hyun?"
Seohyun melemparkan tatapan tajam pada Yoona. Kecurigaannya kembali terpancing. "Apa maksudmu mengatakan aku sudah tidak tinggal di rumah pada Eomma, huh? Mengapa kau selalu mencampuri urusanku?"
"A-aku tidak sengaja mengatakan pada Eomma jika kau sekarang tidak tinggal di rumah. Kau tahu 'kan bahwa aku tidak bisa berbohong di depan Eomma? Ditambah Eomma terus menanyaiku tentang keadaanmu," sahut Yoona pelan.
"Tetap saja, kau tidak perlu mengatakan itu pada Eomma. Kau bisa saja bilang aku baik-baik saja dan masih tinggal di rumah, kan?"
"Seharusnya kau tidak meninggalkan rumah. Kau tahu? Sejak kau melanjutkan studi di luar negeri, Eomma selalu menunggu saat-saat kita semua dapat berkumpul ... dan kau malah membuat Eomma sedih. Aku tidak tahu ada masalah apa di antara kau dan Eomma, tapi bukankah sikapmu kali ini keterlaluan, Hyun?"
"Kau tidak tahu atau hanya berpura-pura tidak tahu, huh?" sinis Seohyun.
Seohyun terus memperhatikan Yoona yang terlihat bingung dengan pertanyaan yang baru saja dia lontarkan. Apa ada yang salah dengan pertanyaan Seohyun sehingga dia tidak langsung menjawab seperti biasanya?
"A-ak-aku benar-benar tidak tahu masalahmu dan Eomma. Jika aku tahu, aku pasti akan membantumu menyelesaikan masalah itu."
Seohyun mendengus pelan. "Pulanglah. Aku tahu kau juga masih memiliki urusan lain dan lupakan saja pertanyaanku."
"Tapi, Hyun-"
"Pekerjaanku masih banyak, jadi tolong pulanglah. Kita bisa bicarakan di lain waktu," potong Seohyun.
***
Seohyun menggeliat pelan di atas kasurnya. Dia melirik ke arah jam dinding yang kini menunjuk pada angka tujuh pagi. Hari ini memang gadis itu sengaja bertukar jadwal praktik dengan dr. Park untuk menghadiri pertunjukan musik Jaemin dan juga menjemput sahabatnya.
Dering ponsel menghentikan Seohyun yang akan membuka pintu mobilnya. Dia menjawab panggilan masuk tersebut sebelum masuk ke dalam mobil.
"Seohyun-ah, nanti kau ikut menjemput Nara, kan?" tanya Minho di seberang sana.
"Hmm ... tentu saja aku ikut."
Suara tawa Minho terdengar. "Kita berangkat bersama saja nanti. Aku akan menjemputmu di rumah sakit dan setelah itu kita akan menjemput Nara."
"Sepertinya lebih baik kita bertemu saja nanti di bandara karena hari ini aku bertukar jadwal dengan dr. Park."
"Mengapa tiba-tiba kau bertukar jadwal?"
"Aku ada janji dengan Jaemin untuk menghadiri pertunjukan musiknya pagi ini dan sekarang aku sedang menuju sekolah anak itu."
"Baguslah kau tidak pergi bersama ayahnya," gumam Minho cepat. Ada nada tidak suka yang terselip di sana.
"Kau cemburu karena sahabatmu pergi dengan pria lain, eoh?" goda Seohyun.
Tentu saja aku cemburu, Hyun. Bukan sebagai sahabat, tapi sebagai seorang pria, batin Minho.
"Hey! Kau masih di sana, kan?" tanya Seohyun.
"Apa katamu? Ck, yang benar saja." Minho berdecak kecil sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "kau yakin tidak mau kita berangkat bersama saja menjemput Nara?"
"Aku belum tahu, Minho-ya. Nanti aku akan mengabarimu lagi."
"Baiklah. Sampai nanti, Hyun."
"Eumm ... sampai nanti," sahut Seohyun dan mengakhiri panggilan.
Gadis itu menoleh ke samping saat mendengar suara Jaemin yang berdiri di samping Kyuhyun. Bocah itu tersenyum lebar melihat Seohyun datang.
"Aku pikir, kita memang ditakdirkan untuk bersatu, dr. Seo. Lihat saja, mobil Anda bisa terparkir di sebelah mobil saya," ucap Kyuhyun tiba-tiba.
"Itu hanya kebetulan, Cho-ssi," balas Seohyun tak acuh. Dia menghampiri Jaemin dan mengajak bocah itu berjalan masuk ke dalam gedung. Meninggalkan Kyuhyun yang segera mengejar mereka. Dia menggandeng tangan kanan Jaemin.
"Noona, terima kasih sudah datang," seru Jaemin sebelum menuju ke arah sang guru yang sudah memanggil namanya.
"Sama-sama. Kau pasti bisa, Sayang." Seohyun tersenyum dan mengusap lembut pipi Jaemin.
"Buat dr. Seo bangga agar dia mau menjadi ibumu, Jaemin-ah," bisik Kyuhyun pelan yang langsung diangguki Jaemin dengan semangat.
Seohyun melirik curiga dengan sikap Kyuhyun. Apa yang pria itu katakan pada Jaemin?
"Apa maksud lirikan Anda tadi? Apa saya melakukan sesuatu yang salah, dr. Seo?" tanya Kyuhyun begitu mereka duduk.
"Saya rasa Anda telah mengajarkan sesuatu yang salah pada putra Anda," sindir Seohyun.
TBC
A/N:
Halooo! Di part ada sedikit SeoKyu Moment. Maaf untuk segala kesalahan dan kekurangan dalam FF ini. Semoga kalian suka...
Mohon kritik dan sarannya ya..Terima kasih 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall for You [Complete] ✅
FanficSemuanya berubah dalam sekejap. Ibunda Seohyun yang dulu selalu mendukung penuh keinginan putrinya untuk menjadi dokter kini berubah 180 derajat. Perubahan sikap sang ibu turut mengubah sosok Seohyun. Seohyun yang dulunya merupakan gadis yang ceria...