3. Ilmu

189 34 150
                                    

Do what you think is good, but useful for others.

•••••

Kejadian datang terlambat ke sekolah seakan menjadi peringatan keras untuk diriku untuk tidak mengulanginya lagi. Jiwaku menemukan teguran untuk lebih bisa menghargai waktu. Meskipun terkadang masih suka begadang hanya untuk menyelesaikan bacaan novel yang belum tuntas.

Namun, dengan izin Allah, berkat visi misi sekolah ini yang benar-benar berpengaruh untuk peserta didiknya, perlahan, kebiasaan buruk itu mulai terkikis.

Di sekolah inilah aku benar-benar dilatih untuk disiplin. Tidak lagi ingin menyia-nyiakan waktu dan selalu menggunakan waktu tersebut dengan sebaik dan sebijak-bijaknya.

Disiplin di sekolah merupakan tindakan yang memang harus dilakukan. Disiplin sangatlah berpengaruh untuk kehidupan sehari-hari. Maka tidak diherankan bila disiplin memang sudah menjadi aturan tiap-tiap sekolah, bahkan masyarakat pun. Membudayakan disiplin di sekolah sangatlah penting. Hal ini membuat seluruh warga sekolah dapat menghasilkan hidup yang teratur, dan aku mempercayai hal itu.

Sebenarnya, disiplin sangatlah penting bagi kehidupan dan perilaku tiap-tiap individu. Akan tetapi, sudah banyak berita yang bertebaran luas menyatakan bahwa tingkat kedisiplinan siswa sangatlah kurang. Banyak siswa yang sudah melanggar beberapa aturan yang telah ditetapkan di sekolah. Hal ini tentu berpengaruh dalam latar kehidupan siswa.

Pendidikan karakter disiplin sangatlah dibutuhkan dalam masa-masa seperti sekarang. Bahkan tujuan utama pendidikan pun menjadikan siswa menjadi cerdas dan memiliki karakter yang baik. Pemerintah juga telah membuat suatu kebijakan mengenai pendidikan karakter yang sengaja dibuat sebagai bagian dari pendidikan sekolah.

Bahkan, menurut Imam Ahmad, disiplin juga dapat membentuk kejiwaan anak untuk memahami peraturan sehingga ia mengerti kapan saat yang tepat untuk melaksanakan peraturan dan kapan pula mengesampingkannya. Kondisi kejiwaan anak butuh diatur sehingga seorang anak akan merasa tentram dan teratur.

Thomas Lickona pun juga berpendapat, bahwa disiplin berdasarkan karakter adalah pelaksanaan yang membuat para siswa selalu bertanggungjawab pada aturan-aturan yang adil dan tegas.

Dering bel yang begitu nyaring berhasil membuat aku dan teman-temanku semburat keluar dalam kelas untuk melaksanakan jadwal senam pagi. Walaupun tidak ada mata pelajaran Penjaskes, sekolah di sini memberikan kami jadwal untuk membugarkan diri. Katanya, jika tidak melakukan kegiatan seperti ini, tidak jarang anak didik semakin bermalas-malasan.

Siapa sangka, tidak hanya murid yang senam, tapi gurunya pun turut andil dalam acara sehat bersama ini. Di sekolah ini, guru layaknya seorang teman agar anak didik mampu menangkap energi positif dengan mudah.

Bagi seorang murid, guru bagaikan tolok ukur. Yang dimana, siswa akan meniru setiap apa yang dilakukan seorang guru. Bila guru mampu menerapkan segala yang bersangkutan dengan baik, maka siswa tidak akan jauh dari gurunya.

Guru adalah pusat otoritas karakter dalam lingkup sekolah. Melatih sebuah otoritas bukan berarti menjadikan siswa otoriter. Disiplin merupakan titik masuk bagi pendidikan karakter. Itu yang bisa aku simpulkan selama hampir 3 tahun bersekolah disini.

—————

Karena guru tidak masuk, biasanya di sekolah lain ada kata 'jamkos'. Akan tetapi, berbeda dengan kelasku. Jam pelajaran yang kosong sama sekali tidak berlaku. Bila memang gurunya berhalangan hadir, maka dipastikan kami harus tetap mengisi materinya sendiri. Seperti membaca ulang materi awal sampai akhir dan mempelajari materi baru dengan segala kemampuan yang dimiliki. Ahaha, sekolahku memang berbeda. Akan tetapi, aku meyakini, ini juga demi kebaikan masa depanku nantinya.

Bukankah meninjau ilmu dalam islam itu diharuskan?

Dari Anas Ibn Malik r.a ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap orang Islam.” (H.R. Ibn Majah).

Sangat penting menuntut ilmu bagi kami, orang Islam. Karena Imam Syafi'i dalam kitab Dīwān juga menegaskan: “Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.”

Nasihat tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan.

Meski begitu, ilmu pengetahuan tidak mudah diperoleh. Masih ada beberapa cara dan strategi yang harus dilalui. Hal ini Imam Syafi'i menegaskan pula dalam kitab Dīwān: “Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu lama.”

Ungkapan di atas penting untuk diketahui oleh orang-orang yang sedang asyik-asyiknya menuntut ilmu. Cara ini perlu dilakukan supaya berhasil. Memerlukan semangat juang, harus dekat, akrab, dan hormat kepada guru supaya ilmu yang dicari berkah.

Al-Qur’an surah Ar-Rahman: 33 menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan, maka ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya oleh Allaah Swt.

Jadi, setelah semua ini. Ketika kalian jamkos, ngapain aja?

Mood baik tak jarang-jarang menjumpaiku untuk lebih gencar merangkum materi dari bab-bab sebelumnya. Sebentar lagi ada penilaian tengah semester, aku tidak ingin mengecewakan diriku sendiri dengan nilai yang buruk. Meski kutahu, nilai sekolah seperti rezeki. Kalau ada usaha, pasti ada hasil.

Kedua orang tuaku tidak suka melihat anak-anaknya turun nilai. Kami tidak dituntut untuk bisa dalam segala aspek kehidupan, tapi kami dituntut untuk bisa mencoba hal-hal baru selagi itu positif. “Do what you think is good, but useful for others.”

Ayah pernah berpesan. “Ilmu yang selama ini kamu dapatkan itu untuk diri kamu. Kami tidak bisa mengambil apa yang kamu dapatkan, kelak, kamu sendiri yang akan menikmatinya.”

Tak ada yang pernah kusangka, ternyata sudah sejauh ini aku melangkah. Menikmati lika-liku hidup yang dituntut untuk dewasa dimulai dari saat aku memakai seragam putih abu. Waktu berlalu begitu cepat, tapi aku seakan tak memiliki arah. Kurasa aku tidak malas, tapi aku tidak tahu, bagaimana impianku di masa depan.

Kuletakkan pena yang semula digenggam hangat oleh jari-jari. Melemaskan otot-otot karena tak sadar sudah delapan halaman aku habiskan untuk merangkum. Aku menghadap belakang, menunduk, menatap ke tasku dan mengambil botol minum. Setelah tiga kali meneguk, kuletakkan kembali botol itu ke tempat semula.

Namun, goncangan hebat dari Yolanda yang berada di sampingku begitu memuakkan. “Kenapa, sih?” tanyaku sedikit merasa terganggu.

“Pulpen kamu ....” Aku melotot ke arah meja. Pulpenku hilang. Aku bangkit dari tempat duduk, mengedarkan pandangan ke sekitar, tapi aku tak menemukan siapa yang mencuri. Kebiasaan.

“Siapa yang ngambil?” tanyaku tanpa menatap ke arah Yolanda.

“Dia.” Kontan aku menatap ke arah gadis itu.

“Dia?” tanyaku sambil menyipitkan mata. Yolanda mengarahkan jempolnya ke bangku nomor tiga setelah bangku kami.

Kuikuti jempol itu mengarah. Netraku menatap pemuda yang sedang memegang pulpenku. Dengan tatapan dinginnya, ia berkata, “Pinjem.” Sopankah begitu wahai Hanif?

•••••

To be continued.

Alasan mengambil tema pendidikan di chapter kali ini; saya mau kita sama-sama belajar, dan berhenti untuk bermalas-malasan. Masa depan sedang kita pikul. Hasil akhir tergantung prosesnya. Semangat.

S’Notes

Kedisiplinan saya mengambil dari essay yang saya buat pada Oktober kemarin.

• Pentingnya mencari ilmu; saya ambil rangkuman dari salah satu buku agama.

All rights reserved. Tag me on instagram @syadrabakri if you want to share special part or everything about this stories.

Indonesia, 29 Desember 2020 | Jangan lupa prioritaskan Al-Qur’an.

Menolak Bersama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang