Lima

41 1 0
                                        

"Papah gak setuju."

Jleb.....

"ko...k kenapa pah?" Tanyaku masih tidak percaya.

"Itu kan universitas terbaik di sini, lagian aku lewat jalur beasiswa kok jadi gak akan memakai uang papah, di sini juga aku dapet full beasiswa terus nanti aku juga bakal kerja di sana pah, mah."Aku menatap keduanya bergantian.

"Tetap saja tidak." Jawab papah tegas.

"Mah..." Mengharap mendapat belaan dari mamah.

"Mamah juga gak setuju, kamu pergi ke sana sendirian lagipula itu universitas elit sayang."

"Tapi.... Aku bisa jaga diri kok, di sana juga ada Varrel." Aku langsung menutup mulutku.

"Sudah papah duga kamu mengejar dia sampai rela nyari beasiswa di sana." Papah pergi dari ruang makan.

Diikuti mamah, gue langsung lari ke kamar dan menangis sejadi-jadinya.

Keesokan paginya, aku terbangun dengan mata yang sedikit bengkak karena menangis semalaman.

Tok....tok....tok...

"Gue boleh masuk gak?" Terdengar suara kak Nathan dari balik pintu.

"Hm."

Lalu pintu pun terbuka. Memperlihatkan kak Nathan yang memakai kaos putih dengan celana sedengkulnya.

"Ish, adek gue berubah wujud jadi beast."

"Enak aja lo!" Seruku kesal.

"Lagian belum ganti baju, bisa gue pastiin lu belum mandi." Kak Nathan tiduran di kasurku.

"Ngapain lu tiduran di sini?" Tanyaku, yang duduk di sampingnya.

"Nggak apa-apa." Lalu dia melihatku,"Soal beasiswa itu beneran?"

"Beneran lah, gue gak pernah boong soal impian gue."Jawabku.

"Jadi yang lu bilang mau ngerjain tugas sampe 3 hari itu, lu pergi Jakarta?"

Kedua mataku membulat,"kok tau?"

Kak Nathan membuang napas kasar, "Gue gak sebodoh itu." Jawabnya.

"Sarapan dulu yuk, papah nungguin di sana." Kak Nathan bangun, sembari merentangkan kedua tangannya.

"Gak laper." Aku kembali ke dalam selimut.

"Ayo! mungkin papah berubah pikiran pagi ini." Bujuk kak Nathan.

"Beneran?" Aku langsung bersemangat.

"iya makanya buruan mandi!" Perintahnya.

"Iya sabar." Aku langsung ke dalam kamar mandi, tanpa sadar Nathan tersenyum di kamar acha.

Setelah merasa cukup aku keluar kamar mandi,kak Nathan memainkan hpnya di atas kasurku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah merasa cukup aku keluar kamar mandi,kak Nathan memainkan hpnya di atas kasurku.

25 menit berlalu, kami turun dan bergabung ke ruang makan.Hari ini adalah hari minggu jadi papah masih di rumah pagi ini.

"Jadi papah setuju kan?" Tanyaku dengan sangat senang.

"Papah akan setuju kalau kamu setuju, nanti malam akan papah beritahu." Kata papah.

Aku mengikuti papah yang berhenti di ruang tamu, kemudian papah membaca korannya seperti biasanya. Mamah datang dengan secangkir kopi hitam lalu menepuk pundakku.

"Temenin mamah jalan-jalan yuk!" Ajak mamah.

"Yah... Acha nggak bisa mah, ada janji." Jawabku dengan pipi mengembung.

"Kamu mau jalan sama Varrel itu?" Tanya papah.

"Iya."

Papah membuang napas kasar, "Udah papah bilang jangan sama dia lagi, kamu sendiri tau kalau mamahnya gak suka sama kamu."

"Bener kata papah, mamah gak mau anak perempuan mamah diperlakukan buruk sama mamahnya Varrel."

"Tapi kan...."

"APA SESUSAH ITU MENURUTI PERKATAAN PAPAH!"

Deg....

Aku membeku di tempat, mendengar omelan dengan nada tinggi dari papah, biasanya papah tidak akan sampai membentakku seperti ini.

Aku meninggalkan rumah dengan badan gemetar, dan air mata yang berjatuhan. Aku berhenti di taman perumahan yang letaknya tak jauh dari rumahku itu.

Guk....guk...guk...

Seekor anjing kecil dengan bulu berwarna coklat berguling-guling di sekitar kakiku, seolah sedang mengajak bermain, aku mengusap wajahku yang basah dan tersenyum.

"Hei, mana pemilikmu?" Aku mengusap-usap lembut kepala anjing tersebut.

"Di sana kau rupanya." Terdengar suara yang dingin, suara yang belum pernah didengar.

###

SUDDENLY married {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang