Sembilan

36 1 0
                                        

Makan malam dimulai, hanya ada suara sendok dalam ruangan tersebut. Tidak ada yang memecah keheningan hingga makan malam bersama itu selesai.

"Saya senang hari ini tiba, mam." Wanita tersebut berbicara pada mamah.

Aku melirik kak Nathan yang terlihat kaku, papah terlihat tenang seperti biasanya. Tanpa kusadari semua yang ada di ruang makan tersebut berpakaian rapih.

Sebenarnya ini kenapa?~ Batinku.

"Acha!?" Panggil mamah, aku terkejut.

"Gimana sayang?" Tanya wanita di sampingnya.

"Ha.... A...." Mati lu, diajak ngobrol malah ngelamun~

"Aldi mau bicara dulu sama Acha." Ucap pria tersebut menarik tanganku hingga keluar rumah.

"Kamu pasti melamun tadi." Ucapnya setelah kami benar-benar berdua.

"Sekarang aku ingat dia pria yang bersama anjing tadi pagi dan mengantarku pulang." Aku bergumam sendiri lebih seperti berbicara pada diriku sendiri.

"A... apa tadi orangtua.... " Tanyaku ragu, aku menunjukknya dan berpikir.

"Saya tau kamu pasti kaget, begitu juga saya beberapa jam yang lalu." Ucapnya.

"Jadi beneran gue dilamar!" seruku, pria tersebut menutup mulutku.

"Kamu mau mereka ke sini?" Aku menggelengkan kepala, lalu dia melepaskan tangannya.

"Pokoknya gue gak mau." Mataku melihat pria tersebut dari atas sampai bawah.

"Kamu pikir saya mau menikahimu, gadis bodoh." Pria tersebut memijit pelan kepalannya.

"Lalu kenapa gak ditolak aja?" Tanyaku kesal.

"percuma saja, Kamu kira saya diem aja dijodohin begini?" Terlihat wajah tidak suka darinya.

"Yaudah kita coba nolak bareng-bareng aja." Jawabku langsung masuk ke dalam.

"Bodoh." Terdengar ocehan dari belakang tapi aku tidak peduli.

"Gimana sayang?" Tanya mamah.

Aku menarik napas pelan, semoga mereka mengerti, "Mah, pah, tante, om, semuanya Acha minta maaf, Acha gak bisa nerima perjodohan ini."

Aku dengan takut-takut melihat semua orang bergantian, semuannya saling terdiam. Lalu mamah dan wanita tersebut saling bertukar pandangan dalam hitungan detik mereka tertawa bersamaan.

"Mamah tau itu jawaban kamu sayang, tapi apapun jawaban kamu tidak akan mengubah apapun karena undangannya sudah tersebar." Aku terdiam melihat wajah kemenangan mamah dan papah, kak Nathan langsung tersedak dan segera meminum air putih di depannya.

"Kalian berdua akan menikah 2 minggu lagi." Tambah wanita tersebut.

"Kubilang juga apa? Percuma."Bisik pria itu, dia kembali duduk di kursinya.

"Nggak bisa!" Seruku.

"Papah akan setuju kalau kamu setuju, nanti malam akan papah beritahu." Kata papah.

Aku teringat perkataan papah tadi pagi, aku langsung menoleh ke arah papah yang tersenyum. Seperti mengerti apa yang kupikirkan papah membuka suara.

"Papah akan tenang jika kamu ada yang menjaga di sana, lagipula ini juga kemauan kamu. Papah gak akan biarin kamu pergi sendirian ke sana."

Aku menggeleng kuat, mataku mulai memanas tapi harus kutahan, "Aku yakin papah ngerti maksud aku kuliah di sana kan? Aku gak mau dijodohin."

"Tante yakin kamu akan bahagia sama anak tante Acha,dia akan selalu menjagamu." Suara wanita itu terdengar lembut.

"Kamu akan menjaga Aldi begitu juga sebaliknya, papah akan tenang jika kamu pergi sama Aldi,papah juga udah kenal dia sangat lama." Lidahku kelu,aku tidak bisa berkata2 lagi.

Tanpa kata-kata lagi aku berlari dari rumah, sudah berapa kali hari ini aku mempermalukan diri sendiri dengan cara kabur begini.

Aku duduk sendirian di taman perumahan, taman ini selalu kujadikan tempat bersedih entah sejak kapan. Aku menangis sejadi-jadinya di bangku taman, membenamkan kepalaku sepenuhnya.

"Kupikir tadi siapa, ternyata orang yang kucari sedang bersedih." Aku Sangat mengenali suara ini, aku mengangkat kepala Varrel sudah duduk disampingku dengan kepala menengadah ke langit malam.

###

SUDDENLY married {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang