"Aku akan menunggu sampai waktu itu tiba, tapi kamu juga harus berjanji kalau jari manismu tidak boleh memakai apapun yang bukan pemberianku,dan hatimu jangan sampai ada yang memiliki selain aku."
.
...
Setelah suara ketukan tersebut mamah langsung masuk ke dalam kamarku, aku dan kak Nathan sontak terdiam saling bertukar pandangan.
"Ternyata kalian berdua di sini, nanti malem kamu pake ini ya sayang." Mamah memberikan sebuah tas belanjaan yang berisi baju.
"Kok ribet banget sih mah?" Protesku sembari melihat baju yang dibawa mamah.
"Pokoknya 2 jam lagi kamu harus pakai baju itu terus jangan lupa dandan yang cantik." Mamah menutup pintunya dengan senyum sumringah.
Aku langsung melempar baju itu ke segala arah, sembari masuk ke dalam selimut. Membuat kak Nathan menarik-narik selimut itu agar aku tidak bersembunyi di dalamnya.
"Lu kenapa sih?" Tanyanya.
"Perasaan gue makin gak enak kak, rasanya ada yang disembunyiin." Tanpa sadar mataku sudah berkaca-kaca.
"Gue kira cuman gue yang berpikiran begitu." Kak Nathan mengusap-usap dagunya seolah berpikir.
"Tapi lu gak tau apa-apa gitu?" Tanyaku, kak Nathan menatapku ragu.
"Lu mau dilamar kali." Aku langsung menampar pipi kak Nathan, kak Nathan langsung mengelus pipinya pelan.
"Omongan lu bahaya tau kak." Aku memanyunkan bibirku, kesal akan ucapannya.
"kekencengan ya? Aduh sorry." Ucapku mengelus pipinya, terbesit rasa menyesal di hatiku.
"Gue balik ke kamar dulu."
"Yah... kok ngambek sih?" Aku menghadangnya dengan memasang ekspresi unggulanku.
"Gimana gue mau ngambek kalo lu begini." Kak Nathan tersenyum memperlihatkan kedua lesung pipinya, tangannya mengacak rambutku pelan lalu pergi keluar kamar.
Mamah
(Mamah akan ke kamar kamu 15 menit lagi.)
(Kamu harus udah rapih dan cantik TITIK!)
Dengan malas aku menuruti perintah mamah, setelah mandi aku mengenakan pakaian yang mamah berikan tadi yang ternyata adalah dress. Aku hanya memandangi diriku di depan cermin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rambut panjang yang ku ikat rapih, dengan mata yang sedikit bengkak bahkan senyumanku terlihat menyedihkan. Mataku memperhatikan gelang perak pemberian Varrel tadi.
Dibalik gelang itu terdapat namaku dan Varrel, dan tanggal kelulusan SMA yang disampingnya terukir tahun yang menunjukkan 4 tahun lagi.
"Apa maksudnya ini?" Gumamku, dengan pandangan yang terpokus pada tulisan itu.
" Lho kok belum dandan sih?" Mamah menghampiriku,aku langsung menyimpan gelang itu ke asal tempat.
lalu dengan cepat tangan mamah mendandani wajahku,semuanya dipoles.
"Apaan sih mah?" Aku sedikit memberontak karena paksaan mamah.
"Udah nurut aja susah banget." Tegas mamah.
Setelah mamah puas dengan hasilnya, mamah menuntunku sampai ke ruang makan yang sekarang sudah dipenuhi orang, papah dan kak Nathan juga sudah disana.
Sontak aku menatap kak Nathan meminta penjelasan, namun kak Nathan hanya menggeleng pelan wajahnya terlihat sedang berfikir.
Mataku melihat semua wajah asing yang ada di sana dengan bingung, sedangkan mereka tersenyum kecuali dua pria yaitu kak Nathan dan satu orang misterius.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hingga pandangan kami bertemu, pandangan pria itu sangat tajam, dingin, cuek tidak ada kehangatan yang dipancarkannya dari mata kecilnya itu
Kayak tau,tapi siapa?~ Batinku.
"Kamu cantik sekali Acha." Puji seseorang yang seumuran mamah, aku hanya bisa tersenyum kaku.
Lalu mamah pergi ke kursi kosong di samping wanita yang memujiku,sedangkan aku duduk di kursi kosong antara kak Nathan dan pria misterius itu,papah dan pria yang lebih tua duduk di kedua sisi meja yang lain.