3 Puluh

31 1 0
                                    

"Lu sakit? Bibir lu pucet itu" Citra merangkulku erat.

Aku tersenyum, "Gue langsung balik ya...."

"Mana bisa gue biarin pergi sendiri." Citra menahanku.

"Acha!" Varrel menghampiriku, terbesit rasa takut di benakku.

"A...Aku minta maaf buat semua kelakuan aku kemarin, aku sangat menyesal maafkan aku." Varrel menundukkan kepalanya dalam.

"Lupain aja, dan jangan ganggu aku beberapa hari ini." Ucapku.

"Citra gue duluan ya..." Aku berlari keluar kampus.

Tanpa memikirkan hal lain aku langsung memesan taksi, dan pulang ke apartemen, perutku sakit karena tidak sempat sarapan pagi tadi.

Aku dan kak Aldi bangun kesiangan karena sampai sangat larut, Jeykey kami tinggal di ruangan khusus itu semalaman, aku berjalan cepat ke apartemen Aldi sembari memegangi perutku yang semakin perih.

Tapi siapa sangka?~

Aku justru membeku di pintu apartemen, pandanganku menatap lurus ke sofa ruang TV, aku melihat sebagian punggung Aldi dibalik sofa dan sepasang kaki wanita di ujungnya.

Apa-apaan ini?

Tiba-tiba hatiku seperti hancur begitu saja, tangan wanita itu mengelus punggung Aldi manja, aku langsung saja pergi dari apartemen itu dan berlari ke luar.

Aku menutupi wajahku yang semakin basah oleh air mata,"ngapain sih segala nangis?" Gumamku  saat masuk ke dalam lift yang kosong.

"Lagian Aldi gak cinta lu Cha,dia cuma akting jadi please lah jangan baper." Kataku sambil mengusap wajahku kasar,hingga tanpa sadar aku menabrak seseorang ketika lift terbuka di lantai satu.

"Ma...maafkan aku."

"Kak Acha!" Panggil seseorang yang kutabrak sepertinya Jeykey.

Aku terus berlari mengabaikan panggilan Jeykey, mengingat kelakuan Aldi semakin membuatku sakit hati.

Apa aku cemburu? Apa aku mulai mencintainya? Omong kosong apa itu?

Aku merasa ingin menghilang sebentar jadi aku berlari kemanapun kedua kaki ini membawaku pergi asal tidak bertemu Aldi.

Jalan raya terlihat sepi jadi aku langsung saja menyebrang,tapi ketika aku menyebrang jalan, sebuah mobil hitam melaju cepat ke arahku.

"Acha!" Seseorang mendorongku kembali sehingga Jeykey menahanku agar tidak terjatuh.

Brak...

Kejadian itu berlalu begitu cepat dan pria itu masih bisa memberikan senyuman terbaiknya sebelum mobil itu menghantam tubuhnya keras.

Kakiku lemas,Jeykey mengeratkan genggaman tangannya di pundakku. Mobil hitam itu pergi begitu saja,aku langsung menghampiri pria yang sudah menolongku barusan.

"Ke... kenapa..." Aku melihat tubuhnya yang bersimbah darah,aku mencoba memangku kepalanya.

"Tatap mataku ya...." Aku menundukkan kepalaku menatap kedua mata yang terlihat lemah di pangkuanku.

"CEPAT PANGGIL AMBULAN!" Seruku kepada Jeykey yang berdiri dengan pandangan menyelidik.

"Nggak... per..kh lu." Ian mengenggam tanganku lemah.

"Kak Ian diem aja oke." Ucapku panik,Ian terbaik dengan susah payah,darah mulai membanjiri sekitarnya.

"Dengar! A...ku... sayang kamu..." Ian mulai mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Jangan ngomong lagi,please." Aku mengusap pipinya,sekaligus menghapus bercak darah di sana.

"Jeykey mana ambulance nya?!" Seruku saat Jeykey masih memasang ekspresi sedang memikir keras.

SUDDENLY married {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang