"Kupikir tadi siapa, ternyata orang yang kucari sedang bersedih." Aku sangat mengenali suara ini, aku mengangkat kepala Varrel sudah duduk di sampingku dengan kepala menengadah ke langit malam.
"Kau menangis lagi, apa yang harus kulakukan agar kamu tidak menangis?" Varrel menatapku dengan mata mirip elangnya.
Di bawah cahaya lampu taman mata itu terlihat elegan, ditambah Varrel yang menatapnya penuh seakan mengerti apa yang kurasa.
"Jangan tinggalin aku." Aku langsung memeluknya erat.
"Aku mulai ketakutan."
Varrel tersenyum dan membalas memelukku yang mulai menangis di pelukannya.
"Aku akan selalu ada untukmu." Lalu Varrel melepas pelukannya, tangannya mengusap pipiku pelan.
"Berhentilah menangis, aku ada di sini."
Bukannya diam aku malah semakin menangis hingga terisak, Varrel terlihat bingung dia kembali memelukku dan mengusap punggungku pelan.
Tiba-tiba Varrel menyanyikan sebuah lagu yang sangat indah, suaranya yang merdu terdengar di setiap baitnya. Aku melepas pelukan ini dan menatapnya, Varrel memamerkan senyumannya.
"Aku bingung kenapa kau menangis seharian, aku takut besok kamu tidak bisa melihatku yang tampan ini karena matamu bengkak."
"Mulai deh." Aku tersenyum sebentar.
"Tersenyumlah! Lihat!" Varrel menunjuk bulan yang berbentuk sabit.
"Bulan saja bisa tersenyum, lihat kedua ujungnya terangkat!" Lanjut Vian.
"Kamu tidak boleh kalah sama bulan itu, karena aku tidak bisa menggapai bulan itu untuk kupacari." Varrel menoleh.
"Jadi kamu mau selingkuh sama bulan." Aku mengernyitkan dahiku.
Varrel tertawa, "Kalau boleh." Ucapnya.
"Pacaran kok sama bulan." Gumamku melirik Varrel yang tersenyum kotak.
"Makanya senyum dulu." Varrel menarik ujung bibirku agar seperti senyuman.
Aku menurutinya dan tersenyum bersama, lalu dia meminta maaf soal tante Rosa tadi di café.
"Nggak apa-apa kok."
"Terus kenapa kamu nangis, setau aku kalau kamu ke sini pasti ada masalah." Varrel terus menatapku, tapi aku gak berani cerita soal perjodohan ini.
"Yah... apapun masalahnya aku yakin kamu bisa menyelesaikannya karena kamu orang yang hebat jangan biarkan masalah membebani hidupmu."Varrel menghembuskan napas kasar.
"Oh iya, Lusa aku harus ke Jakarta dan orang tuaku juga akan ke luar negri selama beberapa bulan." Varrel terlihat sedih.
"Jadi selama aku pergi aku harap kamu selalu mengingatku dan janjiku." Varrel mengenggam tanganku, ternyata Varrel juga memakai gelang perak tersebut.
Sial gelangnya gak gue pake,Varrel nyadar gak ya?,padahal gue udah dijodohin tapi kenapa gue gak rela Varrel pergi?~
"Yah.... Ayo kuantar pulang, hembusan angin malam bahaya untuk kesehatan." Varrel menggandengku ke mobilnya.
Aku segera masuk ke dalam rumah setelah mobil Varrel menjauh, di rumah sudah sepi kemungkinan mereka sudah pulang.
PLAK!
Pipiku memanas, papah menamparku dengan wajah yang memerah karena emosi. Mamah mencoba menenangkan papah dengan cara mengelus-elus punggung papah.
"KENAPA KAMU MEMPERMALUKAN PAPAH?!" Bentak papah.
Aku yang masih terdiam mulai merasa gemetar, Kak Nathan langsung menghampiriku dan berbicara pada papah aku tidak mendengar jelas apa yang mereka katakan.
Kak Nathan menuntunku sampai ke kamar, aku masih gemetar hebat. Sebuah tangan mengelus tanganku lembut.
"Tenanglah papah hanya sedikit emosi tadi." Kak Nathan mengambil segelas air di meja belajarku.
"A.... aku takut." Aku langsung memeluk kak Nathan yang masih memegang gelas tersebut.
"Hati-hati gelasnya bisa jatoh." Pekik kak Nathan.
Untuk terakhir kalinya hari itu aku menangis di pelukan kak Nathan, sebelum akhirnya aku tertidur dengan mata yang masih dipenuhi air mata.
Keesokan harinya gadis itu benar-benar tidak bisa membuka kedua matanya bukan karena bengkak tetapi, karena rasa pusing yang sangat amat seperti apapun yang dilihatnya memutar tiada henti.
Acha jatuh sakit,dia demam tinggi hingga tiga hari berturut-turut. Mamah selalu menunggu dan merawatnya begitu juga kak Nathan, pernah suatu malam papah mendatanginya dan meminta maaf dengan suara yang penuh penyesalan.
Aku malas membuka mata, jadi aku hanya berpura-pura tertidur sambil mendengarkan aku tidak tahu kalau papah saat itu sedang menangis di samping kasurku.
Hari keempat berlalu, aku sampai tidak bisa mengantar Varrel sampai bandara dua hari lalu. Hari ini kondisiku mulai membaik aku tidak diizinkan untuk pergi keluar rumah hingga seminggu.
Seminggu berlalu, aku diajak untuk fitting baju pengantin ditemani mamah dan kak Nathan sedangkan papah bekerja. Aku hanya memilih asal-asalan jujur saja semua baju yang ada sangat indah tetapi teringat dengan siapa aku menikah membuatku malas.
" Pilihanmu bagus juga sayang."
" Yaudah, terserah mamah aku mau langsung pulang aja." Aku berjalan duluan memasuki mobil.
"Masa gue beneran nikah sih?" Pikirku.
Setelah makan malam itu Acha tidak pernah bertemu lagi dengan pria tersebut maupun keluarganya.
Aku mencoba menelpon Varrel, sejak kepergian Varrel ke Jakarta aku tidak mendapatkan kabar apapun. Dia seperti menghilang ditelan bumi, Lia memasang potonya dengan suaminya di social media mereka sedang honeymoon.
"Mah, kenapa mamah sejahat ini sama Acha?"
###

KAMU SEDANG MEMBACA
SUDDENLY married {END}
Hayran Kurgu"Aku akan menunggu sampai waktu itu tiba, tapi kamu juga harus berjanji kalau jari manismu tidak boleh memakai apapun yang bukan pemberianku,dan hatimu jangan sampai ada yang memiliki selain aku." . ...