2 Enam

23 2 0
                                        

Di meja makan mereka makan dengan diam, tidak ada yang menatap satu sama lain, aku langsung duduk di samping Aldi dan ikutan makan.

"Beneran gak apa-apa?" Tanyaku ketika Jeykey pamit akan pulang ke apartemennya.

"Santai, lu urus aja kucing garong yang itu." Jeykey melirik Aldi yang masih duduk di sampingku.

"Lu yang cuci piring ya kak." Jeykey menaik turunkan alisnya.

"Iya, makasih ya."

Jeykey tersenyum lalu dia pergi ke luar apartemen, meninggalkan aku dan Aldi. Aldi masih meminum air putihnya lalu berjalan ke westafel.

"Malam ini biar aku yang cuci piring." Kata Aldi.

"Nggak usah, kamu istirahat aja." Aku menghampirinya.

"Yaudah." Aldi langsung berbalik meninggalkanku.

Tau gini gue biarin aja tadi.~

"Maaf." Kata Aldi, aku langsung menolehkan kepalaku.

"Udah kasar ke kamu." Lanjutnya, dia berjalan menjauh hingga hilang dibalik pintu kamar.

Tenanglah jantung!~

Aku mengerjakan tugasku mencuci piring, sesekali aku menepuk pelan kedua pipiku,membuatnya basah.

Setelah selesai aku masuk ke kamar terdengar Aldi sedang menelpon seseorang.

"Pecat aja langsung." Tepat setelah Aldi mengucapkan itu, dia menatapku.

"Aku ganggu aku pergi." Aku langsung ambil langkah seribu keluar dari kamar.

Tak lama setelah aku kabur dia memanggilku.

"Acha masuk!" Aldi menongolkan kepalanya dari balik pintu.

"Bunda bentar lagi pasti nelpon, saya mau tidur." Jelas Aldi ketika aku tetap diam.

Aku menurutinya, Aldi sudah tiduran di satu sisi kasur, posisi itu adalah posisi yang haram untuk diganggu, aku beralih ke meja yang menyimpan buku kuliahku, sembari menunggu telpon bunda seperti biasa.

•••••

Pagi ini aku mencoba resep baru, aku hanya membuat sandwich karena Aldi buru-buru, dia harus menghadiri rapat di luar kota pagi ini, dan aku harus menghadiri kelas yang dosennya kemarin tidak hadir.

"Kamu naik taksi aja jangan minta dijemput orang lain." Kata Aldi.

"Emang kenapa? Lebih hemat begitu."

"Jangan kayak orang miskin, ongkos aja nggak punya."

"Beda konsep om." Aldi menyipitkan matanya."Om?"

"Kamu 27 aku 19 jadi nggak apa-apa dong aku panggil om." Aku tersenyum.

"Terserah mbaknya aja." Aldi menghabiskan kopinya.

"Kok mbak sih?" Aku memanyunkan bibirku.

Aldi mengabaikanku dia langsung pergi, aku mengikutinya, dia tiba-tiba berhenti di depan pintu dan berbalik ke arahku.

"Naik taksi atau tidur di sofa." Ancamnya sebelum pergi.

"Om-om mainnya ngancem, huh!" Sorakku menonggolkan kepalaku dari pintu.

Hari ini aku terpaksa memakai sweater rajut ini karena bisa menutupi bagian leherku, yang sekarang masih terlihat bekas kemerahan itu.

Hari ini aku terpaksa memakai sweater rajut ini karena bisa menutupi bagian leherku, yang sekarang masih terlihat bekas kemerahan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SUDDENLY married {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang