Hampir satu minggu setelah Wanda mengirim email terakhir kepada Om Sud, ia mendapatkan balasan email tersebut. Kabar baiknya, saldo di rekeningnya bertambah. Kecurigaannya benar adanya. Ada yang tidak beres dari akun tersebut.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, aliran dana yang diperoleh akan digunakan untuk membiayai sindikat terorisme kelas teri. Kemoterapi dan kanker hanyalah sebuah kedok untuk mendapatkan simpati masyarakat. Namun, pihak kepolisian masih membutuhakn penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui dana tersebut akan digunakan untuk apa. Tentu saja pihak kepolisian setempat langsung meringkus mereka dengan berbekal bukti konkret yang lebih lengkap setelah penelusuran lebih lanjut.
Kemoteroris menjadi trending topic di twitter selama beberapa jam terakhir.
Barulah netizen ramai membicarakan hal ini ketika pelakunya sudah tertangkap. Berterimakasihlah kepada Wanda yang sudah memberikan bahan ghibah gratis di twitter. Mayoritas pengguna twitter ikut menghujat aksi yang dilakukan pemilik akun inisiator penggalangan dana teroris.
"Just kill them! Meresahkan masyarakat #kemoteroris"
"Good job, segera matikan bibit teroris dari bumi Indonesia #kemoteroris"
"Ih g nyangka trnyt mrk jahat bgt. Gw doain biar mrk kena kanker bnrn smp gbs sembuh. BIAR TAU RASA! #kemoteroris"
Dan masih banyak lagi komentar netizen yang memenuhi kolom komentar dari postingan kanal berita nasional.
Wanda tak habis pikir, mengapa selalu ada oknum yang ingin merusak toleransi di Indonesia. Seharusnya mereka banyak belajar dari sejarah, negara ini didirikan oleh banyak pihak yang berasal dari berbagai suku, ras, dan agama. Rasanya sungguh tidak adil jika kemerdekaan yang telah susah payah dicapai oleh pahlawan terdahulu dirusak oleh orang berotak sumbu pendek yang berusaha mengubah ideologi negara.
Namun, kaum dengan paham seperti itu jumlahnya terlalu banyak sehingga mereka tetap bergerak meskipun tanpa ada arahan yang jelas dari pemimpinnya yang only God knows. Sehingga masih ada kemungkinan muncul berbagai konflik agama di berbagai tempat. terutama di Ibukota yang merupakan markas besar kaum mereka.
Sudah cukup Wanda berargumen sebelum kamar kost-nya dikirim bom panci oleh kaum mereka.
***
Keesokan harinya, Wanda menjalani harinya seperti biasa. Kuliah mulai pagi, mengikuti kelas hingga siang kemudian makan siang bersama di kantin fakultas. Kantin selalu ramai ketika jam makan siang, semua meja terisi penuh oleh mahasiswa yang kelaparan. Mereka berlima duduk di bangku yang berada dekat dengan televisi yang terpasang di salah satu pilar kantin. Televisi tersebut menyiarkan tayangan berita dengan headline "Penggagalan Transfer Dana Teroris", sesuai dengan trending topic twitter semalam.
"Guys, bisa kecilkan suara kalian? Aku mau minyak berita, nih." Kata Selin yang pandangannya bertemu langsung dengan layar televisi. Dia merupakan orang yang paling vokal tentang apapun yang menyangkut tentang kaum hardliner dan segala aktivitas mereka. Wanda ingat ketika pemimpin besar mereka baru tiba di Jakarta, Selin rajin menulis di twitter tentang kekesalannya dengan pasukan jamur enoki yang menurutnya meresahkan dan selalu berbuat rusuh.
"Menyimak!" Ujar Jasmin, Rafael, dan Deva secara bersamaan.
"Santai dong, hehe."
"Emosi aku, njir!" Ucap Jasmin.
Dengan santainya Wanda menyodorkan segelas es teh kepada Jasmin untuk menurunkan tingkat emosinya. "Aku punya es teh, nih, bukan esmosi." Wanda berusaha melawak yang malah terkesan garing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inverse [END]
General FictionBerawal dari hobi stalkingnya, Wanda diperkenalkan oleh temannya kepada perwira polisi. Dari sinilah ia mendapat pekerjaan paruh waktu sebagai stalker oleh pihak kepolisian. Ia diharuskan untuk melaporkan berbagai kasus yang dilihatnya untuk selanju...