Setelah kejadian Fast and Furious dengan sedikit kearifan lokal beberapa waktu lalu, semuanya kembali berjalan dengan normal. Tidak ada kabar mobil terbakar, insiden kecelakaan, tembak-tembakan atau kabar apapun yang berhubungan dengan action scene setelah kejadian tersebut. Stephen dan rekannya benar-benar membereskan semua kekacauan dengan sangat baik dan tentu saja cermat. Hal itu sangat mudah bagi mereka, mengingat Stephen merupakan pegawai di lantai tiga Gedung Rahasia.
Deva masih sangat terkesan dengan pengalamannya berinteraksi langsung dengan profesor dari Jepang tersebut. Jiwa wibu-nya mengalihkan perhatiannya untuk bertanya kepada Wanda apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa gadis itu memilihnya untuk terlibat ke dalamnya. Sebenarnya Deva masih menaruh curiga ada yang disembunyikan oleh Wanda. Secara logika, bagaimana bisa dia mengetahui kalau mobil yang ditumpangi profesor akan pecah ban sehingga membutuhkan bantuan mereka berdua. Hal tersebut yang menjadi pertanyaan besar di otak Deva akhir-akhir ini. Kendati demikian, ia belum memberanikan diri untuk bertanya karena sebentar lagi akan diselenggarakan JGTC dan ketiga sahabatnya (kecuali Jasmin) tak sabar menunggu acara tersebut. Deva tak ingin merusak kebahagiaan mereka. Hei, bahkan seorang manusia yang kaku seperti Deva masih memiliki hati, ya.
Tenang saja, Deva tak ada niatan sama sekali untuk pergi ke sana. Konser musik bukanlah suatu hal yang menarik baginya. Ia lebih memilih tidur lebih awal daripada terjebak dalam lautan manusia dengan hiruk pikuk yang sangat tidak nyaman di telinganya.
"Kalian melihat Wanda?" Jasmin keluar kelas terburu-buru dengan binder dan botol minum yang belum sempat ia masukkan ke tas.
"Tidak. Bukankah seharusnya dia bersamamu karena kalian sekelas?" Tanya Deva balik. "Kami bertiga baru saja keluar kelas dan belum melihat Wanda dari tadi pagi."
"Sial! Ke mana perginya makhluk sialan itu?" Umpat Jasmin sambil mengusap wajahnya. Jasmin menjelaskan bahwa ia telat mencatat materi karena sempat hilang fokus selama sekitar lima menit sehingga ia membutuhkan waktu lebih untuk menyelesaikan seluruh catatan materi kuliah Fisika Statistik hari ini. Gadis itu dengan santainya melakukan aktivitasnya hingga ia sadar bahwa kelas sudah kosong. Dengan segera ia keluar kelas dan mendapati Wanda tak ada di manapun, padahal mereka selalu bersama dalam kelas tersebut.
"Lebih baik kita ke kantin saja. Aku sudah lapar," Rafael mengusap perut datarnya, tangan kanannya sudah siap dengan botol minum satu liter untuk makan siang. "Kau kabari saja Wanda bahwa kita berempat menunggunya di kantin." Ujarnya pada Jasmin.
Suasana kantin siang ini sangat ramai, seperti biasanya. Semua meja dan kursi di kantin terisi penuh, didominasi oleh mahasiswa pria yang makan siang dengan cepat sebelum menunaikan salat Jumat. "Hmm, sebaiknya kita makan siang di lantai dasar saja," gumam Deva melihat riuhnya lautan manusia yang memenuhi kantin.
"Setuju!" Rafael langsung berlari secepat kilat menghampiri kios yang menjual ayam geprek yang terletak di bagian paling ujung kantin. Alhasil, ia harus rela mengantre dengan kaum hawa yang sama-sama menyukai pedas.
Deva dan Selin membeli makanan di kios yang menjual makanan khas Jepang. Sedangkan Jasmin menunggu mereka di depan kantin, dia membawa bekal telur dadar pedas dan tempe goreng, menu favoritnya. Namun, ia memutuskan untuk pergi ke warung terdekat untuk membeli es teh botol untuk selingan.
Ketika Jasmin hendak berbalik badan setelah melakukan transaksi, sosok yang dicari sedari tadi tiba-tiba muncul di hadapannya. "Kau ke mana saja, sialan?!" Makinya kesal, suaranya naik tiga oktaf.
Wanda terkekeh pelan tanpa rasa bersalah. Ia sudah berkali-kali mengajak Jasmin untuk keluar kelas tetapi tak dihiraukan sama sekali. "Aku sudah menyiapkan tempat untukmu," Wanda merangkul sahabatnya itu. "Lain kali jangan mendadak tuli." Sindirnya. Jasmin mendadak tuli ketika telinganya sudah dipasang earphone untuk mendengarkan lagu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inverse [END]
General FictionBerawal dari hobi stalkingnya, Wanda diperkenalkan oleh temannya kepada perwira polisi. Dari sinilah ia mendapat pekerjaan paruh waktu sebagai stalker oleh pihak kepolisian. Ia diharuskan untuk melaporkan berbagai kasus yang dilihatnya untuk selanju...