12 - Worst Distraction

45 5 0
                                    

Suasana kampus yang riuh menyebabkan perhatian Wanda sukses terdistraksi. Ia sudah tak lagi memikirkan tentang nenek lampir yang tega melakukan aborsi ilegal. Para mahasiswa tersebut membicarakan tentang Rythm Hit The Campus atau disingkat RHTC, acara konser musik tahunan yang diadakan oleh FEB* yang selalu mengundang artis musik papan atas. Kabarnya untuk saat ini dan beberapa hari ke depan ada diskon harga tiket hingga 50% jika membeli tiketnya bersama pasangan, dan 20% jika membelinya bersama sahabat. Dan sudah bisa ditebak, mahasiswa yang lain berlomba mencari pasangan hanya untuk membeli tiket konser dengan harga diskon.

Ironisnya Wanda jomlo.

Lebih parahnya lagi, ia berharap Kamal membelikannya tiket dan mereka datang ke konser itu bersama. Hal ini dikarenakan ia sudah lelah mengajak keempat sahabatnya untuk pergi bersama, terutama kedua makhluk bermata sipit itu, Rafael dan Deva.

Inilah yang terjadi ketika Wanda mengajak mereka untuk menonton konser beberapa menit lalu.

"Guys, kita nonton RHTC, yuk! Katanya guess star-nya artis luar negeri. Dan kita akan dapat diskon jika membeli tiketnya sekarang, apalagi jika membelinya bersama pasangan." Ajaknya seperti SPG yang menawarkan produknya kepada pengunjung supermarket.

Dan inilah jawaban mereka.

"Anda menawarkan hal tersebut kepada orang yang salah." Ujar Deva dengan kalimat yang sangat formal. Wanda berani taruhan bahwa Deva akan meringkuk menangis di pojok kamar meratapi kebodohannya karena telah menolak ajakannya jika bintang tamu yang dimaksud adalah artis Jepang.

"Aku sudah membeli dua tiket," ujar Rafael diiringi seulas senyum menawan. "Satu untukku dan satu untuk Bianca." Imbuhnya kemudian. Kesempatan ini tak dibuang oleh Rafael untuk melancarkan aksi pendekatannya kepada Bianca. Ia yakin bahwa pujaan hatinya akan senang menerima ajakannya menghabiskan malam minggu romantis bersamanya.

"Sejujurnya aku juga ingin, tetapi pada kenyataannya aku tak bisa. Kau tahu sendiri bagaimana kejamnya PR-ku," ujar Jasmin sambil memasang tampang melas yang justru terlihat seperti orang dengan tingkat stress sangat tinggi. Wanda tahu bagaimana kejamnya tugas mandiri peminatan yang dipilih Jasmin. Maka dari itu Wanda
tak memilih peminatan tersebut. The best way to lose our mental health, Rafael said.

"Aku akan ke sana, tetapi aku sudah punya tiketnya." Kata Selin. Satu lagi manusia dimabuk cinta yang akan menghabiskan malam minggunya dengan menonton konser. Wanda berani jamin bahwa Selin akan menonton konser tersebut bersama Keenan.

Wanda tersenyum kecut, hingga ia menggigit bibir bawahnya saking kesalnya. Walaupun ia tak bisa seratus persen menyalahkan keputusan yang diambil oleh keempat sahabatnya tersebut. Karena, jujur saja, dari lubuk hatinya yang terdalam ia juga ingin melihat konser tersebut. Menurut rumor yang beredar, pihak penyelenggara acara akan mengundang artis luar negeri yang masih dirahasiakan identitasnya yang akan menjadi guess star di acara tersebut. Kesempatan jarang datang dua kali. Sayangnya, gadis itu tak punya cukup uang jika harus membeli tiket konser tanpa diskon. Dan ia tak tahu ingin mengajak siapa lagi.

"Berdoa saja, semoga Kamal akan mengajakmu pergi bersama," ujar Selin spontan.

Rafael menyeringai tipis. "Atau perlu kuberitahu kepadanya bahwa kau ingin dibelikan tiket konser?" Rafael menawarkan jasa mak comblangnya. Ia mengeluarkan ponselnya, berniat mengirimkan pesan singkat untuk Kamal. Namun, Wanda meraih ponsel tersebut untuk menggagalkan rencana Rafael. Ia tak ingin menanggung malu atas permintaannya yang sedikit tak masuk akal.

Wanda beralih menuruti ucapan Selin dalam keadaan sadar. Ia menengadahkan tangannya kemudian berdoa, memohon supaya keinginannya terwujud, meskipun kemungkinannya sangat kecil. "Aamiin," ucapnya di akhir berdoa. "Sekarang apa?" tanyanya kemudian.

Inverse [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang