WARNING: Chapter ini bakal panjang banget. Dan nggak ada hubungannya sama jalan cerita kedepannya. Boleh di-skip boleh dibaca.
Keywords: fantasy, physics, romance.
***
Alkisah, di zaman modern ini hiduplah seekor putri duyung bernama Jenny yang suka berkeliaran ke tepi pantai setiap sore. Pantai ini cukup terpencil karena berbatasan langsung dengan hutan yang lingkungannya sangat dijaga ketat oleh peri hutan bernama Carrie yang merupakan sahabat Jenny. Jenny sangat mengagumi kehidupan di daratan dan ingin bisa pergi ke sana suatu saat nanti. Ia bahkan sudah mempelajari banyak hal tentang tingkah laku manusia maupun pengetahuan umum lainnya.
Dia juga mencintai salah satu makhluk darat tersebut.
Pria beruntung itu bernama Henry, ia adalah seorang cover singer yang karyanya telah disukai oleh jutaan orang di media sosial. Ia beruntung bisa menjamah keindahan pantai di mana Jenny biasa menghabiskan waktunya. Henry mengetahui lokasi ini dari almarhum kakeknya yang dulunya adalah nelayan lokal yang hidup di kabin di dalam hutan. Biasanya Henry hanya mampir untuk memotret beberapa sudut pantai dan hutan yang menurutnya cukup indah, kemudian mengunggahnya ke media sosial instagramnya. Namun, ia tak pernah memberi tahu di mana persisnya lokasi tersebut kepada pengikutnya. Hal ini dilakukan agar keaslian ekosistem pantai dan hutan tetap terjaga.
Jenny mencintai Henry karena ia sangat tampan, jauh lebih tampan daripada makhluk sejenisnya yang nekat melamarnya.
Suatu sore, Jenny memperhatikan Henry dari balik karang yang jaraknya cukup jauh dari pria itu. Namun, kali ini Henry hanya berdiam diri, memandang kosong hamparan lautan yang terbentang di hadapannya. Sesekali ia menuliskan sesuatu di buku catatan kecilnya.
Seiring terbenamnya matahari di horizon barat, Henry meninggalkan tempat tersebut kembali ke kediamannya di pusat kota. Meninggalkan Jenny dalam tanda tanya mengapa pria itu sedikit berbeda hari ini.
Jenny keluar dari permukaan laut, berenang menuju tepi pantai kemudian memanggil sang peri hutan menggunakan cangkang yang berbentuk seperti peluit. Benda itu seperti pengikat pertemanan mereka. Hanya dalam sepersekian detik, Carrie langsung berdiri di depannya. "Aku ingin kau menolongku untuk mengubahku menjadi manusia. Kau kan mempunyai kekuatan sihir yang sakti." Ujar Jenny langsung pada intinya.
"Sihirku tak bekerja seperti itu, ikan." Carrie berdiri berkacak pinggang. "Sihirku hanya bekerja pada makhluk hutan yang berfungsi untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka. Aku tak bisa mengubah ekormu menjadi kaki, Jenny." Jelasnya kemudian.
Jenny kecewa dengan ucapan Carrie. Seketika ia kehilangan harapan untuk mengejar cintanya di daratan. Memang ini terlihat sangat tidak realistis, tetapi gadis itu akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya.
"Aku tahu siapa orang yang bisa membantumu. Kau tunggu saja di sini, sebentar lagi ia akan datang." Ujarnya sejurus kemudian. Carrie akhirnya duduk di sebelah Jenny. Kakinya sesekali tersapu ombak pelan.
Jenny mengerutkan keningnya, sedikit tak yakin dengan usulan sahabat karibnya itu. "Jika kau mengatakan penyihir berpakaian gipsi yang di tepi tebing itu, aku menolak usulanmu." Potongnya.
"Bukan," tukas Carrie. "Dia adalah ilmuwan termuda dan tercerdas di kota. Dia suka melakukan terobosan yang mengubah dunia. Contoh terbarunya adalah ia berhasil menemukan... Dan satu lagi, dia adalah pemilik perusahaan RafLab."
Jenny hanya ber-oh ria mendengar penjelasan singkat dari Carrie.
"Kau yakin dia bisa menolongku?" Tanya Jenny skeptis. "Lagipula aku tak boleh menampakkan diri di depan manusia. Hal itu akan mengancam keberadaan kaumku." Jenny sesekali mengibaskan ekornya yang berwarna gradasi antara emas dan merah muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inverse [END]
General FictionBerawal dari hobi stalkingnya, Wanda diperkenalkan oleh temannya kepada perwira polisi. Dari sinilah ia mendapat pekerjaan paruh waktu sebagai stalker oleh pihak kepolisian. Ia diharuskan untuk melaporkan berbagai kasus yang dilihatnya untuk selanju...