10 - Baby?

108 8 0
                                    

Kamal mengantar Wanda pulang ke indekos setelah mereka menunaikan salat magrib berjamaah di masjid utama kampus yang terletak tak jauh dari danau. Tetapi sayangnya, motor Kamal tertinggal di fakultas sehingga mereka harus kembali ke sana hingga akhirnya mereka bisa pulang ke indekos masing-masing. Sebenarnya jarak antara indekos mereka lumayan jauh, tetapi lelaki itu rela mengantar Wanda hingga ke indekosnya dan memastikan gadis itu tiba dengan selamat. Lihatlah bagaimana Kamal memperlakukan Wanda dengan begitu romantisnya. Wajar saja jika gadis itu terbawa perasaan. Alasan lain yang membuat gadis itiu terbawa perasaan yaitu fakta bahwa lelaki berambut cokelat itu hanya bersikap romantis kepada Wanda, tidak pada semua wanita meskipun ia tetap berlaku sopan kepada mereka.

Wanda memasuki kamar indekosnya dengan langkah sedikit gontai, ini sudah terlalu telat baginya untuk pulang, pengecualian kemarin ketika ia mempersiapkan diri untuk menangkap target. Tanpa pikir panjang ia langsung memasuki kamar mandi, berniat untuk membersihkan diri karena ia merasa seluruh tubuhnya sangat lepek. Pikirannya kembali memutar memori kebersamaannya dengan Kamal tadi sore. Wanda benar-benar tak menyangka ternyata lelaki itu menaruh banyak simpati kepadanya. Ia mengira hubungan mereka hanya sebatas teman sejurusan yang tidak memiliki kedekatan yang berarti, karena pada kenyataannya mereka jarang, bahkan hampir tidak pernah menghabiskan waktu bersama setelah memasuki semester lima ini. Kamal semakin aktif mengikuti berbagai kegiatan atau kepanitiaan baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Sedangkan Wanda sudah pensiun dari berbagai kegiatan kampus, otaknya sudah lelah diperas selama kuliah sehingga tak memungkinkan baginya untuk menambah kegiatan nonakademik lainnya. Selain itu, mereka juga memilih peminatan yang berbeda sehingga intensitas pertemuannya sangat sedikit.

Ah, membayangkannya saja sudah membuat Wanda tersenyum senang.

Tetapi kesenangannya tidak berlangsung lama. Perutnya yang kosong berbunyi nyaring minta diisi makanan. Mau tak mau ia segera menyelesaikan urusannya di kamar mandi dan kembali bersiap. Setelah selesai mengenakan kaus berwarna broken white dan celana katun motif batik cokelat serta tak lupa kardigan abu-abu untuk menghangatkan diri melawan angin malam, ia pergi keluar untuk mencari makan malam.

Di sekitar wilayah indekosnya terdapat banyak warung makan yang menyajikan berbagai macam masakan yang sasaran penjualannya adalah mahasiswa yang bernasib sama sepertinya. Tetapi hari ini Wanda sedikit bosan dengan menu yang disajikan di sekitaran wilayah indekosnya sehingga ia memutuskan berjalan lebih jauh untuk menemukan warung makan yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Akhirnya gadis itu tiba di sekitar perkampungan penduduk lokal yang pada malam ini terlihat sangat sepi. Wanda menemukan warung makan yang menyajikan menu yang menurutnya cukup unik, tidak seperti warung makan yang ada di sekitar wilayah indekosnya. Karena tertarik, ia membeli salah satu menu yang disajikan yaitu fuyunghai saus lada hitam.

Setelah membeli makan, Wanda langsung pulang ke indekosnya. Gadis itu sengaja tidak makan di tempat karena tempat tersebut masih terasa asing untuknya. Ia hanya takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan ketika ia berada di lingkungan baru yang jaraknya terlalu jauh dari tempat tinggalnya saat ini. Wanda menyusuri jalan yang sama dengan jalan yang ditempunya ketika berangkat tadi. Namun, sekarang ada sesuatu yang sedikit mencurigakan baginya. Pada radius beberapa meter di depannya terdapat seorang wanita tua bertubuh pendek yang berjalan sangat pelan dan terlihat sedang memindai lingkungan sekitarnya, seperti waspada takut ada orang yang mengikutinya. Secara instingtif Wanda bersembunyi di bawah pohon mangga rimbun yang terletak tak jauh darinya saat ini, karena hanya dia seorang yang berada di sekitar wanita tua itu. Gadis itu sebisa mungkin menepis rasa takut yang melandanya, takut akan sesuatu yang tinggal di atas pohon tersebut karena ia telah mengusiknya.

Wanda masih percaya dengan takhayul Jawa meskipun ia sudah merantau ke kota metropolitan selama lebih dari dua tahun.

Wanita tua itu berhenti di tempat sampah warga yang terbuat dari semen dengan ukuran setengah meter kubik. Dengan gerakan sangat pelan ia meletakkan sesuatu di dalamnya kemudian meninggalkan lokasi itu secepatnya dengan langkah yang diseret berat. Dalam hitungan detik wanita tua itu sudah lenyap dari radius penglihatan Wanda, seolah hilang ditelan gelapnya malam.

Inverse [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang