2 - Coefficient of Friction

189 21 14
                                    

"Apakah tidak ada lowongan pekerjaan sampingan untukku?" Wanda bertanya kepada seluruh temannya yang ada di hadapannya saat ini.

"Tidak." Jawab mereka serempak.

"Oh ayolah," Wanda mendengus sebal. "Kalian sudah melihat sendiri bahwa aku benar-benar berbakat dalam melakukan sebuah pencarian karena aku hobi stalking. Dan aku sudah terbukti selalu mampu membawa berita terbaru yang faktual."

"Mungkin ada baiknya bakat terpendammu dibiarkan saja terpendam." Ujar Deva tanpa perasaan bersalah.

"Benar apa yang dikatakan Deva, Wan. Lagipula hanya kita berempat yang mengetahui bakat terpendammu yang, jujur saja menurutku itu sedikit creepy." Jasmin satu suara dengan Deva.

"Mengapa kau tidak melamar saja menjadi admin akun lambe turah? Kau bisa berselancar mencari informasi dari manapun sehingga admin lainnya tidak perlu menunggu submisi dari followers-nya." Usul Rafael asal-asalan.

"Tidak! Aku tak mau menjadi admin akun gosip seperti itu." Wanda menolak mentah-mentah tawaran Rafael yang menurutnya sedikit kurang waras. "Aku ingin pekerjaan yang mengandalkan skill stalking-ku ini untuk hal yang bermanfaat. Menangkap penjahat di dunia maya misalnya." Ungkap Wanda menjelaskan pekerjaan impiannya.

"Mungkin aku punya lowongan pekerjaan untukmu, tetapi aku juga tak tahu pasti." Ujar Selin seperti memberikan angin segar untuk Wanda.

"Kau serius? Aku akan sangat berterima kasih jika itu menjadi kenyataan."

"Aku tak tahu pastinya. Sepulang kuliah aku akan mengajakmu ke salah satu relasiku."

"Siapa relasimu?"

"Ayahnya teman lamaku, beliau bekerja sebagai polisi."

***

Seperti yang dijanjikan oleh Selin, setelah selesai kuliah siang pukul 14:40, Selin mengajak Wanda ke tempat relasi Selin berada. Namun, tentu saja rencana mereka mendapat penolakan dari ketiga temannya yang lain.

Rafael dengan gagah berani berdiri menghadangi jalan kedua gadis nekat tersebut di teras gedung jurusan. "Wanda! Lebih baik kau urungkan saja niatmu itu." Titahnya tanpa menerima penolakan.

"Tugas kuliah sudah membuatmu cukup pening dan kau ingin menambah beban hidupmu dengan pekerjaan seperti itu. Kau sudah gila, ya?!" Maki Jasmin tepat di hadapan temannya tersebut.

"Kau ingin berurusan dengan para kriminal yang terkenal kejam tanpa ampun? Lebih baik jangan, sayangi nyawamu, Wan. Kau kira dengan kau menggali informasi tentang mereka hidupmu akan tetap aman setelahnya? Kau salah besar. Kau akan menjadi incaran mafia berdarah dingin yang siap membunuhmu kapan saja bila ada kesempatan." Deva berorasi panjang lebar sesuai dengan pemahamannya dari novel kriminal yang pernah ia baca.

"Kau ingin uang? Sebutkan saja sekarang berapa nominal yang kau butuhkan. Akan kutransfer ke rekeningmu saat ini juga." Jasmin menantang Wanda dengan sedikit kesal. "Atau kalau kau tak mau, lebih baik kau sewa saja babi ngepet agar cepat kaya." Sindirnya.

Wanda memegangi telinganya yang sedikit nyeri akibat mendengar masukan dari temannya yang justru menurutnya sangat tidak berguna. "Guys, ini bukan tentang uang. Ini tentang passion. Aku akan sangat menyayangkan jika bakat terpendamku ini didiamkan begitu saja sedangkan pada kenyataannya dapat digunakan untuk kebaikan." Wanda menjelaskan. "Aku ingin seperti Selin yang mengembangkan passion-nya menulis di aplikasi novel online."

Sang empunya nama langsung angkat bicara sejak dari tadi ia hanya menikmati perdebatan antar temannya. "Dari mana kau tahu aku menulis?" Tanyanya penasaran.

Inverse [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang