27 - Trouble

17 3 0
                                    

Suasana di ruang ujian sangat hening. Ujian Fisika Statistik dilaksanakan di aula gedung yang biasanya digunakan untuk mata kuliah Medan Elektromagnetik 2. Para dosen pengampu sekaligus asistennya bertugas mengawasi ujian ini karena semua mahasiswa yang mengikuti mata kuliah tersebut digabung dalam satu ruangan.

Wanda duduk di sayap kanan ruangan ini karena dirinya berasal dari kelas C. Ia terpisah dengan Deva, Rafael, dan Selin yang berada di sayap kiri. Selain itu posisi duduknya terpisah cukup jauh dengan Jasmin karena Jasmin baru hadir di ruangan sekitar lima menit sebelum ujian dimulai.

Wanda menghabiskan 30 menit pertamanya untuk menyelesaikan soal nomor dua yang kebetulan soalnya sama dengan soal ujian dua tahun lalu. Ia melewatkan soal nomor satu karena dirasa terlalu sulit baginya. Wanda menyalin semua catatan yang diberikan oleh Keenan ke dalam lembar ujiannya dengan seulas senyum bangga karena bisa menaklukkan sulitnya soal ujian. Perlu diingat bahwa sistem ujian ini diperbolehkan untuk membuka buku maupun catatan, asal tidak mencontek.

Ketika Wanda sedang memikirkan bagaimana caranya untuk mengerjakan soal nomor tiga, aktivitasnya diinterupsi oleh suara laki-laki yang berkata cukup keras. "Rosita Damayanti? Janice Sianipar? Cakra Buana? Gandhi Pratama? Kalian berdiri sekarang!" Lelaki bertubuh gemuk pendek berkulit putih dan berkacamata tersebut merupakan asisten dosen dari kelas A.

"Kalian masih berani mengikuti ujian padahal nama kalian sudah di-black-list dari nama peserta ujian?" Asisten dosen tersebut memegang daftar kehadiran mahasiswa kelas A. Mereka berempat masih menandatangani kehadiran padahal nama mereka dicoret merah pada lembar tersebut.

Suasana kelas kian mencekam. Keempat terdakwa itu tak ada yang berani membuka mulut untuk menyanggah. Beberapa mahasiswa memutuskan meletakkan pulpen mereka dan menyimak apa yang akan terjadi kemudian. Wanda memberi kode apa-yang-terjadi kepada Selin yang merupakan mahasiswi kelas A. Yang ditanya pun rupanya tak mengetahui apa yang terjadi, Selin mengangkat bahunya seraya mengatakan aku-tak-tahu.

Asisten dosen tersebut menjelaskan bahwa keempat mahasiswa tersebut dihapus dari daftar peserta ujian akhir dikarenakan jumlah absensi mereka melebihi jumlah absensi yang diizinkan. Karena mata kuliah ini berbobot 4 SKS, maka jatah absensi yang ditolerir hanya sebanyak 4 kali. Lebih parah lagi, mereka sering melakukan titip absen dengan meminta tolong rekannya untuk memalsukan tanda tangan mereka. Sang asisten dosen mengetahui aksi mereka karena ia menyamar menjadi mahasiswa yang mengikuti kelas tersebut. Ia sudah bekerja sama dengan sang dosen.

Pak Cahya meraih daftar kehadiran dari tangan asisten dosennya. Beliau menggelengkan kepala ketika membaca lembarannya. "Kalian berempat kami anggap tak mengerjakan UAS. Siap-siap bertemu lagi di kelas saya tahun depan." Putus sang dosen final. "Sekarang kalian keluar dari ruangan ini!" perintahnya lagi. Mereka berempat pun keluar kelas dengan keadaan tertunduk malu. Janice berteriak histeris setelah keluar dari ruangan, teriakannya masih dapat terdengar oleh orang-orang yang berada di dalam ruangan kelas.

"Bagi yang merasa pernah membantu mereka dalam titip absen, saya masih izinkan kalian untuk mengikuti ujian. Namun, saya tak akan repot-repot mengoreksi jawaban kalian karena nilainya akan saya pukul rata menjadi C." Imbuhnya. "Saya yakin Dalton sudah memegang daftar nama oknum mahasiswa yang sering membantu titip absen." Sambungnya yang dibalas anggukan oleh Dalton.

Wanda dapat mendengar suara beberapa nafas tercekat karena terkejut. Ia memandangi dosen pengampu di kelasnya yang tak bereaksi apapun. Raut wajah beliau terlihat terkejut sekaligus puas pada saat yang bersamaan karena usaha Pak Cahya yang kukuh dalam menegakkan kejujuran di kalangan civitas akademika. Di sisi lain, dosen tersebut sepertinya masih memberikan kesempatan kedua, atau mungkin terakhir, bagi mahasiswa yang sering membolos.

Wanda juga diam-diam mencuri pandang dari komplotan beberapa mahasiswa yang sering bolos dan titip absen di kelasnya. Mereka juga ketakutan setengah mati jika harus dikeluarkan dan tidak mengikuti ujian. Menurut Wanda, seharusnya kelas C juga menerapkan sistem yang sama seperti kelas A.

Inverse [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang