Rafael membuka matanya. Bau khas rumah sakit langsung menyambut indera penciumannya. Sekarang ia berada di ruangan rawat inap kelas eksekutif yang hanya ditempati dirinya seorang. Beberapa menit kemudian ia teringat bahwa semalam ia berduel dengan orang asing yang berhasil mengetahui penyamarannya. Sialan, siapa sih orang itu? pikirnya. Mengingat hal itu rasanya Rafael ingin mematahkan rahang preman tersebut hingga bibirnya sobek, sama seperti miliknya.
Tak ada siapapun di sini. James langsung pergi meninggalkannya setelah urusan administrasinya beres. Masih ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pria berambut klimis tersebut, salah satunya menggiring para tersangka penyerangan ke tahanan. James juga bilang bahwa semua biaya pengobatan Rafael akan ditanggung oleh atasannya. Beliau mengetahui bahwa Rafael hanya mahasiswa rantau, beliau tak tega jika dia harus menanggung semua itu sendirian. Selain itu, beliau juga merasa bersalah karena gagal melindungi warga sipil seperti Rafael.
Sebenarnya Rafael bukan tergolong mahasiswa rantau miskin. Jumlah rekeningnya di bank lebih dari cukup untuk melunasi biaya administrasi rumah sakit. Meskipun atasan James bersikeras ingin menanggung semua biayanya, tetapi Rafael juga bersikeras untuk mengembalikan uang tersebut. Jika tak bisa langsung melalui atasan James, Rafael bisa mentransfernya ke rekening anaknya... Arian.
Rafael meraih ponselnya yang sengaja diletakkan di atas nakas dengan tangan kanannya yang bebas dari tusukan jarum infus. Lockscreen-nya menunjukkan pukul 08:43 pagi. Ia langsung menghubungi dosen yang mengajar mata kuliah Fisika Statistika pukul 10 nanti sebelum terlambat.
Selamat pagi, Pak Cahya
Nama saya Rafael Lie NPM 1906****** ingin menyampaikan bahwa saya izin tak bisa mengikuti perkuliahan hari ini karena sakit. Berikut ini saya lampirkan kondisi saya sebagai bukti bahwa saya benar-benar sakit. Untuk surat perizinan, akan saya serahkan pada pertemuan berikutnya.
Terima kasih atas perhatiannya.
Rafael mengirim pesan singkat tersebut via whatsapp dengan menyertakan selfie dirinya dengan perban yang menutupi beberapa bagian wajahnya. Ia meringis kesakitan saat mencoba untuk tersenyum menghadap kamera. Ia juga mengabari sahabatnya di grup chat, berharap mereka membesuknya.
Seketika grup menjadi ramai
Deavanno Apriandi
Kamu kenapa raf? Kok mukamu banyak perbannya gitu?Jasmin A. P.
Cosplay jadi mummy kali (?)Wanda
Anjirlah cosplay jadi mummy 🤣Gue semalem kena begal -_-
Deavanno Apriandi
Hmm
Kok bisa?Wanda
Selain luka, lu gpp kan?
Gak ada barang yg ilang?
Dompet masih aman?Aman siih
Begalnya gajadi ngerampok
Gue cuma bawa laprak sama hp
Tp hp nya gue sembunyiinWanda
Syukurlah kalo lu gppJenguk gue dong
Jasmin A. P.
Ok, habis kelar kelas yaaIyaaa 🤣🤣
Ada satu nama yang tidak merespon sama sekali. Hal itu sangat mengusik pikirannya. Dia kemana, sih? Mengapa dia menjadi tak responsif seperti ini? batinnya berkecamuk. Tak ingin terlalu lama tenggelam dalam asumsi negatif, Rafael langsung menelepon orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inverse [END]
General FictionBerawal dari hobi stalkingnya, Wanda diperkenalkan oleh temannya kepada perwira polisi. Dari sinilah ia mendapat pekerjaan paruh waktu sebagai stalker oleh pihak kepolisian. Ia diharuskan untuk melaporkan berbagai kasus yang dilihatnya untuk selanju...