Inverse [END]

20 - Concert

Wanda berhadapan dengan refleksi dirinya yang dinilainya sangat cantik. Ia sengaja mengubah cara berpakaiannya yang biasanya menggunakan kaus t-shirt menjadi gaun merah marun seukuran betisnya, demi sang pujaan hati. Tak lupa ia mengenakan riasan bold andalannya dan menyemprotkan parfum perpaduan aroma vanila dan kelapa. Hari ini harus berjalan sempurna bagi Wanda.

Kamal berjanji akan menjemput Wanda sekalian meminta izin kepada Ibu Kos Wanda yang memang akan datang ke indekos setiap hari Sabtu untuk memantau anak-anaknya. Ibu Kos Wanda mengizinkan mereka berdua keluar dengan syarat tidak boleh pulang larut malam, batas minimal toleransi pukul sebelas malam. Kamal setuju dengan persyaratan tersebut dan tidak keberatan jika harus mengantar Wanda pulang lebih awal.

Wanda meraih tangan Kamal yang terulur kepadanya kemudian menggandengnya seperti layaknya orang yang sudah resmi pacaran. Kamal memarkirkan motornya di depan gapura indekos Wanda yang jaraknya tidak terlalu jauh. "Maaf baru bisa menjemputmu dengan motor matic alih-alih kereta kuda," Kamal menyalakan mesin motornya.

"Well, mari kita anggap saja motormu ini adalah kuda kerajaan." Wanda tak ambil pusing dengan kendaraan apa yang dibawa Kamal. Toh jarak perjalanan mereka tidak terlalu jauh.

"As you wish, My Lady." Kamal memastikan gadisnya duduk sempurna di jok belakang.

Mereka akhirnya meluncur ke tempat tujuan dengan mesin motor yang dipacu kecepatan tinggi. Butuh waktu sekitar sepuluh menit bagi mereka untuk tiba di lokasi konser, tepatnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Beruntung, rambut Wanda tak mengalami berantakan yang signifikan. Sesampainya di sana, Kamal menukarkan tiket kemudian panitia acara memakaikan gelang di tangan mereka dan akhirnya mereka diizinkan masuk ke area pertunjukan.

Di area pertunjukan, terdapat tiga panggung yang jaraknya cukup berjauhan yang menampilkan penyanyi yang berbeda. Mereka menghampiri salah satu panggung yang terlihat cukup sepi diantara yang lainnya. Hal ini dikarenakan mereka, terutama Kamal, enggan berdesakan dengan penonton lainnya yang memenuhi area panggung utama. Di panggung tersebut menampilkan band yang kurang terkenal karena personelnya merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Bahasa yang memenangkan seleksi Performance Submission untuk memeriahkan acara ini.

Sang pembawa acara mengajak band tersebut sedikit berbasa-basi, menanyakan tentang siapa saja anggotanya dan apa alasan mereka memilih lagu tersebut untuk ditampilkan di panggung. Kemudian sang pembawa acara memanggil band selanjutnya. "Ok, kita langsung saja ke penampilan kedua yang merupakan juara kedua dari performance submission yang diadakan beberapa waktu lalu. Please welcome, Bandwidth." Ujar pria pembawa acara pria yang mengenakan pakaian setelan tuksedo.

Wanda langsung terkejut bukan main ketika melihat band kedua menaiki panggung. Anggota band tersebut merupakan teman-teman sejurusannya, termasuk Henry dan juga Selin. Setelah semua personel band memasuki panggung, teriakan para wanita terdengar lebih meriah. Henry sangat pintar dalam memilih siapa saja yang tergabung di dalam band bentukannya. Hal itu terbukti karena personelnya sebagian besar merupakan spesies cowok ganteng di jurusan mereka. Menurut rumor yang beredar mereka mempunyai banyak penggemar dan tak sedikit pula yang terang-terangan menyatakan perasaan pada mereka, bahkan dari jurusan lain di fakultas yang sama.

"Bukankah itu Henry dan gengnya?" Tanya Kamal sambil menyikut Wanda. Ia juga tak kalah terkejut dengan Wanda.

"Kecuali Selin," ralat Wanda. Sekarang ia merasa iba dengan sahabatnya yang duduk di belakang drum tersebut. Wanda tak mampu membayangkan bagaimana canggungnya Selin yang introvert harus berbaur dengan gengnya Henry yang terasa asing baginya. Meskipun sebenarnya Wanda tidak menyangka bahwa gadis yang terkadang memukuli meja secara tak sadar tersebut ternyata mampu juga untuk bermain drum.