24 - Week of Final Test

26 3 0
                                    

Beberapa minggu setelah Wanda mengikuti rapat bersama Jenny, pada pertengahan bulan Desember mulai diadakan pekan Ujian Akhir Semester. Sudah menjadi kebiasaan di jurusan mereka saling memberikan afeksi berupa makanan ringan dengan sebuah notes kecil berisikan pesan motivasi ke beberapa orang yang dekat dengan mereka sebelum melaksanakan ujian. Hal ini bertujuan untuk saling menyemangati sesama mahasiswa untuk menghadapi ujian yang tentu saja tidak mudah.

Namun, Wanda salah satu orang yang tidak mengikuti kebiasaan tersebut, bahkan sejak ia masih menjadi mahasiswa baru. Ia memiliki pandangan bahwa lebih baik uangnya disimpan untuk tabungan atau untuk biaya hidup daripada harus digunkan untuk membeli afeksi makanan ringan untuk orang lain yang tentu saja mereka mampu membeli sendiri. Namun, Wanda juga tak menampik fakta bahwa ia suka menerima afeksi tersebut. Beberapa orang memberikan makanan ringan atau susu kotak untuknya, lengkap dengan sepucuk surat.

"Semangat UAS-nya wann!"

"Yuk bisa yuk, semangat!"

"Ikan hiu makan buaya, yuk semangat yaa!"

Dan masih banyak lagi.

Yang paling berkesan baginya adalah pemberian dari Kamal, tentu saja. Pada saat sebelum ujian, tepatnya hari Sabtu, Kamal memberikannya makanan dan minuman favoritnya untuk menjadi penyemangat. Lelaki itu rela merogoh kocek sedikit lebih dalam untuk membeli kue red velvet yang katanya "rasanya enak banget guys mau meninggal!" dan strawberry milk tea yang diorder langsung ke indekos Wanda. Wanda salah menilai Kamal yang agak kecewa dengannya karena menolak ajakan pria itu untuk menonton film bersama karena pada kenyataannya pria itu tidak masalah atas penolakan tersebut. Di sisi lain, Wanda berjanji akan mengajaknya kencan di bioskop jika ada film yang menarik baginya, suatu saat nanti, kalau bisa setelah UAS nanti.

Pada kenyataannya afeksi tersebut tidak berpengaruh banyak bagi kelancaran ujian Wanda. Gadis itu tetap merasakan pening dan kepala ingin meledak hingga rasa ingin meninggal setiap membaca soal ujian. Apalagi pada ujian mata kuliah Mekanika Kuantum 1 dan Pendahuluan Fisika Inti. Penurunan rumus kuantum dan penjelasan reaksi nuklir membuat otaknya ingin meledak seperti bom nuklir yang reaksi fisinya sengaja dibiarkan. Ia memang kerap belajar bersama ketika hendak ujian. Namun, kapasitas otaknya yang kurang bisa mencerna jawaban dari soal ujian yang diberikan yang menyebabkan ia sering mengalami kesulitan ketika ujian.

Hal yang sama dirasakan oleh Rafael, ia selalu menggila setelah ujian berakhir dan hanya Bianca yang selalu bisa menenangkannya kembali. Berbeda halnya dengan Deva, Jasmin, dan Selin. Mereka tampak biasa saja seolah tak menemukan kesulitan dalam mengerjakan soal. Deva memang sosok jenius di antara mereka berlima, merupakan suatu hal yang wajar jika ia menganggap soalnya mudah. Meskipun rasanya Wanda ingin mencolok matanya dengan tusuk cilok ketika Deva mengatakan ujiannya sangat mudah. Jasmin memiliki prinsip datang, kerjakan, lupakan, bodo amat dengan nilai sehingga Wanda ragu bahwa gadis itu mengerjakan ujian dengan baik. Sedangkan Selin, selain karena pintar, ia memiliki guru privat yang dengan sukarela mengajarinya hingga ia paham, Keenan. 

Hari Rabu ini, Wanda ada jadwal ujian mata kuliah peminatan yaitu Pendahuluan Ilmu Material yang akan diadakan pada sore nanti tepat pukul 15:00. Sedangkan keempat orang lainnya tidak memiliki jadwal ujian hari ini. Oleh karena itu, Wanda meminta mereka untuk tetap datang ke kampus, sekadar untuk menemaninya agar ia tidak sendirian. Mereka setuju dengan usulan Wanda, selain itu mereka juga berniat belajar bersama untuk ujian esok hari.

"Guys," Jasmin memecah keheningan di antara kami yang sibuk dengan urusannya masing-masing. "Aku paham otak kalian terlalu bekerja keras selama UAS ini. Jadi aku berecana mengajak kalian berlibur ke suatu tempat." Ajaknya dengan semangat. Baru kali ini raut wajah Jasmin bisa sebahagia ini selama semester lima.

Inverse [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang