26 - Safer

17 3 0
                                    

Sesuai janjinya, Keenan menyanggupi untuk memberikan materi tambahan bagi Selin dan keempat temannya. Keenan menuliskan persamaan untuk mencari fungsi partisi serta energi pada suhu tinggi dan suhu rendah statistika Maxwell-Boltzmann setelah sebelumnya ia mengisi tabel distribusi pengisian keadaan. Di sebelahnya ada Deva yang ikut mendiskusikan solusi soal ujian Fisika Statistik dua tahun yang lalu, yang keluar saat ia melaksanakan ujian mata kuliah tersebut. Jasmin bersandar di sebelah Selin sambil terkikik mengetikkan sesuatu di ponselnya. Rafael dan Selin kompak menulis apa yang ditulis Keenan di papan tulis sambil sesekali berdiskusi pelan.

Sedangkan Wanda, pikirannya entah ke mana. Suara tawa kecil Jasmin serta gemuruh dari Rafael dan Selin tak berhasil mengembalikan pikirannya ke tempat di mana seharusnya berada. Ia mengevaluasi kinerjanya terhadap Om Sud yang akhir-akhir ini mengalami penurunan. Ia bahkan sudah tak pernah melaporkan kasus kejahatan apapun selama dua bulan terakhir ini. Apakah Om Sud mau memaafkan perbuatannya yang tidak konsisten? Atau haruskah ia mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut?

Satu nama yang membuat Wanda kesal akibat penurunan kinerjanya. Janice Sianipar.

Keenan sudah selesai menuliskan jawaban untuk pertanyaan nomor 1a, setelah ini ia berencana akan menjelaskan penyelesaian soal tersebut sedetail mungkin. "Wanda, kau baik-baik saja?" Keenan menghentikan aktivitasnya. Ia menyadari tatapan Wanda kosong menatap ke arah papan tulis yang sudah penuh dengan berbagai persamaan.

Wanda tersadar dari lamunannya. Begitu ia menatap ke papan tulis dengan lebih jelas, ia langsung pusing dengan persamaan matematis yang memenuhinya. "Well, I'm sorry I've got distracted. I'm fine here." Ucapnya meyakinkan Keenan. Wanda berasumsi Keenan bahkan tak akan peduli dengan apapun yang ada di kepalanya.

Jasmin sudah mulai memegang pulpen dan kertas binder alih-alih ponselnya. Di sebelah kirinya ada Deva yang sudah siap mendengarkan, atau mungkin menyanggah, apa yang akan disampaikan oleh Keenan. Rafael dan Selin sudah selesai mencatat keseluruhan persamaaan matematis yang ada di papan tulis. Wanda dapat melihat dari ekor matanya bahwa mata Selin selalu berbinar ketika menatap Keenan. God, when? gerutunya.

Setelah memastikan semua mata tertuju padanya, Keenan mulai menjelaskan apa yang ditulisnya secara rinci. "Ok setelah kalian mengetahui fungsi partisinya, sekarang kita cari persamaan energi pada suhu rendah dan suhu tinggi. Untuk suhu rendah..."

Wanda buru-buru mencatat apa yang diucapkan Keenan sambil menyalin keseluruhan isi papan tulis. Otaknya bekerja sangat keras saat ini. Ia juga sudah melupakan hal-hal yang mengganjal pikirannya beberapa waktu lalu. Pada akhirnya, ia merasa lelah. "Bisakah aku melihat catatanmu nanti?" Wanda menyenggol Rafael yang ada di sebelah kirinya.

"Makanya kau catat sedari tadi, bego!" Rafael menyentil kening Wanda.

"Ok sampai sini dulu. Ada yang ingin ditanyakan?" Keenan menatap kelima pasang netra yang ada di depannya. "Kalau tidak ada, kita lanjut membahas soal nomor 1b." Lanjutnya karena tak seorangpun yang mengajukan pertanyaan kepadanya.

"Mampus kau," bisik Rafael tepat di telinga Wanda yang belum selesai menyalin jawaban soal nomor 1a.

Keenan menyelesaikan semua pembahasan soal ujian pada pukul 15:13. Sekarang ia beralih mengadakan les privat mata kuliah Fisika Radiologi untuk persiapan Selin menghadapi ujian akhir besok pagi. Deva dan Jasmin beralih membuat rangkuman mata kuliah Teori Medan Klasik yang berisi penurunan rumus teori relativitas umum. Rafael sudah pergi sekitar 30 menit sebelum Keenan menyelesaikan pembahasannya untuk mengikuti ujian mata kuliah Akuisisi Data Berbasis Komputer. Ujian tersebut menyebabkan Jenny meliburkan latihan drama untuk hari ini dikarenakan gadis itu belajar mati-matian untuk memahami materinya.

Inverse [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang