Suara tepuk tangan yang meriah menutup penampilan dari angkatan Wanda. Mereka berkumpul di tengah panggung, menggandeng tangan siapapun yang ada di sebelah mereka, kemudian membungkukkan badan seraya memberikan penghormatan. Deva memberikan siulan paling meriah dari bangku penonton. Setelah dilakukan sesi foto bersama antara MC dengan semua aktor yang berperan pada drama, penampilan dilanjutkan ke angkatan satu tahun di bawah Wanda.
"KALIAN KEREN BANGET, SUMPAH!" Deva menghambur memeluk Wanda yang masih kerepotan karena menggunakan gaun satin berwarna merah. "Sel, idemu ternyata sangat gila!" pujinya kemudian. "Aku sedikit menyesal menolak tawaranmu saat itu," sesalnya.
"Well, setelah beberapa kali terkena revisi dan aku mengabaikan semuanya... Terima kasih atas pujianmu, Dev." Selin menganggukkan kepalanya.
"Parah sekali kau tidak memuji koreografiku!" Jasmin meninju pelan lengan Deva yang kenyal.
"Aduh, maaf. Aku tak paham dengan koreografi, tapi iya kau juga keren, Jas!" Deva salah tingkah, merasa sedikit bersalah karena tidak memuji Jasmin. Sebenarnya ia juga tidak mengetahui bahwa Jasmin-lah yang mengatur koreografi penampilan tersebut-dibantu dengan Inez.
Menit berikutnya Deva memberikan makanan kepada tiga orang yang telah menghabiskan beberapa waktu di panggung. "Untuk kalian, aku tahu kalian lapar." Ujarnya seraya memberikan kotak karton berisi makanan khas Jepang.
"Terima kasih," Jasmin menerimanya dan langsung membuka kotak tersebut, "tetapi sepertinya kurang satu kotak lagi." Jasmin melihat Selin yang masih tetap tenang meskipun tidak ada jatah untuknya, seolah hal itu bukan masalah besar baginya.
"Well, terkait hal itu..." ucapan Deva menggantung ketika terdengar suara teriakan seorang pria dari kejauhan.
"Penjaga? Keamanan? Atau siapapun itu," suara seorang pria terdengar cukup menggelegar di area terbuka tersebut membuat hampir seluruh pasang mata tertuju kepadanya. "Saya menangkap si tukang onar yang berniat mengacaukan acara." Lengannya memiting seorang gadis yang terlihat lemah di hadapannya. "Dia hendak menembakkan properti lampu gantung di atas panggung menggunakan ini," Pria tersebut menunjukkan sebuah penembak panah berukuran sedang.
Semua orang yang ada di area tersebut terkesiap.
Panitia yang merupakan salah satu mahasiswa dari divisi kesenian muncul dari area belakang panggung kemudian langsung menginterogasi gadis tersebut. "Dari mana kamu mendapatkan ini? Bukankah sudah jelas bahwa dilarang membawa senjata tajam?" Tanyanya dengan raut wajah serius.
Pertanyaan bodoh, pria bermata biru tersebut mendecih. "Pertanyaan yang lebih tepat adalah, apa yang kau rencanakan dengan alat ini selain mencelakai orang-orang yang ada di atas panggung?" pria itu bertanya dengan santai, berbanding terbalik dengan raut wajah petugas keamanan yang menampakkan tampang garang.
Gadis itu masih tutup mulut. Hal itu membuat pria berkulit putih merebut busur kecil tersebut kemudian menodongkannya kepada si gadis. "Tetaplah bungkam atau aku akan melubangi kepalamu dengan alat rakitanmu sendiri." Ancamnya dingin.
Merasa ketakutan, gadis itu menghela napas cepat-cepat. "Aku diam-diam mengintipi mereka latihan di lapangan belakang fakultas dan sialnya aku mengakui bahwa penampilan mereka sepertinya akan bagus." Gadis itu akhirnya membuka suara. "Aku ingin menggagalkan penampilan mereka agar mereka tidak memenangkan penampilan angkatan terbaik malam ini. Pokoknya angkatanku harus menang!" Ia bersikeras.
Pria bermata biru itu menggeleng pelan sambil mendecih. "Orang ini tidak beres." Ucapnya pelan. "Dia sudah mengaku, selebihnya aku serahkan keputusan kepada panitia penyelenggara acara. Sekarang lebih baik kalian amankan dia, pastikan dia tidak melakukan kekacauan lagi." Perintahnya pada laki-laki yang lebih muda sekitar dua tahun dari Wanda. Panitia acara tersebut menuruti perintahnya dengan membawa si gadis keluar dari area pertunjukan. Salah satu dari mereka menghampiri pembawa acara supaya angkatan gadis itu didiskualifikasi dari penampilan angkatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inverse [END]
General FictionBerawal dari hobi stalkingnya, Wanda diperkenalkan oleh temannya kepada perwira polisi. Dari sinilah ia mendapat pekerjaan paruh waktu sebagai stalker oleh pihak kepolisian. Ia diharuskan untuk melaporkan berbagai kasus yang dilihatnya untuk selanju...