Supplement-C2: Mermaid and The Scientist part 2

5 2 0
                                    

Operasi Jenny dilakukan tepat pukul delapan pagi. Rafael beserta segenap tim yang membantunya melakukan operasi ini berkumpul mengelilingi Jenny yang sudah dibius. Selin menyuntikkan radioisotop yang bisa memancarkan citra fisiologis tubuh Jenny sehingga dapat dilihat di layar monitor. Kemudian tubuh Jenny dimasukkan ke dalam tabung berdiameter satu meter dengan panjang dua meter. Rafael memulai prosedur operasi dengan menembakkan radiasi foton gamma dalam dosis besar yang akan menyebabkan sel-sel dalam tubuh Jenny bermutasi. Operasi ini memakan waktu hingga seminggu. Selama itulah Rafael dan Selin bergantian menjaga Jenny yang tidak sadarkan diri.

Setelah prosedur operasi selesai, dengan sigap Selin merawat Jenny yang tubuhnya masih lemah. Gadis itu dengan telaten membersihkan tubuh Jenny dan memberikannya asupan gizi yang cukup. Putri duyung itu sekarang sudah sepenuhnya menjadi manusia, tetapi sepertinya ia masih belum lancar berjalan. Rafael bersedia mengajarkan Jenny berjalan hingga lancar selama lima hari lamanya.

Suatu ketika Selin bekerja di laboratorium sendiri karena Rafael harus mengikuti konferensi dengan walikota. Sebenarnya ada Jenny di sisinya yang diam mematung memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh Selin. Namun, Selin lebih menganggapnya tidak ada. "Hei, kulitmu pucat sekali. Kau tak terlihat seperti manusia." Jenny membuka mulutnya. "Lagipula bangunan ini aneh, kita sedang berada di lantai atas tetapi tak ada sinar matahari yang berhasil menembus ruangan ini." Jenny sebenarnya sudah mulai curiga dengan kedua orang yang sering dilihatnya menggunakan jas laboratorium tersebut. Sepertinya memang ada hal yang disembunyikan di sini. Selin tak pernah keluar sebelum malam hari dan Rafael tidak pernah terlihat memakan makanan manusia.

"Karena sekarang sudah malam." Respon Selin cuek.

"Yeah, tetapi kuamati hal tersebut pada siang hari." Jenny bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati meja tempat Selin bekerja. Ia pernah membaca buku yang menyatakan untuk membuktikan sosok tersebut merupakan manusia atau bukan, kau hanya perlu melukai tanganmu. Sehingga ia meraih sebuah pisau kecil kemudian melukai pergelangan tangannya. Toh, Jenny juga tak pernah melihat dua orang yang akhir-akhir ini menghabiskan waktu dengannya memakan sesuatu.

Selin dapat melihat aksi Jenny dari ekor matanya sehingga gadis itu dengan cepat menghentikan aksi melukai diri sendiri. "APA YANG KAU LAKUKAN?!" bentaknya seraya meraih pisau dari tangan Jenny kemudian menjauhkannya.

"Hanya ingin membuktikan apakah kau manusia atau bukan."

Tak disangka, di depan pintu ruangan Rafael menyaksikan mereka berdua dengan mata merah menyalang. Selin mendengar suara pintu digebrak langsung mengalihkan pandangannya ke sumber suara. "Rafael," lirih Selin. Gadis itu bangkit dan menerjang Rafael agar tidak mendekat ke arah Jenny. Namun, sial badan Selin tak cukup kuat untuk menghentikan Rafael. Tak ada cara lain, ia pun melukai pergelangan tangannya agar perhatian Rafael teralihkan. Usahanya berhasil, Rafael mulai mendekatinya alih-alih Jenny yang meringkuk ketakutan di pojok ruangan.

Rafael mulai menghisap darah Selin dengan nafsu. Perlahan matanya kembali menjadi cokelat seperti sedia kala. "It's ok, I'm here." Bisik Selin pelan di telinga Rafael seraya menenangkan pria tersebut.

Lights will guide you home
And ignite your bone
I will try to fix you

Setelah tersadar, Rafael menjauhkan dirinya dari Selin yang tangannya masih mengalirkan darah. "Apa yang telah kulakukan?" ia menyentuh ujung bibirnya dan setetes darah mewarnai jemarinya.

"Ini bukan salahmu. Kau tidak sadar ketika melakukannya." Ucap Selin menenangkan. Namun, matanya menatap Jenny tajam seolah mengatakan lihatlah-akibat-dari-kelakuanmu-yang-bodoh-itu. "Kau tahu, sebenarnya di kota ini tidak ada yang namanya manusia."

Inverse [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang