"Aku ingin meminta maaf karena aku membatalkan rencana kencan kita malam ini. Aku akan mengerjakan tugas kelompok membuat powerpoint Mekanika Kuantum di apartemen Jasmin. Kau tak perlu khawatir... aku bersama Rafael, Wanda, dan Deva. Besok sore akan kutemui kau di tempat kencan biasanya. I love you."
Selin mengirim pesan suara tersebut dalam satu tarikan napas. Sepertinya ia sudah berlatih semalaman untuk membuat kalimat seperti itu. Tangan kanannya dengan santai menyuapkan roti maryam ke mulutnya.
Mereka menunggu KRL di stasiun dekat kampus. Tujuan mereka adalah stasiun Duren Kalibata, lokasi di mana apartemen Jasmin berada. Tentang benda putih bikin hepi kemarin, Selin mengakalinya dengan membeli roti maryam yang akan mendapatkan gula halus dalam kemasan plastik kecil. Gula tersebut diberikan pada Rafael dan lelaki tersebut memasukkannya ke dalam kantung celana levisnya.
Rafael berpenampilan sangat menawan sebagai orang yang akan berkencan malam ini. Rambutnya disisir rapi menggunakan minyak rambut. Ia juga menggunakan pakaian semiformal yaitu kemeja kerja yang dikancing rapi, tak lupa ia semprotkan wewangian yang menarik perhatian kaum hawa-yang justru membuat Wanda hampir muntah mencium baunya yang terlalu menyengat.
KRL jurusan stasiun Jakarta Kota berhenti tepat di depan mereka. Mereka menaiki kereta tersebut dalam diam, berdiri di dekat pintu kereta tanpa suara. Tak ada yang berniat membuka obrolan, mereka khawatir penumpang KRL yang lain diam-diam menguping pembicaraan mereka yang bersifat sangat rahasia. Deva bersandar pada pintu sisi kiri kereta yang tak akan terbuka. Wanda duduk di bangku, membuka ponselnya untuk menonton music video boyband Korea EXO, Kyungsoo merupakan member favoritnya. Rafael berdiri di hadapan Wanda, tangannya berpegangan pada pegangan plastik yang digantung di tiang kereta. Selin mendengarkan musik melalui earphone dan dalam beberapa menit ia sudah tertidur pulas di sebelah kanan Wanda.
Butuh waktu sekitar 23 menit hingga mereka sampai di stasiun tujuan. Setelah dari stasiun mereka perlu berjalan beberapa meter dari pintu keluar hingga akhirnya mereka tiba di apartemen Jasmin. Arian dan Jasmin sudah menunggu kedatangan mereka di lobi. Sebelumnya, Arian sudah datang sejak pukul 13:00 untuk mempersiapkan pemasangan kamera tersembunyi dan mempelajari letak bangunan. Mereka berenam langsung menuju ke kamar Jasmin yang terletak di lantai tiga apartemen ini.
Arian mengeluarkan semua peralatan yang dibutuhkan. Sebuah laptop yang sudah dirancang untuk tersambung ke beberapa kamera tersembunyi di kamar yang akan dijadikan lokasi penangkapan. Arian memodifikasinya bersama Jasmin selama menunggu kedatangan empat personel lainnya.
"Kamar kalian nomor 2604." Jasmin menyerahkan kuncinya pada Rafael. "Kau terlihat tampan, sayang sekali kau bukan tipeku."
"Thanks pujiannya," Rafael meraih kunci tersebut. "Kau juga bukan tipeku sama sekali, Sarjana Kebun Binatang." Matanya sesekali melirik salah satu wanita yang ada di ruangan ini.
Sebuah pukulan keras mendarat di lengan kanan Rafael, tersangkanya Jasmin. Dengan spontan ia mengusapkan tangan ke lengannya yang sakit. Nyeri bekas adu fisik kemarin belum sepenuhnya pulih, sekarang malah ditambah lagi. "Aku gatal ingin meninjumu dari kemarin. Dua orang itu," Jasmin menunjuk Arian yang duduk di sebelah Wanda serta Selin yang bersandar pada dinding ruangan, "sudah menjadi korbanku. Alhamdulillah mereka berdua masih diberi kesempatan hidup."
Setelah semua persiapan selesai, sekarang mereka berada di posisi masing-masing. Wanda, Arian, dan Deva tetap berada di kamar Jasmin. Wanda dan Arian memantau pergerakan dari kamera tersembunyi sedangkan Deva mulai mencicil mengerjakan tugas kelompok ditemani susu cokelat yang ia ambil dari kulkas. Rafael menunggu target di lobi. Selin dan Jasmin berada di lantai 26 apartemen ini. Selin berjaga di dalam kamar nomor 2604 dengan sebuah revolver, ia bersembunyi di bawah kasur. Jasmin bersembunyi di kamar sebelah yang kosong-ia sengaja mengosongkan lantai teratas apartemen, ia berencana mengunci target dari luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inverse [END]
Ficción GeneralBerawal dari hobi stalkingnya, Wanda diperkenalkan oleh temannya kepada perwira polisi. Dari sinilah ia mendapat pekerjaan paruh waktu sebagai stalker oleh pihak kepolisian. Ia diharuskan untuk melaporkan berbagai kasus yang dilihatnya untuk selanju...