Bab 4 | Panggilan Khusus Dari Amel

10K 733 189
                                    

Sedari Amel hanya mondar-mandir di depan kamar Azzam. Ia belum mencoba sama sekali, tetapi ia sudah takut jika Azzam menolak untuk membantunya. Amel benar-benar pesimis kalau sudah berhadapan dengan crush nya. Keberanian yang Amel miliki tidak ada manfaatnya saat berhadapan dengan Azzam.

Amel ingin mengajak Azzam keluar karena hanya satu alasan, kalau saat ini ia sangat lapar dan membutuhkan makanan. Sebenarnya ini juga hanya akal-akalannya saja agar bisa lebih dekat dengan Azzam. Ia bisa saja memesan makanan, tetapi ia punya seribu akal yang tidak akan ia sia-siakan.

Akhirnya Amel menghela napasnya beberapa kali, ia langsung mengulurkan tangannya untuk mengetuk pintu kamar Azzam.

Tok…tok…tok.

Masya Allah, calon imam gue ganteng banget sih!” batin Amel bersorak bahagia melihat pemandangan di depannya ini.

“Kamu ngapain sih, senyum-senyum gitu? Udah gila?” Tanya Azzam.

Azzam merasa risih melihat tingkah gadis di depannya ini. Ia tidak menyukai sikap gadis seperti ini, terlalu obsesi melihatnya. Kembali ia menatap penampilan Amel seperti yang ia temui tadi, sepertinya gadis ini belum mandi juga.

“Hehehe. Bang temenin Amel ke supermarket dong,” ucap Amel dengan malu-malu.

“saya malas, pergi aja sendiri! Masih punya kaki kan?” Hal tersebut sukses membuat Amel kesal.

Amel tetap tidak merasa goyah dengan keinginannya, kalau ia akan tetap keluar dengan Azzam.

“Abang kan tahu sendiri, aku nggak  bisa bawa motor apalagi mobil. Sekarang itu Amel lapar banget, cuma makan roti aja dari tadi pagi. Bunda pasti pulangnya malam kalau udah ke pengajian. Mau ya temenin Amel? Janji deh nggak pake lama,” ucap Amel dengan nada melasnya sambil mengacungkan dua jari di depan lelaki itu.

"Kenapa nggak ikut ke pengajian aja sama bunda? Zizi ikut juga bukan?"

Amel menatap ke arah lain untuk mencari alasan yang tepat. Akhirnya ia kepikiran satu alasan yang sepertinya akan cocok untuk ia sampaikan. "Perut aku sakit bangun tidur tadi, makanya nggak bisa ikut. Biasanya aku rajin ikut sama bunda kok."

"Bilang aja malas," bantah Azzam.

Amel menekuk bibirnya saat mendengar hal itu. Kenapa lelaki di depannya ini sangat sulit untuk ditaklukkan.

"Enggak usah melas gitu mukanya. Sekarang siap-siap, biar saya anterin cari makanan."

Amel mengangguk dengan semangat dan ia tersenyum mendengar hal itu. "Oke."

"Dasar bikin repot aja," gumam Azzam.

•••

Azzam sudah menunggu Amel hampir sepuluh menitan, gadis itu akhirnya keluar. Tetapi malah melihat penampilan gadis itu membuat ia berdecak kesal.

"Apa dia nggak punya baju yang lebih bagus dari itu? Selalu saja pake baju kurang bahan seperti itu," batin Azzam.

“Kenapa Bang? Aku cantik ya pake baju ini?” tanya Amel mendekati Azzam karena ia melihat lelaki itu menatapnya.

Azzam menghela napasnya dengan kasar dan menggerakkan tangannya seakan mengusir gadis itu dari hadapannya. "Baju kamu ganti lagi!"

"Loh kok gitu sih?" Amel tidak terima dengan ucapan Azzam barusan.

"Lihat, apa yang kamu pakai itu?"

Amel langsung mengalihkan tatapannya ke arah pakaian yang ia gunakan. Ia rasa tidak ada yang salah dengan baju ini, hanya sebuah kaos berwarna hitam dengan hot pants. Menurutnya ini sudah menjadi penampilannya sehari-hari dan ia sudah biasa keluar rumah dengan penampilan seperti ini.

Complement of My Heart ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang