Bab 10 | Permintaan Maaf

6.9K 531 36
                                    


“Kalian udah pada makan belum?” tanya seorang lelaki yang begitu fokus menyetir saat ini. Ia tidak mengalihkan pandangannya dari lalu lintas jalanan ibu kota yang begitu padat, dengan suasana hiruk pikuk kendaraan masyarakat yang begitu padat. Tetapi hal itu tidak menganggu pikiran lelaki itu.

“Udah, tapi karena nungguin lo terlalu lama jadinya kami lapar lagi,” jawab Amel.

Sedangkan Ayana ikut menganggukkan kepalanya mendengar ucapan dari sahabatnya itu. Berbeda dengan seorang gadis yang duduk di sampingnya itu hanya menampilkan wajah cemberutnya saja sedari tadi.

Siapa lagi kalau bukan Zizi. Ia tidak suka dengan kehadiran lelaki yang menanyakan mereka sudah makan atau belum barusan. Sebab, setiap mereka bertemu, lelaki itu selalu memliki banyak cara untuk menggoda dirinya.

Hal yang paling membuat Zizi marah sampai saat ini, bahwa lelaki itu pernah menyatakan perasaannya kepada Zizi secara terang-terangan di depan umum. Hal itu benar-benar membuat Zizi malu, apalagi hal itu terjadi di kampus. Padahal orang-orang mengenal Zizi yang selalu menjaga batasan dengan orang-orang yang bukan mahramnya.

Kejadian itu juga sampai di telinga Dhaffi, bahkan lelaki itu langsung menanyakan hal itu kepada Zizi. Beruntung saja lelaki itu tidak memberitahukan perihal itu kepada Azzam.

Bukan hanya hal itu yang membuat Zizi tidak suka kepada Yuda, salah satunya mengenai isu-isu bahwa lelaki ini memiliki banyak pacar, bahkan ia sama sekali tidak menjaga batasan dalam bergaul kepada setiap gadis-gadis. Jelas-jelas hal seperti itu sangat membuat Zizi tidak akan bisa menerimanya.

Akhirnya hingga saat ini, Zizi belum ingin berbicara dengan lelaki itu. Ia terlalu muak dengan keadaan jika harus berhadapan dengan lelaki ini lagi. Jujur saja, satu mobil dengan Yuda membuatnya tidak nyaman, karena jelas lelaki itu mencuri-curi pandang kepada dirinya.

Muhammad Yuda, lelaki yang selalu menganggu ketenangan Zizi selama ini. Ia termasuk lelaki yang humoris dan begitu ramah kepada siapapun. Ia juga kuliah di universitas yang sama dengan ketiga gadis yang saat ini bersama dirinya itu. Tetapi mereka beda fakultas, ia dari jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis sedangkan ketiga gadis ini dari Fakultas Kedokteran.

Yuda sebenarnya tidak asing lagi bagi Zizi, karena mereka sedari kecil sudah saling mengenal. Hal itu karena lelaki itu merupakan anak dari sahabat bundanya Zizi, yaitu Jeni Arsyad. Tetapi dari beberapa tahun yang lalu keluarga lelaki ini pindah ke Bandung dan hal itu lah membuat mereka kembali asing.

Yuda, bisa kembali mengenal Zizi yaitu dari Amel. Jangan lupakan, Amel juga memiliki keluarga di Bandung. Ternyata rumah orang tua Yuda, berdekatan dengan rumah neneknya Amel. Hal itu lah yang membuat mereka kembali bertemu.

Yuda berada di Jakarta hanya seorang diri, karena ia ingin mencoba hidup mandiri dan jauh dari orang tuanya. Akhirnya dengan segala pertimbangan ia memberanikan diri, walaupun hal itu cukup mendapatkan larangan yang keras dari kedua orang tuanya. Ia memberikan sebuah keyakinan bahwa ia bisa hidup seorang diri dan akan menjaga dirinya dengan baik.

"Zi, jangan cemberut gitu dong. Lo nggak ikhlas ya, kalau gue ngajak Yuda?" Tanya Amel yang menatap Zizi.

Zizi menghela napasnya dengan kasar. "Gue sebenarnya nggak masalah Mel, tapi lo seharusnya jujur dari awal mengenai hal ini. Lo tahu sendiri gue gimana orangnya," jelas Zizi masih sangat kesal.

"Udah, kalian berdua jangan saling salah paham begini. Zi, gue minta maaf perihal yang terjadi minggu kemarin, gue nggak seharusnya ngelakuin hal bodoh seperti itu," ungkap Yuda akhirnya.

"Enggak usah bahas hal itu lagi, gue nggak suka."

Ayana kaget mendengar nada ketus dari Zizi, biasanya gadis ini sangat lembut bertutur kata, tetapi kali ini seolah ada sisi yang berbeda dari seorang gadis berkerudung hitam ini.

Complement of My Heart ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang