Ternyata Azzam gak bisa marah lama-lama ya sama istrinya. Tipe yang mudah luluh gitu sama pasangannya, mudah kepikiran orangnya.
Semoga votenya lebih rame hari ini 🥂
Happy reading 🌠
•
Saat ini kepanikan melanda Azzam, ia sama sekali belum menghubungi satupun anggota keluarganya. Ia tidak ingin menimbulkan rasa kekhawatiran malam-malam seperti ini. Sedangkan Amel sudah dilarikan ke dalam ruangan ICU. Ia masih mengingat keadaan sang istri yang begitu buruk saat dilarikan ke rumah sakit tadi. Mungkin kalau saja ia tetap mempertahankan kemarahannya di atas segalanya, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada sang istri. Beruntung saja Dhaffi menyarankannya untuk pulang, kalau tidak ia hanya akan diliputi rasa bersalah yang mungkin akan ia sesali seumur hidupnya.
Terkadang memang benar, amarah yang kita lebih utamakan itu hanya akan lebih menyakiti diri sendiri. Banyak luka yang akan ditorehkan, terutama kepada orang-orang tersayang kita. Semua yang terjadi hari ini, menjadi pengalaman berharga bagi Azzam sendiri, ia berjanji kepada dirinya agar lebih bisa tenang untuk menghadapi segala sesuatu yang terjadi.
Menjalankan bahtera rumah tangga ternyata bukan memikirkan kekecewaan diri sendiri saja, ada dua suara yang harus di dengarkan dan dimengerti. Bukan berarti salah satu pasangan itu egois, terkadang ada maksud lain untuk semuanya tetap baik-baik saja. Mustahil dua orang yang saling mencintai ingin saling menyakiti, mungkin kebohongan yang dianggap menyakiti itu adalah bentuk perlindungan untuk hubungan tetap harmonis.
Satu jam menunggu, benar-benar waktu yang sangat lama bagi Azzam. Entah apa yang terjadi di dalam sana, hal itu membuatnya cemas sekaligus takut dengan segala kemungkinan yang akan ia dengar nantinya. Baju yang digunakan Azzam saat ini cukup banyak bercak darah yang terdapat di sana. Ia tidak mempedulikan hal itu lagi, saat ini yang terpenting adalah keadaan Amel baik-baik saja.
Azzam ingin semua ini akan berlalu dengan baik-baik saja tanpa ada hal yang akan ia sesali nantinya. Ia akan memaafkan segala alasan yang akan diberikan oleh Amel nantinya. Sebab ia sadar bahwa istrinya tidak mungkin membohongi dirinya tanpa ada alasan yang logis dalam hal ini.
Setelah penantian cukup lama, akhirnya dokter yang menangani Amel keluar dari ruangan itu. “Bagaimana dok?” tanya Azzam dengan secepat mungkin.
“Apakah anda suami dari pasien?” tanya dokter yang bernama Arumi itu.
“Iya, dok,” jawab Azzam.
“Mari ikut dengan saya, ada hal penting yang akan saya jelaskan,” setelah mengatakan itu dokter Arumi langsung berlenggang pergi, sedangkan Azzam mengikuti langkahnya dari belakang.
Langkah kaki Azzam begitu berat, ia takut mendengar segala kemungkinan yang akan disampaikan. Apalagi melihat keadaan Amel yang cukup mengkhawatirkan tadi.
Sesampainya di ruangan dokter Arumi, Azzam langsung dipersilahkan duduk. "Silakan duduk, Pak," ujar sang dokter dengan ramah, "jadi begini Pak, istri dan calon bayi Bapak Alhamdulillah dapat kami selamatkan,” mendengar hal itu membuat Azzam begitu lega. Tetapi dokter kembali menjelaskan keadaan Amel selanjutnya. “Tapi, kandungan istri Bapak sangat lemah dan rentan mengalami keguguran. Hal itu sangat berisiko dengan kondisi tubuh istri Bapak, kemungkinan itu terjadi juga karena usia istri Bapak yang masih terbilang muda, dan juga keadaan rahim istri Bapak yang terbilang cukup rentan,” seketika tubuh Azzam lemah saat mendengarkan penjelasan dari dokter itu. Padahal ia sudah berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Terkadang hal yang kita inginkan tidak selalu sesuai ekspektasi. Semua itu terjadi agar kita lebih bisa menghargai hal-hal kecil yang hadir dalam hidup ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complement of My Heart ✓(Lengkap)
EspiritualGenre: Romance-Spiritual {story 2} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. ____________________________________________________ ~ Menurut Amel, titik tertinggi dalam mencintai itu adalah ketika dia bisa memiliki seutuhnya. ~ Menurut Azzam, titik tert...