Amel kenapa harus bohong segala sih?
Mas kamu itu sebenarnya peka banget hal-hal beginian.Gimana bab sebelumnya, seru gak sih?
Happy reading 🌠
•
“Apanya Mas?” tanya Amel berusaha menetralkan raut wajahnya yang sudah pucat. Ia yakin bahwa dokter Kelly menghubunginya tadi, saat dia mandi.
Apa yang harus ia katakan? Ia takut dokter Kelly langsung menanyakan perihal kandungannya? Semua ini benar-benar di luar rencananya. Padahal ia sudah bertekad untuk memberitahu perihal ini di waktu yang tepat dan keadaan dirinya sudah memungkinkan untuk menyampaikannya.
“Kamu nggak usah mengelak lagi, kenapa kamu bohong? Apa saya nggak berhak menjadi Ayah dari janin di dalam perut kamu itu? Atau kamu ingin membalas dendam kepada saya, atas apa yang pernah saya rahasiakan kepada kamu tentang almarhum papa, hah? Kamu benar-benar egois,” teriak Azzam dengan penuh emosi. Baru ini pertama kalinya Amel melihat kemarahan Azzam, sedangkan tubuhnya sudah gemetar hebat melihat reaksi yang ditunjukkan suaminya itu.
Amel tidak menyangka semuanya akan serumit ini!
Amel memaksakan langkahnya menuju ke Azzam. “Mas mungkin dokternya salah orang, aku nggak mungkin menutupi tentang hal itu dari Mas. Mas tahu sendiri, kalau hal itu yang kita tunggu selama ini. Apalagi Mas sangat mengharapkan hal itu,” ucap Amel dengan gugup. Mendengar pembelaan dari Amel, seketika Azzam langsung melemparkan ponsel wanita itu ke lantai, hingga ponsel tersebut tidak berbentuk lagi.
Bug
Amel menelan ludahnya kasar, melihat ponselnya sudah tidak berbentuk lagi di atas lantai. Ia memberanikan diri untuk menghampiri Azzam dan ia menahan tangan Azzam dengan begitu kuat. Ia berharap suaminya akan memberikannya kesempatan untuk menjelaskan semua itu. Sayangnya, hal itu tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan, lelaki itu langsung menghempaskan tangan wanitanya dengan kasar. Lelaki itu langsung beranjak dari ranjang dan mengambil kunci mobilnya dari atas nakas.
“Mas mau ke mana?” tanya Amel mengikuti langkah Azzam dengan cepat.
“Lepas!” bentak Azzam yang melihat tangan Amel melingkar di perutnya dari belakang dengan begitu kuat. Sedangkan Amel langsung menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin Azzam pergi dengan keadaan emosi seperti ini.
Ia tidak ingin, Azzam mengalami kecelakaan lagi seperti yang pernah terjadi. Amel sangat takut saat membayangkan hal itu, ia tidak ingin hal-hal seperti itu terjadi lagi. Keadaan emosi yang membuat Azzam pergi hanya akan berakibat fatal.
Dengan kasar Azzam kembali melepaskan tangan Amel. Ia tidak ingin berada disisi Amel saat ini, ia butuh tempat untuk meluapkan emosinya. Saat kedua tangan yang membelit bagian perut Azzam terlepas, Amel spontan kembali mengejar langkah Azzam dengan begitu cepat. “Mas, aku mohon jangan pergi. Aku nggak mau sendirian. Kita bicarakan semua ini baik-baik ya Mas, aku punya alasan kok kenapa semua ini harus aku tutupi. Mas tetap di sini ya,” pinta Amel dengan memohon serta isak tangisnya yang mulai terdengar.
“Kamu sudah membuat keputusan jauh-jauh hari untuk semua ini dan saya yakin kamu juga sudah bisa merawatnya sendiri. Kalau memang kamu membutuhkan saya, kamu pasti mengatakan kabar baik ini kepada saya, Mel. Kamu nggak akan mungkin mengambil keputusan seperti ini seenaknya, kalau memang kamu menghargai aku sebagai suami kamu,” setelah itu Azzam benar-benar pergi tanpa menghiraukan tangisan Amel yang semakin kencang. Ia membanting pintu dengan keras.
Sedangkan Amel langsung terduduk lemas di atas lantai, dengan tangisan pilu yang begitu menyayat hati. “Hiks…, Mas maaf aku nggak bermaksud menyembunyikan semua ini. Semua ini demi kebaikan kita, Mas aku mohon jangan pergi, hiks…hiks…hiks,” Amel berteriak dengan begitu kencang, ia berharap Azzam akan kembali kepadanya, karena ia yakin bahwa suaminya itu masih mendengarkan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complement of My Heart ✓(Lengkap)
SpiritualGenre: Romance-Spiritual {story 2} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. ____________________________________________________ ~ Menurut Amel, titik tertinggi dalam mencintai itu adalah ketika dia bisa memiliki seutuhnya. ~ Menurut Azzam, titik tert...