Maaf ya baru bisa update sekarang, kalau udah mulai lupa alurnya, kalian baca aja bab sebelumnya ini.
Langsung baca aja yukkk...
Happy reading 🌠
•
Saat ini masih pukul satu dini hari, Amel kembali meletakkan ponselnya di atas nakas. Entah kenapa perutnya tidak bisa diajak kompromi malam ini, padahal ia sudah makan cukup banyak, bahkan melebihi porsi makan dari biasanya. Ia menghela napasnya dengan gusar, kemudian melihat ke arah suaminya yang terlelap dengan begitu damai. Ia ingin membangunkan suaminya itu, tapi ia juga tidak tega melakukannya.
"Mas pasti capek banget, apalagi udah lama istirahat di rumah aja," gumam Amel mengusap pelan rambut Azzam yang tampak berantakan. Akhirnya ia memilih duduk dan langsung ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Sekarang ia sudah berada di dapur mengambil roti tawar dan membuat segelas susu putih hangat. Ia kemudian memilih duduk di dekat jendela ruang tamu, menghadap ke jalanan ibukota yang masih begitu ramai, bahkan riuh kendaraan motor seakan menjadi pemecah keheningan malam ini.
Di dalam kamar, Azzam seketika terbangun saat sisi tangan sebelah kanannya merasakan kekosongan. Ia kemudian menoleh dan benar saja, sang istri tidak lagi berada di sampingnya. Ia langsung bangkit dan menuju ke kamar mandi sebentar, setelah itu ia menyusul sang istri.
“Sayang kenapa bangun?” tanya Azzam. Ia sedikit kaget melihat bungkusan roti tawar yang terletak di atas meja dan ada segelas susu yang tinggal seperempat saja.
Ia cukup heran akhir-akhir ini melihat tingkah sang istri, makan di waktu yang tidak beraturan dan sangat menyukai roti tawar seperti yang terlihat malam ini.
“Aku lapar Mas,” jawab Amel sambil mengerucutkan bibirnya.
Azzam tersenyum tipis melihat wajah sang istri yang begitu menggemaskan di matanya. “Terus kok minum susu sama makan roti aja?” tanya Azzam dan langsung duduk di samping Amel.
“Nggak ada makanan, aku juga nggak mau masak. Masakan aku itu nggak enak, dan Mas bohong sama aku sarapan tadi pagi,” ucap Amel dengan kesal.
“Maaf, Mas bukan mau membohongi kamu, tapi Mas mau menghargai karena kamu mau udah berusaha bikin sarapan untuk mas,” jelas Azzam.
"Tapi Mas, seenggaknya Mas jujur sama aku, biar aku juga tahu letak kekurangan masakan aku dimana. Kalau Mas gitu terus, nanti masakan aku nggak ada perubahannya. Emang Mas nggak mau makan enak?"
"Sayang, siapa sih yang nggak mau makan enak coba? Iya, nanti Mas yang ajarin kamu masak, asal kamu juga nggak boleh terlalu memaksa diri harus langsung bisa. Namanya nanti kita belajar, yah harus perlahan dulu," bujuk Azzam dengan tenang.
Amel mengangguk paham mendengar hal itu. "Ya udah sekarang kita istirahat lagi ya, besok Mas harus kerja lagi," ajak Azzam.
Mendengar hal itu Amel langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku masih lapar Mas, nggak bisa cuma makan ini aja."
"Kamu yakin masih pengen makan di jam segini?"
Kembali Amel memberikan anggukan dengan cepat. Ia memperlihatkan tatapan yang seakan membuat Azzam menyetujui keinginannya itu.
“Ya sudah, sekarang mau makan apa? Biar Mas yang masakin,” tanya Azzam.
"Aku mau makan mau sop ayam,” mendengar hal itu membuat Azzam kaget. Apa benar malam-malam seperti ini istrinya ini ingin memakan makanan yang cukup berat seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Complement of My Heart ✓(Lengkap)
EspiritualGenre: Romance-Spiritual {story 2} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. ____________________________________________________ ~ Menurut Amel, titik tertinggi dalam mencintai itu adalah ketika dia bisa memiliki seutuhnya. ~ Menurut Azzam, titik tert...