Udah lama banget kita ga jumpa, banyak rutinitas baru yang aku jalani saat ini, makanya aku lagi menyesuaikan. Jadi sekarang penyesuaian itu udah mulai bisa, makanya aku memutuskan untuk menyelesaikan cerita ini.
Tinggal beberapa bab lagi, cerita ini akan selesai. Kalau kalian udah lupa sama kelanjutannya, boleh baca bab sebelumnya lagi.
Happy reading 🌠
•
Tubuh Ayana terasa kaku, ia tidak tahu akan mengatakan apapun lagi kepada mereka semua. Ia hanya bisa tersenyum tipis dengan keterpaksaan ke arah Zaskia, mama Dhaffi. Sedangkan Zizi yang berdiri di sampingnya itu, langsung menggenggam tangan sahabatnya dengan erat. Ia tahu, bahwa sahabatnya itu dalam keadaan penuh tekanan. Sedangkan dari jarak cukup dekat, seorang lelaki menatap Ayana dengan intens.
"Assalamualaikum, Tante," ucap Ayana langsung menghampiri Azkia dan menyalami wanita itu.
"Waalaikumsalam, kok kamu di sini juga sayang?" tanya Azkia.
"Kebetulan Amel ini sahabat aku juga, Tan." mendengar hal itu Azkia hanya mangut-mangut dengan ucapan Ayana.
"Oh, iya gue pamit ya Mel. Soalnya masih ada urusan," ucap Ayana dan langsung menghampiri Amel.
"Yah, kok cepat banget sih baliknya?" tanya Amel dengan memelas.
"Gue masih ada urusan yang harus diselesaikan hari ini juga," jawab Ayana. Sedangkan Dhaffi tetap menajamkan pendengarannya pada setiap ucapan Ayana. Sebab, dari semalam ia menghubungi Ayana, tetapi sama sekali tidak ada jawaban. Saat mereka bertemu hari ini, Ayana hanya bersikap biasa saja kepadanya, tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Ya udah, gue pamit juga. Lo harus cepat sembuh, biar bisa ngumpul-ngumpul lagi," ucap Yuda sambil mengelus rambut Amel.
"Ya udah, kalian hati-hati ya," ucap Amel. Entah mengapa Ayana secara spontan memeluk tubuh Amel dan hal itu membuat Amel kaget. Tidak biasanya, sahabatnya ini bersikap manis seperti ini.
Sedangkan Ayana, sudah menitikkan air matanya. Bukan perpisahan seperti ini yang ia inginkan, tetapi keadaan benar-benar memaksa untuk semua ini. Zizi tidak sanggup melihat hal itu, ia langsung keluar dari ruang inap kakak iparnya itu. Ia tidak bisa melihat sandiwara yang dijalankan Ayana, semua itu terlalu melukai perasaannya. Ia merasa gagal menjadi seorang sahabat, ia gagal mengingatkan hal-hal yang seharusnya dihindari oleh Ayana.
"Jaga baby lo baik-baik dan juga jaga diri lo juga. Jangan ngerepotin suami lo, harus kurang-kurangi manjanya," ucap Ayana sambil mengurai pelukannya.
"Iya bawel," jawab Amel. Mendengar hal itu Ayana hanya tersenyum kecut.
Setelah ia berpamitan kepada semua orang yang berada di dalam ruangan itu, ia langsung beranjak pergi dengan Yuda. Sesampainya di dalam lift, tangisannya pecah. Melihat semua itu, membuat lelaki di sampingnya hanya mendengus kesal. "Ini udah keputusan lo, jadi untuk apa lagi lo nangis? Kalau emang lo belum siap, sebaiknya lo tetap berada di sini, dan kita cari jalan keluarnya."
Mendengar ucapan dari Yuda sama sekali tidak membuat tangisannya berhenti. Isak tangisnya semakin jelas terdengar, dengan menghela napas cukup kasar Yuda membawa Ayana ke dalam pelukannya. "Udah, jangan lagi. Gue cuma kasih tahu apa yang sebaiknya lo ambil, pergi bulan keputusan yang tepat dalam keadaan lo seperti ini, Ay. Gue paham, nggak mudah untuk tetap menetap di sini, tapi cowok brengsek itu harus bertanggung jawab." ucap Yuda dengan lembut.
Ayana seketika menggelengkan kepalanya. "Ini semua juga salah gue, nggak ada paksaan sama sekali. Gue sama dia, sama-sama mau ngelakuin semua itu. Sekarang dia punya prioritas yang lebih utama, yaitu mamanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Complement of My Heart ✓(Lengkap)
SpirituellesGenre: Romance-Spiritual {story 2} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. ____________________________________________________ ~ Menurut Amel, titik tertinggi dalam mencintai itu adalah ketika dia bisa memiliki seutuhnya. ~ Menurut Azzam, titik tert...