Bab 41 | Rasa Bersalah

8.3K 531 22
                                    

Beberapa bulan aku udah gak update cerita di wattpad, sebenarnya aku gak terlalu banyak kegiatan sih, tapi mood aku benar-benar lagi down. Maafin yaw, aku gak bisa janji bakalan update tiap hari, tapi cerita ini bakalan aku selesaikan dalam waktu secepat-cepatnya...

Kalian apa kabar semuanya? Semoga kabar baik ya...

Bab sebelumnya Amel mendapatkan kabar bahwa Azzam mengalami kecelakaan 🥀

Happy reading 🌠

Sesampainya di rumah sakit, tepatnya di depan ruangan perawatan sang suami, Amel melihat Hanum dan Zizi menangis. Rasa bersalah itu semakin membuat dirinya merasa dihantui. Kembali pandangannya ke arah lain, lebih tepatnya tertuju kepada ayah sang suaminya, tengah menyenderkan tubuhnya di tembok sambil memejamkan mata.

Ada keraguan dalam diri Amel untuk menghampiri mereka semuanya, karena semua penyebab kecelakaan adalah dirinya. Walaupun semua itu hanya apa yang ada dalam pikirannya saja, tidak mungkin mereka menyalahkan dirinya. Seandainya dia memberikan Azzam kesempatan untuk menjelaskan semuanya, hal ini tidak akan berakhir seperti ini.

"Amel," mendengar hal itu ia langsung melihat ke arah seseorang yang memanggilnya.

"Ayah," Amel tidak bisa menahan lagi, ia langsung berlari ke pelukan Azka. Azka sangat tahu rasa cemas menantunya itu, baru saja ia kehilangan papanya dan saat ini kecelakaan pun terjadi pada suaminya.

"Kamu harus sabar, Allah akan melindungi Azzam," mendengar hal itu Amel tidak dapat menahan isak tangisnya.

Rasa bersalah itu semakin memenuhi hati dan pikirannya. Mereka yang selalu bersikap baik seperti ini kepadanya, kenapa ia masih meragukan semua itu? Kenapa ia masih menyalahkan keadaan yang terjadi kepada suaminya itu?

"Sayang kamu harus sabar ya," ucap Hanum yang menghampiri Amel dan ia langsung memeluk tubuh Amel dari belakang.

"Bagaimana keadaan mas Azzam?" tanya Amel.

"Sekarang dia masih menjalani operasi, semoga semuanya berjalan dengan lancar," jawab Hanum.

"Bunda, mas Azzam bakalan baik-baik saja kan?" kembali Amel meragukan isi pikirannya sedari tadi begitu menghantuinya.

Hanum menganggukkan kepalanya dengan penuh keyakinan. "Azzam laki-laki yang kuat, dia udah janji bakalan jagain kamu sayang. Kita harus yakin dengan semuanya, karena Allah selalu bersama dengan kita."

Amel mengusap air matanya dengan kasar, tetapi isak tangis itu malah semakin kencang. Ia tidak menyangka hal-hal seperti ini terjadi, rasa kehilangan itu masih sangat membekas di hatinya, tetapi semua ini kembali terjadi.

"Amel, tenang Nak. Kita semua ada untuk kamu, kita harus tenang dan senantiasa berdoa. Azzam yang berjuang di sana, kita juga harus berjuang dengan doa-doa kita," ungkap Azka.

Amel mengangguk dengan lemah dan ia masih tersedu-sedu yang begitu menyesakkan dalam rongga dadanya. Hanum membawa Amel duduk dan kembali membawa menantunya itu ke dalam pelukannya.

"Semua ini salah aku Bun. Seandainya aku mau mendengarkan penjelasan mas Azzam, pasti hal seperti ini nggak bakalan terjadi."

"Nggak Mel, semuanya sudah menjadi takdir untuk Azzam. Jadikan semua ini pembelajaran untuk kita semuanya ke depan, jangan jadikan semua ini sebagai kesalahan yang merenggut rasa percaya kita dengan ketentuan Allah."

"Bun, apa setelah ini mas Azzam bakalan menyalahkan aku atas semua yang terjadi?"

"Jangan bicara seperti itu, Bunda nggak suka dengan prasangka itu. Azzam bukan orang yang seperti itu, dia bakalan nyariin kamu pertama kali setelah dia sadar nantinya." jelas Hanum dengan tegas.

Complement of My Heart ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang