Bab 5 | Kesempatan Yang Sulit

8.7K 666 189
                                    

“Maafin Bunda ya, Bunda nggak tahu acaranya bakalan selama itu,” ucap Hanum yang tampak merasa bersalah.

Hanum membantu Amel menyiapkan beberapa masakan yang telah dibuat oleh Azzam. Sedangkan Amel dan Zizi menyiapkan piring serta minuman ke atas meja dengan tatanan yang begitu rapi.

“Enggak masalah kok bun, semuanya udah siap juga.” Jawab Azzam. Ia langsung mengelus punggung tangan bundanya dengan begitu lembut. Memasak bukan hal yang terlalu sulit bagi Azzam, jadi dia dengan senang hati melakukannya.

Sekarang semuanya fokus pada makanan yang berada dalam piring mereka masing-masing, hanya dentingan sendok yang terdengar dalam ruangan tersebut. Sedangkan pandangan Amel tidak lepas dai objek yang berada dihadapannya saat ini. Bibirnya langsung melengkung, membentuk sebuah senyuman. Ia masih teringat bagaimana Azzam yang begitu lincah dalam memasak. Apalagi saat ini, ia merasakan masakan Azzam yang begitu enak. Tetapi ada satu hal yang masih mengganggu pikirannya, yaitu perihal apa Azzam sudah memiliki seseorang kekasih? Jawaban lelaki itu hanya semakin membuatnya bingung, lihat saja nanti kamu bakalan tahu juga.

“Kamu kenapa sih senyum-senyum gitu?” tanya Zizi. Semua pandangan mata langsung tertuju ke arah Zizi, karena mendengar pertanyaan itu.

“Masakan Mas Azzam enak banget, Amel suka banget." Jawab Amel.

Sedangkan Zizi yang langsung tersedak mendengar jawaban dari Amel. Jangan lupa bagaimana pandangan Hanum dan Azka ke arah putranya itu.

“Ehemm, dari kapan kamu panggil abang dengan panggilan mas gitu?” Tanya Zizi.

Sedangkan Azzam yang mendengar pertanyaan adiknya itu langsung salah tingkah. Ia takut Amel akan menceritakan bahwa dirinya lah yang menyuruh merubah panggilan itu. Tetapi entah kenapa ia sangat nyaman dengan hal itu.

Pandangan Amel langsung tertuju ke arah Azzam. “Ya, Amel pengen aja,” jawab Amel dengan begitu santainya. Ia tahu Azzam pasti akan tambah malu apabila ia menceritakan semuanya.

“Baru ditinggal berdua sebentar saja, panggilannya udah berubah saja.” Sindir Zizi kembali.

“Zizi lanjutin makannya,” perintah Azka. Mendengar hal itu, semuanya kembali fokus pada makanan mereka masing-masing. Sedangkan Hanum tersenyum hangat ke arah Azka, sebab ia tahu bahwa Azka sangat mengenal sikap putranya itu.

•••

Terpaan angin begitu terasa pada kulit lelaki itu. Ia duduk di balkon rumahnya ditemani sebuah laptop yang berada di atas pangkuannya, serta segelas kopi hitam yang berada di atas meja. Ya, lelaki itu adalah Azzam. Setelah selesai makan malam bersama, ia melanjutkan beberapa persiapannya untuk mulai bekerja hari Senin mendatang, yang sempat tertunda ia kerjakan siang tadi. Semua itu disebabkan oleh Amel yang meminta bantuan kepadanya untuk ditemani ke supermarket.

Sedangkan Amel yang berniat untuk masuk ke dalam kamar, langsung ia  urungkan begitu saja, saat melihat lelaki pujaannya begitu fokus duduk sendirian di balkon. Amel tersenyum dengan begitu lebar, ia langsung menghampiri Azzam dengan begitu santainya. Sesampainya di depan Azzam, ia langsung menarik satu kursi dan memposisikan tubuhnya di kursi itu.

Amel sama sekali tidak berbicara kepada Azzam, ia hanya melihat wajah Azzam dengan begitu fokus. Hal itu benar-benar mengganggu konsentrasi Azzam. Apalagi dengan tatapan Amel yang seakan menggodanya saja.

Dengan menghela nafas begitu kasar, Azzam menghentikan pergerakannya. “Ini sudah larut, sekarang kamu tidur. Besok kamu masuk kuliah kan?” perintah Azzam. Ia benar-benar tidak mengerti dengan tingkah gadis di depannya itu.

Adiknya sedari tadi ia lihat di kamar begitu sibuk mengerjakan laporan kuliah, tetapi gadis ini malah santainya duduk disini tanpa melakukan hal apapun juga.

Complement of My Heart ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang