Beberapa bab lagi selesai, maaf ya ga bisa update sesuai janji.
Happy reading 🌠
•
Akhirnya Amel sampai di kediaman orang tua suaminya. Sementara waktu mereka memutuskan untuk tinggal beberapa bulan di rumah ini terlebih dahulu, sampai kandungannya benar-benar kuat. Sedari tadi Azzam selalu memperhatikan istrinya, tampak begitu cantik dengan balutan gamis dan hijabnya itu. Sedangkan sang istri yang merasa selalu diperhatikan berusaha mengalihkan pandangannya, ia merasa salah tingkah saat diperhatikan demikian oleh sang suami.
"Mas, udah nggak usah lihat aku kayak gitu terus," ucap Amel sambil menutup wajahnya dengan buku yang berada di tangannya.
"Emangnya kenapa?" tanya Azzam dengan jahilnya.
"Baby kita malu," alibi Amel.
Sedangkan Azzam yang mendengar hal itu langsung tertawa, bisa-bisanya Amel menjadikan calon buah hati mereka sebagai alasan. Azzam langsung beranjak dan duduk di samping Amel. "Bundanya atau baby nya yang merasa malu kalau diliatin mulu nih? Kalau menurut ayahnya sih, keliatannya bundanya yang malu," ungkap Azzam sambil merapikan hijab Amel.
"Baby nya lah, bundanya nggak pernah malu diliatin sama ayahnya," ucap Amel dengan mengerucutkan bibirnya.
Mendengar hal itu Azzam langsung menunduk dan memposisikan tubuhnya sejajar dengan perut Amel. "Sayang, jangan malu yah sama Ayah. Bunda kamu itu benar-benar cantik dan sekarang Bunda kamu itu malu, karena Ayah liatin terus. Gimana nggak Ayah liatin terus, soalnya Bunda kamu kalau pake hijab gini bikin pangling," mendengar hal itu Amel langsung memukul pundak Azzam.
Sebab bisa-bisanya Azzam mengatakan hal seperti itu. "Lihat saja, Bunda kamu itu suka KDRT dengan Ayah," ucap Azzam dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Amel dengan erat.
"Mas, lepas nanti ada yang lihat," ucap Amel sambil berusaha melepaskan tangan Azzam.
Amel tidak mengerti, selama hamil sifat pemalunya datang begitu saja. Biasanya ia tipe cewek yang begitu agresif, apalagi berhadapan dengan sosok Azzam yang begitu kaku. "Anak Ayah, sehat-sehat di sana yah, jangan nakal biar Bundanya tetap sehat. Terus jangan minta yang aneh-aneh, nanti Bunda suka cengeng apalagi kalau Ayah nggak di rumah," mendengar hal itu Amel merasa sangat bahagia, sebab sang suami begitu perhatian kepada dirinya.
Azzam yang biasanya tidak banyak bicara, tetapi semenjak Azzam mengetahui sang istri hamil, entah mengapa Azzam berubah sangat cerewet. Hal itu nyatanya sangat disukai oleh Amel. "Anak Ayah dan Bunda, akan selalu sehat disini. Bunda janji bakalan jagain kesayangan ayah ini dengan begitu baik. Jadi bundanya mau dibeliin martabak keju dulu, bukan mau nya Bunda loh, tapi maunya adek loh ini," ucap Amel dengan cengiran khasnya.
Mendengar hal itu Azzam langsung menatap wajah Amel, ia langsung mencubit hidung Amel dengan gemas. "Nggak usah pake alasan ini maunya adek, bilang aja kalau Bundanya lagi kepengen," jawab Azzam sambil mencium perut Amel berulang kali.
"Mau satu rasa aja, hm?" tanya Azzam.
"Iya, jangan lama Mas," ucap Amel.
"Oke Bunda," jawab Azzam sambil memberikan kecupan di pipi Amel. Sedangkan Amel yang mendapatkan perlakuan seperti itu, seketika ia merasakan pipinya panas. Entah mengapa suaminya itu suka menggodanya.
Setelah kepergian Azzam dari hadapannya, Amel langsung menuju ke dapur. Sesampainya di sana, ia melihat Zizi di taman belakang sedang duduk sendirian. Niat awalnya ingin minum, tetapi langsung terhentikan saat melihat Zizi yang sangat serius dengan kertas yang berada di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complement of My Heart ✓(Lengkap)
SpiritualGenre: Romance-Spiritual {story 2} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. ____________________________________________________ ~ Menurut Amel, titik tertinggi dalam mencintai itu adalah ketika dia bisa memiliki seutuhnya. ~ Menurut Azzam, titik tert...