Apapun itu bentuk permasalahannya, pasti ada jalan untuk menyelesaikan semua itu. Salah satunya dengan kesabaran yang ditunjukkan oleh Amel.
Happy reading 🌠
•
Setelah perdebatan cukup hebat di antara mereka, Amel tetap mencari keberadaan suaminya. Ia tidak ingin permasalahan ini berlarut-larut dan ia juga sudah menghubungi Yuda, agar lelaki itu bisa membantunya untuk menjelaskan semuanya kepada Azzam. Saat ini ia tidak ingin egois, ia juga harus bisa memahami perasaan suaminya. Ia juga salah kenapa pergi begitu saja, apalagi ini dengan laki-laki yang selalu membuat suaminya itu cemburu.
Amel sudah bisa menebak, kalau suaminya itu berada di ruang kerja yang telah disediakan untuk lelaki itu di rumah ini. Pintu ruangan kerja itu tidak tertutup dengan rapat, makanya ia bisa mengetahui keberadaan suaminya dengan cepat. Ia membuka pintu tersebut lebih lear dan ternyata suaminya sudah tertidur di sebuah sofa, akhirnya dengan berat hati ia langsung kembali ke kamar untuk mengambil bantal dan selimut. Ia tidak mungkin membiarkan suaminya tidur tanpa selimut. Apalagi saat ini hujan turun dengan begitu deras di luar sana.
Setelah memberikan selimut dan bantal, tanpa mengusik tidur Azzam, Amel kembali ke kamar memutuskan untuk tidur sendirian malam ini.Ternyata pernikahan yang baru terjalin beberapa minggu ini membuatnya terbiasa dengan kehadiran lelaki itu. Tidak bisa dipungkiri kalau ia mulai nyaman dengan kebersamaan yang selalu mereka lalui setiap harinya.
"Ternyata nggak enak sendirian kayak gini, biasanya ada mas yang peluk aku," gumam Amel sambil mengusap-usap bagian kasur di sampingnya, yang biasa di tempati oleh suaminya itu.
•••••
Azan subuh berkumandang dengan begitu indah, Azzam menyesuaikan cahaya yang masuk ke indera penglihatannya. Ia merasakan tubuhnya yang sedikit pegal, apalagi bagian kakinya yang sedikit menjuntai, karena ukuran sofa yang tidak sesuai dengan tubuhnya. Saat tangannya menyentuh bagian perut, ia kaget melihat sebuah selimut. Senyuman tipisnya seakan hadir begitu saja, ia tahu siapa yang melakukan semua ini.
Azzam langsung bergegas kembali ke kamar sambil membawa selimut dan bantal tersebut. Ia dengan pelan membuka pintu kamar dan melihat istrinya masih tertidur dengan nyenyak. Ia mendekati sang istri dengan langkah pelan, wajah cantik itu membuatnya tersenyum hangat. Ia merapikan setiap helai anak rambut yang seakan mengganggu tidur sang istri.
“Sayang, maaf. Seharusnya aku nggak bersikap seperti itu dengan kamu semalam, aku terlalu cemburu dengan apa yang terjadi,” ucap Azzam sambil mengelus pipi Amel.
Emosi terlalu menguasainya saat melihat foto itu, sebenarnya ia juga tidak tega melakukan semua itu kepada istrinya, tapi ia ingin istrinya belajar lebih menghargainya sebagai seorang suami. Ia sudah memaafkan semuanya, tapi ia harus menunjukkan sikap bijaksananya.
Azzam menghela napasnya dengan kasar, ia melepaskan baju kaos di tubuhnya itu dan meletakkannya di keranjang pakaian kotor. Kemudian ia langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Amel seketika tersentak mendengar alarm yang berada di atas nakas, ia meraihnya dengan mata yang masih sangat berat. Ia kemudian duduk dan mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi, ia sudah dapat menebak kalau suaminya lah yang berada di dalam. Kemudian ia mengikat rambutnya dengan asal dan ia langsung menyiapkan pakaian suaminya untuk ke masjid melaksanakan sholat subuh.
Saat pintu kamar mandi terbuka, Amel langsung menutup matanya saat melihat Azzam yang hanya keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Sama kagetnya dengan Azzam yang melihat sang istri menatap ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complement of My Heart ✓(Lengkap)
EspiritualGenre: Romance-Spiritual {story 2} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. ____________________________________________________ ~ Menurut Amel, titik tertinggi dalam mencintai itu adalah ketika dia bisa memiliki seutuhnya. ~ Menurut Azzam, titik tert...