Kira-kira Amel beneran hamil gak sih?
Kalau beneran hamil, Menurut kalian kenapa harus ditutupi gitu?Tibanin ini dong 🥂
Biar makin semangat updatenya!Langsung baca ajaaa...
Happy reading 🌠
•
Saat ini Azzam dan Amel sedang bersantai-santai di apartemen mereka, Amel sudah beberapa kali mengganti tayangan televisi yang sedang ditampilkan di depannya. Hal itu membuat Azzam pusing sendiri, akhirnya ia mengambil remote dan menetapkan pada satu acara televisi saja. Melihat hal itu membuat sang istri melotot seketika.
“Kok Mas ganti sih?” pekik Amel melihat tindakan yang dilakukan Azzam.
Azzam hanya bersikap bodoh amat mendengar hal itu. "Mas, kok diam aja sih, aku nggak suka nonton beginian, ganti lagi!"
“Kenapa sayang? Dari tadi kamu cuma gonta-ganti nggak jelas mau nonton apa, makanya Mas nonton ini aja,” ucap Azzam tanpa mengindahkan kekesalan dari Amel.
“Ya udah matiin aja, kalau Mas mau nonton itu,” ucap Amel. "Kenapa dimatiin? Mas kan mau nonton?" Heran Azzam dengan dahi yang sedikit berkerut.
"Aku nggak suka itu, jadi Mas nggak boleh nonton juga. Lebih baik kita ke kamar aja," jawab Amel seenaknya pemikirannya saja.
"Kamu kenapa sih sayang ngeselin banget, Mas rasanya pengen cubit pipi kamu," hal itu membuat Amel bersungut-sungut kesal, "ya udah kalau nggak mau!"
"Coba deh jelasin ke Mas, emang ada yang salah sama acara di tv itu?"
"Aku nggak suka dan nggak paham juga Mas, semuanya terlalu ribet dan bikin aku tambah puyeng."
Amel memang tidak terlalu suka dengan tayangan di depannya itu. Menampilkan berita-berita tentang kasus-kasus kriminal serta politik saja dan hal itu yang membuat Amel kurang menyukainya.
"Kamu cuma belum terbiasa, padahal banyak loh informasi-informasi tentang di luaran sana yang bisa kita dapatkan secara mudah sayang, bahkan mereka menayangkan berita itu lebih informatif dan terpercaya."
Semakin mendengar hal itu, Amel malah semakin dibuat kesal dengan ucapan suaminya. Ia langsung berdiri dan tanpa rasa bersalah sedikitpun ia mematikan televisi tersebut.
"Sayang kenapa dimatiin?" Azzam tidak percaya dengan sikap yang ditunjukkan oleh istrinya itu.
"Kalau aku nggak bisa nonton, berarti Mas juga gitu, kita harus sama-sama adil," setelah itu ia langsung menuju ke kamar tanpa menghiraukan tatapan penuh heran dari sang suami.
Azzam hanya bisa mengalah dan kembali bersuara. “Sayang mau ke mana?” tanya Azzam dengan sedikit berteriak.
“Nggak usah ikut,” teriak Amel. Kemudian ia langsung menutup pintu kamar dengan cukup kencang.
Azzam hanya bisa menghela napas dengan kasar. "Untung sayang, kalau nggak udah Mas ajak gelut kamu sayang," kekeh Azzam.
Azzam memilih untuk melanjutkan tontonannya saja, karena ia tidak ingin menambah kemarahan dari Amel, kalau ia mengikutinya dalam keadaan kesal seperti ini.
Sedangkan Amel yang berada di dalam kamar, ia merasa uring-uringan. Ia ingin sekali makan sate, tetapi ia tidak berani bicara dengan Azzam. Keinginannya itu timbul karena ia melihat beranda sosial medianya yang menampilkan kuliner nusantara. Hal itu membuat Amel ingin menangis saja untuk menahannya. Jika ia mengatakan hal tersebut kepada Azzam, ia takut Azzam semakin curiga kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complement of My Heart ✓(Lengkap)
EspiritualGenre: Romance-Spiritual {story 2} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. ____________________________________________________ ~ Menurut Amel, titik tertinggi dalam mencintai itu adalah ketika dia bisa memiliki seutuhnya. ~ Menurut Azzam, titik tert...