Bab 34 | Bosan

6.8K 480 12
                                    

Siap-siap berangkat ke Singapura, cusss...
Ada yang mau ikut?

Nanti ya guys, cari yang mau ngajak dulu wkwkwk

Happy reading 🌠

Kesehatan Amel sudah kembali pulih seperti biasanya. Sudah hampir tiga minggu berlalu atas musibah yang menimpanya itu, selama satu pekan ia di rumah sang mertua dan betapa ia sangat terharu dengan sikap sang mertua yang begitu peduli dengan keadaannya.

Amel sangat bersyukur memiliki mertua seperti Hanum, yang selalu peduli dengannya tanpa menuntut ini dan itu kepadanya. "Mas beruntung banget punya bunda," ungkap Amel tiba-tiba.

"Emang kenapa sayang?" Tanya Azzam dengan sedikit bingung, sebab tidak ada pembicaraan yang menyangkut dengan bundanya sedari tadi. Bahkan mereka hanya diam saja menikmati alunan musik dari mobil Azzam.

Mereka dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, papanya Amel bersikeras untuk pulang. Katanya ia sudah bosan dengan keadaan di rumah sakit yang hampir satu bulan penuh ini ia lalui.

"Tadi pagi bunda kirim chat gitu ke aku, terharu banget bacanya," jelas Amel.

"Emang bunda bilang apa?" Penasaran Azzam dengan hal itu.

"Kemarin kita udah izin untuk ke Singapura minggu depan kan, ternyata bunda beliin aku beberapa persiapan ke sana. Aku merasa nggak nyangka aja Mas, bunda akan sebaik ini sampai sekarang ke aku. Bunda selalu perhatian ke aku, kayak udah anaknya sendiri," jelas Amel.

Azzam ikut terkejut mendengar hal itu, ia juga tidak berpikir bahwa bundanya akan melakukan hal itu untuk Amel. "Syukurlah bunda menyayangi kamu seperti itu, Mas juga senang kamu mendapatkan kasih sayang penuh dari kami semua," ungkap Azzam sambil mengusap kepala Amel.

Amel tersenyum hangat, memang benar setiap orang tidak akan selalu beruntung pada setiap situasi, ada beberapa yang berharga hilang tetapi ada pengganti yang begitu luar biasa diberikan oleh Allah SWT. Ia yang kehilangan figur seorang ibu sedari lahir, ternyata ada sosok bunda Azzam yang melengkapi hal itu. Intinya rasa yang hilang itu akan ada obatnya, hanya saja kita harus sabar dalam setiap penantian itu.

"Kira-kira Papa kasih izin nggak, Mas?" Ucap Amel.

"Kita coba bicarakan baik-baik ke papa, Mas rasa papa bakalan kasih izin, tergantung kamu yakin atau nggak nya ikut dengan Mas," balas Azzam.

Mereka sudah membicarakan keberangkatan ke Singapura ini kepada orang tua Azzam, tetapi belum ke papa Amel. Rencananya hari ini mereka akan mengatakan hal itu. Amel masih ragu untuk ikut atau tidak nya, karena memikirkan keadaan sang papa.

•••••

"Loh, Papa nggak jadi pulang?" Tanya Amel dengan kaget saat melihat dokter Amran mengganti tabung oksigen dengan yang baru.

Fano menggelengkan kepalanya. "Papa kayaknya masih butuh perawatan yang cukup dulu, benar kan dok?"

Dokter Amran yang mendengar hal itu menganggukkan kepalanya. "Ini pilihan yang baik, kita doakan untuk kesembuhan Pak Fano. Kalau begitu saya permisi dulu," ucap sang dokter.

Setelah dokter pergi, Amel mengambil posisi duduk di samping papanya. Sedangkan Azzam tidak ikut masuk, ia langsung menuju ke ruangan kerjanya.

"Pa, aku nggak paham dengan semua ini. Semalam Papa antusias banget mau pulang," ungkap Amel dengan penuh kebingungan.

"Papa rasa lebih baik di sini dulu, kamu juga mau ke Singapura kan sama Azzam?"

Amel kaget mendengar hal itu. "Pa, sebenarnya hari ini aku mau kasih tahu Papa. Emang Papa tahu dari mana?"

Complement of My Heart ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang