Bab 28 | Masuk Perangkap Sendiri

9.3K 566 31
                                    

Hai guys, apa kabar semuanya?

Kadang-kadang sikap Amel bikin naik emosi Azzam saja, dia masih belum bisa mengendalikan emosinya dengan baik. Namanya juga manusia labil ya guys, harap maklum saja, karena gak ada yang sempurna.

Azzam stay sabar untuk istrimu wkwkwk...

Vote dan jangan lupa komennya ya guys! Rekomendasiin juga cerita ini ke teman-teman kalian.

Happy reading 🌠

S

Sesampainya di kamar Azzam langsung membanting pintu kamar tersebut, ia benar-benar tidak suka melihat tindakan Amel yang tidak sopan di depan keluarga mereka seperti ini. Mendengar kedatangan dari suaminya, Amel memberikan tatapan seperti ingin perang saja.

Sepertinya Amel perlu diingatkan kembali, bahwa mereka dalam proses menyesuaikan keadaan. Mereka sudah sepasang suami istri yang harus saling memahami, bukan bertindak gegabah di depan keluarga seperti ini. Kalau memang Amel tidak suka dengan keputusannya, seharusnya ia menyimpan dulu pendapat itu, dan ia mencari waktu membicarakan berdua.

"Kenapa kamu bertindak seperti itu? Apa kamu nggak merasa bersalah bersikap seperti itu di depan keluarga besar kita? Kalau kamu nggak suka dengan pendapat yang Mas sampaikan, kamu bisa simpan dulu, nanti kita bicarakan setelah berdua saja," rahang Azzam mengeras, rasanya ia sangat malu untuk berhadapan dengan keluarganya karena sikap sang istri yang masih sulit di kontrol.

Tubuh dan pikirannya sangat lelah, tetapi istrinya malah memancing emosinya. Ia tidak suka melihat seseorang yang berlaku tidak sopan seperti itu. Memang benar kata papa mertuanya, bahwa ia harus ekstra sabar menghadapi tingkah Amel yang masih sangat ke kanak-kanakan.

"Pergi dari sini," mendengar hal itu membuang Azzam napasnya begitu kasar.

"Begitu cara kamu menghargai suami? Di tanya malah bertindak seperti itu. Kamu bilang kepada Mas, apa yang salah dari ucapan Mas tadi? Kalau ada yang salah kamu bisa berbicara baik-baik dengan Mas sayang, kita mencari solusinya dan bukan bertindak  seperti ini," Azzam langsung duduk di samping istrinya, sedangkan Amel langsung membalikkan tubuhnya dan membelakangi Azzam.

Sudah cukup Azzam meredakan emosinya, ia langsung memeluk istrinya dari arah belakang. Ia tidak boleh bersikap egois saat ini, ia harus menjadi lelaki yang bisa memberikan pengertian kepada istrinya. Sedangkan Amel terlonjak kaget dengan tindakan yang diberikan suaminya itu.

Amel pikir suaminya akan semakin marah kepadanya, tetapi ternyata ia mendapatkan perlakuan lembut seperti ini. Ia membalikkan tubuhnya dan kedua bola mata mereka saling menatap begitu dalam, ternyata ia tidak tahan dengan sikap ini, akhirnya tangisannya pecah. Melihat hal itu semakin mengeratkan pelukan di antara mereka. "Jangan merasa bersalah, setiap situasi bisa kita selesaikan bersama. Mas sudah bilang, kita ini sudah menjadi pasangan, jangan merasa sendiri dalam hubungan kita ini, apapun yang dirasakan kita berhak saling berbagi untuk menyelesaikannya."

Bujukan yang diberikan Azzam sama sekali tidak diindahkan oleh Amel, suara tangisannya semakin terdengar jelas. "Udah jangan lagi sayang, kamu bilang sama Mas, saat ini kamu pengen seperti apa dulu mengenai pernikahan ini. Mas nggak akan memaksa atau menuntut kamu selayaknya hubungan suami istri lainnya. Tapi, Mas mohon itu terakhir kali kamu bertindak seperti itu di depan orang tua, karena Mas nggak suka melihatnya," mendengar hal Amel semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya.

Amel merasa sangat bersalah, kenapa di hari bahagia keluarga mereka ini, semuanya terasa seakan rumit dan tidak nyaman karena sikapnya tadi? Padahal mereka sudah membicarakan hal ini, apapun itu menyangkut hubungan mereka, sebaiknya mereka saja yang mengetahui hal itu dan menyelesaikan bersama.

Complement of My Heart ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang