Bab 14 | Memberikan Waktu

6.4K 517 29
                                    

Sekarang mereka semua sudah menuju perjalanan pulang dari kediaman Fano. Suasana di dalam mobil sangat mencekam, biasanya Zizi yang berisik dengan segala ocehannya, tetapi kali ini ia hanya diam saja karena tahu, bahwa suasana sangat tidak mendukung. Sedangkan Hanum masih memikirkan kenapa Amel menolak perjodohan ini, padahal ia sangat tahu bagaimana perasaan Amel terhadap putranya.

Benar Hanum sudah bertemu dengan Amel, bahkan mereka sudah bicara mengenai hal ini, hanya kalimat itu yang dilontarkan oleh gadis itu. Kenapa dirinya berbohong dengan semua ini? Kenapa ia masih mementingkan perasaan gadis itu dibandingkan anaknya sendiri.

Setelah kalimat itu tersampaikan, Amel kembali mengatakan ia tidak bisa membicarakan hal itu lagi. Ia masih membutuhkan waktu untuk berpikir lebih jernih dan Hanum hanya bisa menerima semua permintaan gadis itu. Walaupun sekarang pikirannya bertanya-tanya tentang maksud dari kalimat gadis itu.

Sesampainya di rumah mereka semua berkumpul di ruang keluarga, untuk membicarakan kembali segala hal yang terjadi di rumah Amel tadi.

“Kenapa Amel bersikap seperti itu, Zam? Apa yang sudah terjadi di antara kalian? Apa kalian ribut?” Tanya Azka dengan penuh selidik ke arah putranya.

Hanum yang mendengar pertanyaan itu, hanya mengusap punggung tangan suaminya dengan bermaksud menenangkan. Ia tahu Azka terpancing emosi dengan semua tanggapan yang diberikan Amel kepada mereka.

"Ayah, aku nggak tahu kenapa Amel mengatakan hal seperti itu. Kami nggak ada masalah apapun saat ini, bahkan sudah dua mingguan ini aku nggak ketemu sama dia. Bukan hanya ayah yang kaget dengan hal itu, aku juga ngerasain." Jawab Azzam yang sedikit kesal karena terlihat bahwa sang ayah menyudutkan dirinya.

Terdengar helaan napas dari Azka dan ia memejamkan matanya untuk menenangkan semuanya kembali. "Zi, kamu segera ke kamar. Masih ada hal penting yang akan kami bicarakan," perintah Azka dengan tegas.

"Tapi yah, kenapa nggak boleh aku di sini? Aku juga udah dewasa kok mendengar pembicaraan ini," tolak Zizi.

"Zi, dengar ucapan orang tua!" Azka sedikit membentak dan hal itu membuat Zizi terkesiap.

Zizi yang tidak terima dengan hal itu, ia langsung berlenggang pergi dengan raut wajah begitu penuh kemarahan. Ia sama sekali tidak menoleh lagi ke arah mereka.

"Mas, jangan seperti itu ke Zizi. Dia pasti sangat tersinggung," ucap Hanum.

Azka menyesali semuanya dan ia mengangguk paham. "Biar nanti aku bicara lagi sama Zizi," putusnya.

Azzam melihat banyak kemarahan dalam dirinya sang ayah. Sepertinya mereka meletakkan semua kejadian ini adalah kesalahan dirinya. Ia hanya bisa pasrah dengan semua ini.

"Bun, tadi bunda nemuin Amel sebelum kita pulang. Dia ada mengatakan sesuatu tentang hal tadi?" Tanya Azzam.

Hanum menatap Azzam dengan begitu dalam dan ia menghela napasnya dengan kasar. Akhirnya Hanum menjelaskan semua yang ia dengar dari ucapan gadis itu. Ia tidak melewatkan hal apa pun saat ia menceritakannya.

Azzam cukup tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh bundanya, kalau memang seperti itu yang dikatakan oleh Amel sudah pasti gadis itu tahu tentang sesuatu hal. Kenapa ia merasa khawatir seperti ini?

"Zam, apa kamu ada mengatakan sesuatu hal ke Amel? Atau dia tahu sesuatu hal tentang kamu?" Tanya Hanum dengan cemas.

Azzam menggelengkan kepalanya dengan lemah dan ia rasa tidak ada hal yang terjadi di antara mereka. Bahkan untuk sekedar bertemu saja, mereka tidak ada akhir-akhir ini.

"Zam, apa kamu ada wanita lain saat ini? Ayah mau minta kejujuran kamu?" Tanya Azka.

Sedari tadi Azka hanya menyimak dan sekarang ia bisa menyimpulkan kalau Azzam sudah memiliki wanita lain. Ia tidak pernah menanyakan hal ini sebelumnya, tetapi sekarang mungkin saatnya ia harus memahami perasaan anaknya sendiri.

Complement of My Heart ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang