Bab 21 | Melepaskan Tapi Menyakitkan

6.9K 523 26
                                    

Setiap manusia berhak menentukan dengan siapa ia jatuh cinta dan akan memberikan cintanya itu kepada siapa. Kalimat itu tidak ada salahnya, hanya saja terkadang ada pertimbangan dalam mencintai untuk memilikinya.

Sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh kedua insan manusia ini. Hanya bisa membatasi perasaan yang tidak akan bisa saling melabuhkan. Sebab hanya satu hati yang mencintai, sedangkan hati yang satunya untuk insan yang lainnya.

"Pa, Amel mau bicara berdua dulu sama Mas Azzam di luar, Papa nggak masalahkan Amel tinggal sebentar?" Ungkap Amel.

Azzam yang duduk dengan tenang dihadapan Amel hanya menatap gadis itu dengan bingung, pasalnya mereka tidak ada janji.

Fano hanya mengangguk lemah dan tersenyum tipis. "Papa bawa istirahat aja, biar nggak bosan sendirian."

Setelah mengatakan hal itu, Amel langsung keluar dari ruangan tersebut yang diikuti oleh Azzam dengan langkah tegapnya.

"Apa yang ingin disampaikan gadis ini?" Monolog Azzam dengan tatapan tajamnya.

Mereka terjebak dalam ruangan perawatan Fano karena Azzam mengira Amel belum datang ke rumah sakit. Lebih tepatnya ia berpikir kalau gadis itu masih ada jam kuliahnya.

Ternyata ia salah besar, gadis itu sudah berada sedari pagi, karena tidak ada kelas. Ingin pergi untuk menghindari, tidak mungkin. Sama saja ia yang memperlihatkan bahwa mereka masih belum bisa berdamai dengan keputusan yang diambil.

Amel menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Azzam. Mereka berdua sampai di sebuah lorong kawasan bebas merokok.

Mereka melihat hanya ada satu orang lelaki yang sedang menikmati rokoknya, tanpa menghiraukan kehadiran mereka. Sepertinya lelaki itu salah satu keluarga pasien di sini.

"Kenapa Mel? Rasanya kita nggak ada janji untuk bertemu hari ini?"

Azzam yang terlebih dahulu membuka pembicaraan diantara mereka. Ia jelas paham, bahwa gadis ini masih begitu banyak keraguan dalam dirinya untuk menyampaikan sesuatu.

"Mas, aku mau minta maaf sama Mas. Aku selalu menghindari Mas beberapa hari belakangan ini, aku nggak bermaksud melakukan hal itu, tapi itu demi kebaikan kita. Mungkin lebih tepatnya demi kebaikan aku," jawab Amel dengan senyuman tipisnya yang tidak begitu tulus.

Amel masih kecewa? Jelas ia masih kecewa dengan dirinya sendiri.

Kenapa harus merelakan semuanya? Bukankah selama ini Azzam seseorang yang ia cintai? Tetapi ketika kesempatan itu datang, ia malah memperjuangkan keegoisannya itu.

Dia yang rugi? Jelas!

Azzam mungkin akan memudahkan langkahnya untuk lepas dari perjodohan itu. Sebab ia tidak bersusah-payah mencari kilah untuk menolaknya.

"Jangan terlalu kaku seperti ini, Mel. Rasanya kamu bukan seperti seseorang yang saya kenal, saya ingin kamu tetap menjadi Amel yang biasanya selalu ceria di depannya saya. Kamu nggak perlu merasa bersalah seperti ini, saya dan keluarga saya lebih tepatnya menghargai keputusan kamu," balas Azzam dengan tenang.

"Kamu pasti bahagia mas dengan penolakan yang aku sampaikan itu, kamu nggak perlu mencari alasan lagi untuk menolak semuanya. Aku mempermudah langkah kamu, bahkan seratus kali lebih cepat dari apa yang mungkin kamu rencanakan," batin Amel.

Complement of My Heart ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang