Assalamu'alaikum 🙌🏻
Absen dulu yuk. Kalian pembaca baru atau lama?
Happy Reading, guys.
•••
"Apa kabar, kak?" Tanya Hanum.
"Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat saat ini," jawab seseorang yang duduk dihadapan Hanum, yang hanya dibatasi oleh sebuah meja.
Lelaki itu adalah Alfano Darmawan. Seseorang yang pernah membuat Hanum jatuh hati kepadanya, tetapi bukan saat ini lagi, melainkan beberapa tahun yang lalu. Saat ini semua itu telah berubah. Mereka telah memiliki jalan hidup masing-masing, dengan orang-orang baru yang berada disekeliling mereka. Mereka berdua bertemu kembali, dengan kisah yang baru untuk dilanjutkan dengan kebahagiaan baru tentunya.
Setelah saling menanyakan kabar, pandangan Hanum kembali tertuju kepada seorang gadis kecil yang sedang bermain dengan kedua anaknya. "Dia sangat menggemaskan," ucap Hanum sambil tersenyum lembut ke arah Fano kembali.
"Dia sangat manja dan cerewet juga," Fano menambahkan apa yang diungkapkan oleh Hanum, saat melihat anaknya tersebut.
Tapi ada hal yang masih menjadi tanda tanya dipikiran Hanum. Apakah itu anak pertama dari Fano atau tidak? Karena Fano lebih awal menikah dari dia satu tahun. Tetapi Amel masih seusia dengan anak keduanya. Hal itu yang menjadi tanda tanya pada wanita itu.
"Kamu pasti bingung kan, apa Amel anak pertama saya atau tidak?" Tebak Fano.
Hanum dengan ragu tetap menganggukkan kepalanya, walaupun rasanya ia belum berhak mengetahui hal seperti ini. Ia baru bertemu dengan lelaki itu kembali, tetapi malahan ia sudah mengusik kehidupan seseorang seperti ini.
"Kamu masih sama seperti dulu, selalu saja ragu untuk bilang apapun yang kamu rasakan," sindir Fano.
"Bukannya ragu, tapi aku merasa terlalu terburu-buru untuk menanyakan hal ini. Padahal kita baru ketemu, aku malah menanyakan tentang kehidupan pribadi kakak."
Fano terkekeh pelan mendengar hal itu. "Enggak masalah Hanum, kamu tahu saya seperti apa. Selalu menceritakan apa yang saya rasakan, nggak seperti kamu yang menutupi semuanya dari saya."
"Kak?" Hanum merasa ada sesuatu hal yang dimaksud oleh Fano dari kata-katanya itu.
"Hanum, saya sudah tahu semuanya. Saya sudah tahu kalau kamu memiliki perasaan terhadap saya dulunya, tapi jangan merasa gugup dengan semua fakta yang sudah saya ketahui ini. Kamu pasti tahu siapa yang sudah menceritakan hal ini. Sekarang kita sudah punya jalannya masing-masing juga, anggap saja takdir memang tidak ada untuk kita bersama. Saya berharap ke depannya, kamu lebih terbuka dengan perasaan kamu sendiri."
Hanum sangat kaget mendengar hal itu dan ia hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Sudah, kita nggak perlu bahas masa lalu lagi. Sekarang masanya kita menata masa depan dengan baik."
"Iya, kak." Balas Hanum dengan tersenyum hangat.
Fano kemudian kembali mengalihkan tatapannya ke arah gadis kecil yang selalu menarik perhatian di hidupnya selama beberapa tahun ini. "Dia malaikat kecil yang dititipkan Allah SWT dalam hidup kami. Dia juga seorang bayi kuat yang menerima semua takdirnya, bahkan setelah lahir dia sudah mendapatkan cobaan hidup seberat itu. Hanum, bertemu kembali dengan kamu salah satu hadiah terbaik dalam hidup kami berdua saat ini."
Hanum belum paham apa maksud dari setiap ucapan Fano, tetapi hal itu sangat membuat pikirannya terfokus dengan keadaan bahwa mereka telah kehilangan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complement of My Heart ✓(Lengkap)
SpiritualGenre: Romance-Spiritual {story 2} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. ____________________________________________________ ~ Menurut Amel, titik tertinggi dalam mencintai itu adalah ketika dia bisa memiliki seutuhnya. ~ Menurut Azzam, titik tert...