Bab 7 | Sederhana Tetapi Membahagiakan

7.6K 603 78
                                    

"Duh, kalau udah sore kayak gini pasti jarang ada taksi yang lewat disini,” monolog Amel sambil mendekap tubuhnya semakin erat.

Hal ini karena Amel harus menemui Dhaffi terlebih dahulu untuk membicarakan tugasnya, jadinya ia ditinggal oleh Zizi, sedangkan Ayana sudah pulang bersama dengan cowoknya. Zizi pulang terlebih dahulu karena bundanya ada keperluan dengan dirinya, padahal Ayana sudah membawanya pulang bersama. Tetapi, Amel menolak, sebab ia tidak mau menggangu waktu pacaran mereka.

Wajah cantik Amel sudah memberengut begitu kesal, ia benar-benar capek hari ini. Belum lagi tugas dari Dhaffi yang hanya diberikan tenggat waktu menjelang nanti malam saja. Sedangkan sopir pribadinya tidak bisa menjemputnya, sebab saat ini mobil sedang berada di bengkel.

Amel ingin memesan taksi online saja, tetapi ponselnya mati. Kalau ia meminta jemput kepada papanya, ia takut akan mengganggu pekerjaan papanya saat ini. Padahal ada bus yang selalu berhenti di halte saat ini, tapi ia tidak ingin masuk karena seumur hidupnya ia tidak pernah menaiki kendaraan umum itu. Ia juga tidak tahu akan turun di mana jika naik bus tersebut.

Tiba-tiba, ada sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan halte itu. Awalnya Amel hanya acuh saja saat melihat mobil itu, tetapi kaca mobil tersebut terbuka dan ada seseorang yang memanggilnya cukup lantang. "Buruan masuk."

Ia langsung berlari ke arah mobil hitam itu. Sesampainya disana, ia langsung tersenyum ke arah lelaki itu tetapi lelaki itu hanya diam saja.

“Cepat masuk,” perintah Azzam.

Saat Amel ingin membuka pintu depan mobil itu, pergerakannya langsung terhenti saat mendengar ucapan dari Azzam selanjutnya.

“Duduk di belakang!” Ucap Azzam.

“Loh kok gitu sih? Aku nggak mau pokoknya,” ucap Amel sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Wajah Amel benar-benar masam mendengar ucapan dari Azzam.

“Ya udah kalau nggak mau, saya tinggal saja,” balas Azzam dengan tegas.

“Ih, mas jangan kayak gitu deh,” jawab Amel berteriak. Akhirnya ia langsung mengikuti perintah Azzam.

Saat ini mereka dalam perjalan ke rumah Amel, sekali-kali Amel mencuri pandangan ke arah Azzam yang begitu fokus menyetir. Sama sekali tidak ada pembicaraan diantara mereka, tetapi jangan tanya bagaimana tingkah Amel, kalau tidak memiliki banyak cara kalau saat bersama dengan Azzam seperti ini.

“Mas, baru pulang kerja, ya?” tanya Amel dengan basa-basinya. Pokoknya ia tidak mau melewatkan momentum bisa berdua seperti ini bersama dengan Azzam.

Azzam hanya menganggukkan kepalanya, saat mendengar pertanyaan bodoh dari Amel. “Mas gak malu ya, masa bawa cewek secantik aku disuruh duduk di belakang? Nanti dikira sopir aku loh,” ucap Amel dengan maksud menggoda Azzam.

“Dari pada menimbulkan zina, lebih baik seperti ini. Saya lebih nyaman dengan keadaan seperti ini,” jawab Azzam. Mendengarkan hal itu Amel sedikit memicingkan matanya. “Kok sampai dibilang kita berzina sih? Kita kan nggak ngapa-ngapain, Mas.”

“Bagaimana mungkin tidak menimbulkan zina, kita tidak memiliki ikatan apapun. Setan bisa saja menggoda kita untuk berbuat yang tidak baik dan juga kita hanya berdua di dalam mobil ini." jawab Azzam.

Bukan hanya itu alasan Azzam, ia bisa melihat tampilan Amel yang begitu minim, ia juga lelaki normal, makanya ia berusaha untuk mengamankan kondisi kerja otaknya secepat mungkin, sebelum berpikiran melantur kemana-mana.

“Ya udah kita nikah aja, biar ada ikatan halal,” ucap Amel dengan begitu santai. Azzam langsung menghentikan mobilnya dengan begitu mendadak. Hal itu membuat Amel berteriak dengan begitu kencang. “Mas mau buat aku mati muda ya?”

Complement of My Heart ✓(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang