Hai guys, apa kabar semuanya?
Seru gak sih bab sebelumnya? Perlu diingat, cerita Azzam dan Amel itu gak terlalu berat-berat amat. Jadi kalian jangan berharap ada konflik yang ribet atau segala macamnya deh, karena kisah mereka ini benar-benar ringan banget...
Pokoknya nikmatin aja alurnya, karena ini emang kisah sederhana mereka. Jangan berekspektasi lebih dalam kisah mereka ini yaaa...
Siap-siap menyambut kepulangan Papa Fano ke rumah kembali, semoga ini keputusan terbaik seperti apa yang mereka harapkan, Aamiin.
Jangan lupa vote dan komennya yaaa...
Happy reading 🌠
•
Amel baru sampai di rumah sakit agak siangan, karena ia baru saja dari kampus untuk mengumpulkan beberapa laporan tugas magangnya. Padahal ia sudah berjanji akan datang secepat mungkin untuk menjemput sang papa, tetapi masih banyak hal yang perlu diurus mengenai kuliahnya, akhirnya ia datang terlambat seperti ini.
Sedangkan Azzam ia yakin masih ada jadwal kerjanya, ia sudah menghubungi beberapa kali, tetapi tidak ada balasan yang masuk dari suaminya itu.
Walaupun kemarin mereka baru saja menikah, tetapi hari ini mereka melakukan aktivitas seperti biasanya. Sebab lelaki itu belum mengambil jatah cuti pernikahannya, mungkin hal itu bisa ia lakukan saat memasuki waktu libur semester sang istri.
Saat ini Amel langsung bergegas ke ruangan perawatan papanya. Sesampainya di sana ia melihat papanya yang tertidur. “Pa,” mendengar hal itu Fano seketika terbangun dan tersenyum hangat. Ia menggenggam tangan putrinya dengan lembut.
“Urusan kampusnya udah selesai?” Amel hanya menganggukkan kepalanya.
“Gimana dengan keadaan Papa?” Fano langsung menganggukkan kepalanya dengan lemah.
"Pa, kalau memang belum kuat jangan dipaksakan untuk pulang ya. Kita di rumah sakit aja dulu, nanti kalau di rumah kita juga sulit untuk mengetahui keadaan Papa secara total."
"Tapi Papa ingin pulang sebentar saja, Papa pengen merasakan suasana rumah kita. Entah kenapa Papa sangat merindukan hal itu, apalagi Papa ingin melihat suasana yang berbeda nantinya, bahwa putri Papa ini sudah menikah," ungkap Fano dengan senyuman lembutnya.
Amel merasa sangat terharu mendengar hal itu. Ia mengelus dengan lembut rambut sang papa. "Ya sudah, aku sama Mas Azzam akan urus semuanya dulu. Mungkin kita bisa pulang agak sorean, Pa. Oma juga bakalan ke Jakarta dan kemungkinan sampainya nanti malam," jelas Amel.
Fano mengangguk paham mendengar hal itu. "Papa udah makan siang kan?"
"Sudah, Papa juga sudah minum obat."
Tidak berselang lama, Azzam masuk ke dalam ruangan itu dengan senyuman hangatnya. "Kamu baru nyampe?"
Amel mengangguk dan ia langsung menyalami tangan sang suami. Hal itu membuat Fano merasa sangat lega, akhirnya ia tenang saat sang anak sudah memiliki seorang yang ia percayai seperti menantunya itu.
"Gimana keadaan Papa, yakin untuk pulang hari ini juga?" Tanya Azzam.
"Papa sudah merasa lebih baik sekarang, apalagi melihat kalian seperti ini membuat Papa semakin merasa sangat jauh lebih baik dari sebelumnya. Kalian selalu baik-baik ya, hanya ini yang Papa minta dari kalian berdua."
Azzam dan Amel mengangguk secara bersamaan. "Papa jangan banyak pikiran tentang kami berdua, kami akan berusaha untuk saling percaya," balas Azzam meyakinkan sang mertua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complement of My Heart ✓(Lengkap)
EspiritualGenre: Romance-Spiritual {story 2} spin-off: Alhamdulillah, Dia Makmumku. ____________________________________________________ ~ Menurut Amel, titik tertinggi dalam mencintai itu adalah ketika dia bisa memiliki seutuhnya. ~ Menurut Azzam, titik tert...