...
•Jeno & Jodi•
Sudah hari ke-5 Ana berada dirumah. Ia menerima banyak buah tangan dari tetangga yang menjenguk. Ada buah, roti, serta jajanan lain. Ana menjadikannya cemilan, atau penetral obat.
Ia menyambut tamu Ibunya dengan ramah. Senyum hangat pun selalu menghiasi bibir. Sikap Srihar juga masih hangat kepadanya. Membuat Ana merasa seperti dicintai.
Anisa juga demikian, ia sedikit banyak menurut dengan Ana. Meski masih dengan gerutuan.
Keseharian Ana hanya berada di kamar. Rebahan dan bermain Hp, berselancar di sepanjang lintasan sosial media. Untuk ke kamar mandi, Ana sudah bisa sendiri. Mengambil makan pun sama. Jadi tidak terlalu merepotkan untuk Ibu dan Adiknya.
Handoko sudah aktif bekerja. Walau begitu ia tetap memperhatikan Ana. Terbukti dengan setiap malam setelah pulang kerja, Handoko selalu duduk di ranjang Ana. Menghadap sang putri. Lalu mereka bercerita banyak hal. Tentang pekerjaan Handoko, masa kecil Ana, atau pun hal lain yang menambah keharmonisan mereka.
Akbar pun sudah kembali bekerja. Terkadang saat pulang ia mampir sebentar hanya untuk melihat kondisi Ana. Sekalian mengurangi rindu katanya.
Sebenarnya Ana tidak masalah jika Akbar tidak datang setiap hari. Kasihan juga lelaki itu harus selalu kesana kemari. Tapi Akbar keukeuh dan tidak mau ditolak. Jadilah Ana menurut.
Ana selalu bersyukur dengan kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini. Selain perubahan yang Srihar berikan, Ana juga merasa seolah semua orang menganggapnya benar-benar ada. Apalagi Akbar yang super sibuk selalu menyempatkan waktu untuknya. Membuat Ana senang bukan main.
Sore ini Paman Jeno datang. Ingat, kan? Paman Jeno yang ganteng, itu? Inget lah, ya. Masa lupa, sih. Jahat, ih.
Jeno tidak sendiri, ia bersama dengan Paman Ana yang lain. Namanya Jodi. Wah, sama-sama awalan 'J', ya.
Dua laki-laki tampan itu langsung menerobos masuk ke kamar Ana. Membuat sedikit kegaduhan. Mereka juga membawa dua kantong belanja yang besar. Dari kelihatannya seperti berat. Ana yakin isinya tidak sedikit.
"Ana," panggil Jeno dengan semangat. Ia langsung memeluk keponakan tersayangnya.
"Paman Jen," sahut Ana membalas pelukan Jeno.
Jodi yang menyaksikan keduanya hanya mendengus. Ia selalu saja kalah satu langkah dari Jeno, abangnya.
Karena tidak ingin berdiri seperti manekin, Jodi memutuskan duduk di ranjang. Disebelah Ana yang membatasinya dengan Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNA [completed]
ChickLitBudayakan follow sebelum membaca :) -ANNA- Jika saja hari itu Ana nekat. Jika saja hari itu semuanya setuju. Jika saja hari ini terjadi pada hari yang lalu. Mungkin tidak akan seburuk ini. Mungkin tidak akan ada keramaian tanpa undangan. Mungkin. Se...